Penjara Cinta Sang Sultan

Penjara Cinta Sang Sultan

By:  Rafli123  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
17 ratings
54Chapters
1.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Tidak hanya berselingkuh, tunangan dan saudara tiri Alice menjual dirinya pada Alaric Can Davindra yang terkenal sebagai pria tak punya hati! Lantas, mampukah Alice terbebas dari Alaric dan balas dendam pada keluarga dan mantan kekasihnya?

View More
Penjara Cinta Sang Sultan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Indriyani Kayla rizkia
semangat up jya thorrrr
2024-04-21 22:38:10
1
user avatar
kiki34
Enggak menyesal mengikuti dari bab2 awal. Semoga authornya semangat up!
2024-04-21 10:50:02
1
user avatar
Dina0505
menarik ni. penasaran sama certianya
2024-04-21 06:38:10
1
user avatar
sweetchocosin
baru baca sampe bab 14. GERAH BANGET SAMA ALARIC. dia ada masalah apa sih? kalo suka tuh yg hangatt bukan disiksa aarrghh gemas. semangat ya thor. pokoknya harus happy ending dengan pembalasan yg epic.
2024-04-21 01:32:24
1
user avatar
Night Live
baguss, rekomendasi banget ini
2024-04-03 16:35:51
1
user avatar
T-Aryanti
Penasaran dengan nasib Alice
2024-04-01 10:55:14
1
user avatar
Nada azkia Salsabila
ceritanya seru sekali thor, bikin penasaran banget. semangat buat author
2024-04-01 05:46:03
1
user avatar
Dila putri
sumpah keren banget thor.... aku harap Alice bisa membalaskan dendamnya dengan cara elegant
2024-03-31 16:03:15
1
user avatar
Renti Sucia
Nyesek banget hidup Alice. Semoga segera dapat kebahagiaan.
2024-03-31 12:36:06
1
user avatar
kamiya san
Semangat, Kak Lanjut terus hingga end! Sangat penasaran ....
2024-03-31 11:14:58
1
user avatar
Urbaby
Alice semangat yok, cari cara buat lepas dari Alaric ...
2024-03-31 10:37:50
1
user avatar
Rifatul Mahmuda
semangat Thor. novelnya keren
2024-03-31 06:56:03
1
user avatar
MyMelody
Mantap, Thor. Suka banget dengan gaya Alice. Jadi semakin penasaran dengan ceritanya. Semangat up ya, Thor. Ditunggu bab2 selanjutnya. ...️...
2024-03-31 05:01:42
1
user avatar
MyMelody
Seru, keren, mantap. Jadi semakin penasaran dengan bab2 selanjutnya. Ditunggu upnya setiap hari, Thor. Semangat
2024-03-29 13:19:53
1
user avatar
Azzurra
jangan lemah Allice, balaskan. semangat up nya Thor
2024-03-29 08:36:10
1
  • 1
  • 2
54 Chapters
1. Pengkhianatan
"Memalukan, dia sama seperti ibunya yang hanya merongrong kekayaan dari keluarga besar Ravindra!" Tatapan tajam ke arah Alice begitu tiba di aula pernikahan sang kakak. Perasaannya jelas semakin tidak menentu. Namun, tubuhnya seakan tidak mampu untuk bergerak kala melihat pemandangan yang membuat ulu hatinya terasa nyeri."Adikku sudah datang? Ke marilah! Kamu harus tahu siapa yang saat ini menikah dengan kakak meski kakak yakin kakak tidak perlu memperkenalkannya padamu." Ucapan Frederica yang penuh kebanggaan itu membuat Alice tertegun."Adakah yang bisa menjelaskan ini semua padaku?" Pertanyaan yang sejak tadi ada di benaknya, akhirnya mampu ia keluarkan."Tidak ada yang perlu menjelaskan padamu. Kamu sudah melihat, hari ini adalah hari yang bahagia untuk keluarga besar Ravindra dan keluarga Evander," sahut sepupunya yang lain, bertingkah bak juru bicara keluarga Ravindra.Menahan tangis. Alice pun beralih pada kekasihnya, pria yang seharusnya menjadi orang pertama yang akan
Read more
2. Percobaan Bunuh Diri.
“Hei, biarkan saja, sudah aku bilang jangan ngomongin hal yang tidak berguna di sini. Lagian setelah kita mengantarnya ke tempat itu, urusan kita selesai dengannya. Itu bukan urusan kita, mau di jual ke orang kaya atau di bunuh sekali pun biar kan saja. Aku tidak peduli."Keringat dingin membasahi kening dan juga punggung Alice. Rasa takut, resah, dan sesak, bercampur aduk di dalam benaknya. ‘Apa … aku benar-benar telah dibuang?"Alice rasanya tidak mampu membayangkan dirinya benar-benar dibuang oleh keluarganya sendiri. Dia mulai berpikir apakah kedua orang tuanya merasa malu karena Alice dipermalukan di acara pernikahan yang harusnya menjadi pernikahannya itu. Atau ini hanyalah sandiwara untuk menyingkirkan dirinya, ibu tirinya tidak menyukainya sejak kedatangannya begitu juga sebaliknya tetapi Federica adalah orang yang mengajaknya bermain kala itu.Apa karena alasan itu juga Alice dipermainkan oleh semua orang yang dianggapnya sebagai keluarga? Bahkan Alice seakan masih jelas men
Read more
3. Kamar Yang Asing.
‘Empuk.’Keningnya mengkerut saat merasakan punggungnya menyentuh benda yang terasa empuk dan nyaman. Perlahaan Alice pun membuka kedua matanya. Dikerjapkannya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya sesaat kedua matanya sudah terbuka sepenuhnya. “I-Ini di mana lagi?” gumam Alice, mengedarkan pandangannya untuk menatap sekeliling ruangan. “Tunggu dulu.”Seakan teringat sesuatu, Alice memeriksa cepat pakaian yang masih dikenakannya itu. Seketika helaan nafas lega pun dihembuskan olehnya. “Syukurlah bajuku masih sama.”Alice kembali mendongakkan kepalanya dan membiarkan kedua matanya menjelajah seisi kamar ruangan yang terlihat jelas seperti sebuah kamar, karena dirinya saat ini saja berada di atas kasur berukuran king size itu. “K-Kenapa aku bisa ada di sini? Apa jangan-jangan dua orang pria tadi yang bawa aku ke sini?” tanya Alice, kepada dirinya sendiri karena masih bingung akan keadaan yang dialaminya saat ini. “Lalu mereka berdua ada di mana sekaran
Read more
4. Pria Asing
“Ini makanannya.”Alice menolehkan kepalanya, ke arah makanan yang diantar oleh seorang pria berjas hitam yang berprofesi sebagai bodyguard yang menjaganya selama berapa minggu ini, tidak. Bukan minggu bahkan kini sudah satu bulan lamanya ini. Alice membuang wajahnya ke arah lain, enggan sekali menatap makanan yang tidak membuatnya merasa berminat itu. Blam!Suara pintu yang tertutup pun tidak membuat Alice beranjak dari tempatnya. Tatapannya juga hanya menatap pada jendela kamar yang memperlihatkan langit cerah di luar sana. “Sampai kapan aku di sini?” lirih Alice, menyatukan kedua lututnya lalu dipeluknya dengan erat. Sejak malam dirinya ditangkap oleh dua pria berjas hitam itu, Alice pun berakhir di rumah mewah yang tidak dia ketahui pasti di mana letaknya. Beberapa kali juga sejak malam itu dia berusaha kabur dari rumah ini, namun hasil yang didapatnya selalu sama karena cukup banyak bodyguard yang menjaga dirinya. Padahal Alice tidak merasa dirinya sespesial itu sampai menda
Read more
5. Mencoba Melarikan Diri.
Alice menelan ludahnya kasar. Ditatapnya penuh kecurigaan kepada pembantu wanita di depannya itu. “A-apa maksud kamu bilang seperti itu?”Pelayan wanita itu menegakkan tubuhnya dan berkacak pinggang seraya tetap menatap pada Alice. “Saya rasa Nona tahu pasti apa yang saya katakan. Saya akan membantu Nona keluar dari rumah ini, tapi nantinya Nona jangan pernah datang ke sini lagi. Bagaimana?”Alice mengernyitkan keningnya. Selama dia dikurung di dalam rumah besar ini, tidak ada satu pun orang yang menawarkan bantuan untuk dirinya kabur. Hanya pelayan wanita ini saja yang berani menawarkan bantuan kepadanya. Namun entah kenapa Alice merasa tidak nyaman dengan sorot mata pelayan wanita itu yang entah kenapa menatapnya dengan penuh kebencian. “K-kenapa kamu mau membantuku?” tanya Alice lagi, dia tidak ingin mempercayai seseorang dengan mudahnya. Sudah cukup Alice ditipu oleh orang yang dia percayai selama ini. Karena itulah Alice tidak mau terjatuh pada lubang yang sama untuk kedua kal
Read more
6. Tertangkap Lagi
‘A-Apa aku ketahuan lagi?’ batin Alice, meratapi nasibnya yang begitu sialnya sampai selalu ketahuan."Kenapa kalian diam?" Alice mengeratkan genggamannya pada ujung bajunya yang kebesaran. Hatinya tiba-tiba menciut, tubuhnya begitu kaku untuk sekedar menolehkan kepalanya. Suara di belangnya mampu menghancurkan tulang di tubuhnya.Pelayan itu tak jauh berbeda dengannya. Tubuhnya semakin bergetar saat pemilik suara itu terdengar lebih dingin dari sebelumnya. Pelayan wanita itu melepaskan tangannya seketika dingin bagaikan salju menutupi tubuhnya.“T-Tuan!” ucap pelayan cantik itu dengan panik. Tubuhnya semakin bergetar dan dia pun langsung membungkukkan tubuhnya 90 derajat ke arah pria di belakang Alice itu. “M-Maafkan saya, Tuan. S-saya melakukan ini karena sa–" lirihnya dengan bibir bergetar.Hari ini adalah hari terakhir untuknya, wanita itu siap menerima hukuman apa pun yang akan dia terima dari tuannya, meski nyawanya akan melayang. Meski hal itu berat di lakukan mengingat apa
Read more
7. Biang Rusuh.
"M–maksud anda?" Alice berbalik memberanikan diri untuk melihat pria bertopi.Diam bahkan senyum meremehkan tercetak jelas di sana. Alice menghela napas hal biasa jika harus di remehkan."Ck! Pantas mereka memperlakukan hal ini padamu. Ternyata kamu biang rusuh." Ejek pria bertopi."Selain biang rusuh, ternyata kamu wanita yang sangat bodoh. Lihat dirimu, pantas mereka memperlakukan kamu seperti ini. Karena kamu sangat pantas untuk ditindas, dan tentunya di jual." Ejeknya, beralih meninggalkan Alice yang terpaku dengan ucapan pria bertopi."Tunggu, tuan. Katakan siapa yang sudah menjual 'ku pada anda? Lalu untuk apa Anda membeli saya?" lirih Alice. Tubuhnya tidak di pungkiri merasakan hawa mencekam. Pria di depan yang begitu dingin dan sulit untuk di lihat wajahnya."Jika kamu sudah tahu siapa orangnya, lantas apa yang akan kamu lakukan?" ujarnya, sebelah bibirnya tertarik ke atas."A–Aku," Melihat Alice terbata saat mengatakan, bibir Alaric semakin tertarik keatas. "Tuan, saya belu
Read more
8. Kau Adalah Jalang
"Jika aku menurut, apa dia akan membebaskan aku?" Alice, berdiri bagaikan patung membiarkan pelayanan wanita menanggalkan pakaiannya mengguyur tubuhnya dengan air hangat. Aroma terapi dan wangi bunga tercium menenangkan. Alice merindukan rumahnya, kamar yang begitu nyaman untuknya. Semua hanya kenangan sebelum mereka menikam dirinya dari belakang.Terbesit untuk balas dendam, walau hal itu tidak akan mudah mengingat untuk bisa menyelamatkan diri saja itu hanya dalam mimpi."Hal itu bisa terjadi, asal nona menjadi penurut. Semua kembali –""Jika tidak, akan mati seperti wanita itu? Jangan terkejut, aku tahu semua." Ujar Alice, menyela perkataan pelayan wanita."Nona sudah selesai, silahkan ikut dengan saya. Tuan sudah menunggu di ruang makan.""Ck, kau menghancurkan mood ku. Singkirkan dia dari sini!" Alaric mendorong kursi yang di duduki ke belakang, mengejutkan Alice yang baru tiba."Maafkan saya tuan,"Melihat pelayanan yang bergetar Alice merasa iba. Hukuman pria tak berkemanusiaa
Read more
9. Tawaran Kebebasan
"Tutupi tubuhmu, aku tidak berselera menyentuhmu!" Alaric pergi begitu saja dari kamar pribadinya. Saat akan menutup pintu terdengar suara dinginnya. "Kau adalah wanita terbodoh yang pernah aku temui."Brak!Suara dentuman keras berhasil membuat tubuh Alice tersentak. Tubuhnya ambruk beruntung dalam kamar Alaric terdapat karpet bulu yang terbentang luas sehingga tubuhnya mendarat empuk di sana."Mereka sudah berhasil, aku kalah, kalah," racau Alice.Di ruangan yang berbeda pria yang tengah menuntaskan hasratnya pada wanita lain begitu tak peduli meski wanita di bawahnya mendesah panjang."Aaahh, Alice–" lirihnya panjang. Wanita di bawahnya terluka untuk kesekian kalinya, pria yang begitu di cintainya memanggil nama wanita lain saat bersamanya. Memberontak? Tak terima? Itu tidak mungkin jika tak ingin berakhir dalam ruang penyekapan."Pergilah jalang!" sentak Alaric."T–tuan....""Kau bisa menuntaskan hasratmu dengan mereka." Ucap Alaric dingin. Alaric membersihkan dengan berbagai s
Read more
10. Ikuti Permainan.
Kesibukan pelayan di kediaman Alaric tidak sedikit pun mengalihkan perhatian Alice yang memilih duduk di pinggir balkon, melihat indahnya pagi untuk pertama kalinya setelah sekian lama terkurung dalam kamar. Tak sekali pun Alice tahu tentang hari, atau pun jam. Yang terlintas dan dapat ia ketahui pagi dan malam."Non, sarapan sudah siap. Silahkan anda ke ruang makan," pelayan wanita menundukkan wajahnya saat berhadapan dengan Alice. "Terima kasih–" "Ratmi, panggil saya Ratmi, non. Jika anda menginginkan sesuatu panggil saya." Sela pelayan wanita itu."Baiklah, salam kenal mbak Ratmi,""Panggil saja Ratmi, non. Saya lebih suka begitu," "Ya,""Silahkan." Ucap Ratmi, membiarkan Alice melangkah lebih dulu dan di ikuti olehnya.Tanpa berniat untuk menjawab Alice melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Di sana tepat di depannya sosok pria yang akhir-akhir ini tak juga datang ke kamarnya setelah berapa hari yang lalu. Hanya saat itu di mana Alice harus mendatangi berkas tanpa di baca lebi
Read more
DMCA.com Protection Status