Share

8. Kau Adalah Jalang

Aвтор: Rafli123
last update Последнее обновление: 2024-02-13 11:13:30

"Jika aku menurut, apa dia akan membebaskan aku?" Alice, berdiri bagaikan patung membiarkan pelayanan wanita menanggalkan pakaiannya mengguyur tubuhnya dengan air hangat.

Aroma terapi dan wangi bunga tercium menenangkan. Alice merindukan rumahnya, kamar yang begitu nyaman untuknya. Semua hanya kenangan sebelum mereka menikam dirinya dari belakang.

Terbesit untuk balas dendam, walau hal itu tidak akan mudah mengingat untuk bisa menyelamatkan diri saja itu hanya dalam mimpi.

"Hal itu bisa terjadi, asal nona menjadi penurut. Semua kembali –"

"Jika tidak, akan mati seperti wanita itu? Jangan terkejut, aku tahu semua." Ujar Alice, menyela perkataan pelayan wanita.

"Nona sudah selesai, silahkan ikut dengan saya. Tuan sudah menunggu di ruang makan."

"Ck, kau menghancurkan mood ku. Singkirkan dia dari sini!" Alaric mendorong kursi yang di duduki ke belakang, mengejutkan Alice yang baru tiba.

"Maafkan saya tuan,"

Melihat pelayanan yang bergetar Alice merasa iba. Hukuman pria tak berkemanusiaan akan terjadi lagi mungkin kali ini ia pun akan mengalaminya.

"Tunggu,"

"Nona–"

"Diam lah," lirih Alice.

"Seorang tahanan berani menghentikan langkah 'ku?" ejek Alaric.

"Mari bekerja sama. Tawaran ini hanya ada satu kali dan itu berlaku saat ini."

Prok! Prok!

"Wah! Luar biasa, hari ini aku melihat sesuatu yang berbeda. Kau hanyalah sampah yang sebentar lagi akan aku buang. Dan kau berani menawarkan sebuah kerja sama?" sinis Alaric.

"Aku serius. Aku menawarkan sebuah tawaran, seperti yang aku katakan tadi. Ini hanya berlaku untuk saat ini."

Alaric tergelitik mendengar ucapan Alice, untuk pertama kalinya Alaric melihat wanita pembuat onar berbicara dengan tegas.

"Apa yang kau tawarkan padaku? Tubuhmu? Atau nyawamu? Perlu aku ingatkan lagi, tubuhmu bahkan nyawamu itu milikku. Aku sudah membeli mu dengan harga tinggi, jadi? Apa lagi yang bisa kamu tawarkan?" Alaric menarik kursinya kembali, menaikkan kaki kanannya ke atas kaki kirinya.

Alice menelan ludah sendiri dengan susah payah. Tidak ada yang bisa ia tawarkan pada pria di depannya. Tetapi ia ingin membuktikan jika apa yang di katakan olehnya adalah salah. Alice Ayuningtyas Ravindra adalah wanita yang pintar dan kuat.

"Kau memilih, bungkam? Itu artinya tidak ada yang bisa kau gunakan untuk—"

"Perusahaan, ya, perusahaan yang aku miliki. Kau bisa mengambilnya jika kau mau bekerja sama denganku." Alice menggigit bibir bawahnya.

"Perusahaan?" Alaric mengerutkan keningnya. Di tatapnya wanita di depannya cantik? Benar-benar cantik kulitnya begitu putih mulus. Ada sesuatu yang tiba-tiba mengusiknya. Alaric mengeram kesal dalam hatinya.

Di balik celana bahannya telah terjadi yang menegangkan. "Sial, kenapa di kondisi seperti ini." Gumamnya, semakin sesak di bagian bawah.

"Ya, perusahaan milik ibuku. Kau bisa memilikinya." Alice menelisik pria di depannya. Gelisah? Tentu dan itu tidak lepas dari pandangannya.

"Bagaimana tuan? Anda setuju?" lanjut Alice, bibirnya tertarik ke atas melihat sikap pria yang tak terlihat wajahnya, hanya bagian bibir dan dagu yang jelas terlihat. Sedikit hidung mancung itu hanya berapa senti, sungguh pria aneh nan misterius.

"Kau lancang, lupa jika kau hanyalah tawanan 'ku? Tapi kau banyak bicara."

"Yang aku katakan itu benar. Bekerja sama denganku, jika tidak kau bisa menjadikan aku sebagai pelayan di rumahmu."

"Pelayan? Kau lihat berapa banyak pelayan di rumah ini?" Alaric tersenyum sinis.

Menggoyangkan kakinya melihat pemandangan yang begitu indah yang sayang untuk di lewatkan.

"K–kalau begitu jadikan aku istrimu. Istri kedua maksudku," lirih Alice.

Menjatuhkan harga diri hanya untuk bisa bebas. Alice mengira pria angkuh itu memiliki istri dan banyak simpanan, menawarkan diri untuk menjadi istri kedua adalah opsi lainnya.

"Haha, istriku? Bahkan aku tidak sudi menyentuhmu. Bagaimana bisa aku menjadikan kamu sebagai istriku, hum?" ejeknya, segaris senyum hinaan terukir di bibir Alaric.

"Baiklah inilah tawaran terakhir. Bebaskan aku dari sini, maka aku akan bersedia melakukan apapun untukmu jika kau tidak ingin menyentuhku itu lebih baik setidaknya aku masih bisa mencegah diriku untuk tidak melakukan hal yang sama padamu. Maksudku aku tidak ingin berpura-pura untuk melayani mu meskipun harga diriku jatuh di hadapanmu. Aku akan melakukan semua perintahmu tapi dengan bebaskan aku dari sini, biarkan aku hidup seperti sebelumnya."

"Hahaha! Kamu, akan melakukan apa pun semua perintahku? Baiklah, puaskan aku. Maka kau akan aku bebaskan!"

"Apa! Tidak, aku tidak mau."

"Kau yang menawarkan dirimu? Aku sudah membeli mu dan kau memberikan tawaran itu padaku? Tanpa kau mengajak kerjasama denganku, kau tahanan 'ku untuk apa kau mengajukan kerjasama denganku? Perusahaan yang kau janjikan padaku sebagai jaminan kebebasanmu tidak akan tersentuh olehku, kau tidak memiliki perusahaan apa pun. Kenapa? Kau lupa posisimu, saat ini? Dan kau tidak ingin memuaskan aku? Kamu adalah jalang 'ku. Sudah seharusnya kau puaskan aku. Satu lagi suka tidak suka kau harus melayani 'ku. Tidak perlu berpura-pura, karena aku sebenarnya jijik padamu."Cecar Alaric, puas membuat wanita di depannya terdiam seketika.

Alice mundur kata yang terucap dari bibir pria misterius membuatnya shock. Tidak salah yang di katakan pria itu, benar dirinya adalah jalang yang sudah di beli olehnya. Semua karena ulah keluarganya.

"Kenapa? Kaget? Sudah waktunya kamu memuaskan aku, jalang." Lanjutnya penuh intimidasi.

Alaric meninggalkannya dengan langkah panjang. Merasakan tidak ada yang mengikutinya ia pun berbalik.

"Jangan sampai mereka menyeret mu!" sambungnya dengan suara tajam.

Langkah tertatih Alice mengimbangi pria di depannya. Tubuhnya tanpa ada kekuatan untuk melawan atau pun menolak semua sudah suratan dirinya harus menjadi pemuas nafsu pria yang membelinya.

Pintu kamar terbuka, dua pria penjaga kamar menundukkan tubuhnya saat Alice masuk ke dalam.

Elegan dan maskulin aroma yang di sukai oleh Alice, aroma menenangkan membawanya ke dalam kenangan bersama sang ayah.

Rasa telah mati menyadari jika harga diri telah hancur tak ada yang bisa menyelamatkan dirinya, selamanya akan menjadi tahanan. Tawaran yang ia tawarkan berakhir dengan sesuatu yang ia jaga akan hilang.

Satu persatu Alice menanggalkan pakaiannya air matanya kini telah hilang, tak ada penyesalan namun, rasa bersalah pada orang tuanya yang tak mampu menjaga miliknya yang berharga.

Kulit putih mulus tanpa ada sehelai benang pun rambutnya yang panjang luruh tergerai indah matanya yang teduh kini kosong, senyum yang selalu terukir di bibirnya hilang begitu saja. Keceriaannya berganti dengan tatapan dingin tak bersahabat. Di mana Alice si gadis periang itu? Alice telah hilang kini hanya ada Alice si wanita dingin.

"Apa yang harus aku lakukan untuk memuaskanmu?" lirih Alice, tanpa melihat lawan bicaranya.

Alaric yang tengah fokus dengan gawai nya tersentak melihat Alice berdiri tanpa pakaian. Tubuhnya menegang sorot mata gadis di depannya begitu kosong.

"Kau...!" Alaric menarik selimut melempar kasar ke arah Alice.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penjara Cinta Sang Sultan   65. Hidup Tenang TAMAT

    Acara yang sudah disusun sedemikian matang akhirnya gagal karena satu hal yang tidak mungkin dilakukan mengingat akan banyak orang yang akan terlibat di dalamnya Alaric tidak ingin mengambil resiko terlebih kejadian yang belum lama ini dialami oleh istri dan anaknya sehingga rencana pun berubah. Walau demikian Alice, sebagai istri tentu mendukung penuh apa yang diinginkan oleh sang suami. Tanpa mencampuri tangan orang banyak sang suami tentu bisa menjebloskan mereka ke dalam penjara. Hari-hari berlalu dengan tenang semua yang terlibat di dalamnya pun tentu merasa takut karena selama beberapa hari ini pun tidak ada yang mengusik ataupun bergerak untuk menangkap mereka justru sebaliknya keluarga kecil itu tengah berjalan-jalan ke salah satu pusat perbelanjaan di kota."Sebenarnya apa yang di rencanakan, kamu?""Hum, kamu keberatan dengan ketenangan ini?"Alice menggeleng tentu tidak terganggu dengan ketenangan yang dibuat oleh sang suami namun selain itu ada hal yang membuatnya merasa

  • Penjara Cinta Sang Sultan   64. Terlibat

    "Ayah!!""Sayang, kamu tidak apa-apa?"Arka menggeleng cepat wajahnya ia benamkan dalam ceruk leher Alaric."Benar yang tante katakan tadi kan? Ayah akan datang untuk menyelamatkan kita. Tuan, Alaric terima kasih, sudah menyelamatkan kami.""Sayang apa mereka menyakitimu?"Arka kembali menggeleng sesaat memperhatikan Larissa yang menatapnya."Ayah, bawa aku pergi dari sini. Aku takut,""Ya, sayang, kita akan pergi."Alaric membawa Arka pergi tak lama langkahnya terhenti saat suara dari belakang terdengar."Tuan, anda tidak mengajakku pergi? Aku sudah berusaha untuk melindungi den Arka,"Tanpa mengatakan ataupun menjawab Alaric meninggalkannya begitu saja. Sesuatu terjadi dan putranya tengah ketakutan."Ben, urus wanita itu jangan biarkan salah satu lepas termasuk dia.""Baik, tuan.""Ayah, mama, mana?""Mama, sedang menunggu kita di rumah, nak. Anak ayah yang tampan dan hebat ini apa sudah bisa ceritakan pada ayah?"Arka terdiam tubuhnya terasa sedikit bergetar. Alaric tahu ada yang t

  • Penjara Cinta Sang Sultan   63. Disekap

    Alaric bersikap tenang membuat pria paruh baya mengalihkan pembicaraan mereka. Ia tahu apa yang akan terjadi jika salah bicara bukan hanya dirinya tapi juga seluruh keluarga akan hancur bahkan kematiannya tidak akan terendus oleh pihak berwajib sehingga ia di nyatakan mati sewajarnya.Membayangkan hal itu membuat buku kuduknya berdiri tatapan yang terlihat tenang itu justru tatapan sebaliknya. Tatapan seorang pembunuh berdarah dingin, siapa tak kenal Alaric dalam dunia bisnis dan bawah dua orang yang di takuti banyak orang termasuk lawan bisnisnya."Haruskah aku percaya? Atau kau ingin kita bermain-main lebih dulu tuan?""Hahaha, becandamu tidak bisa membuatku tertawa. Tapi, sedikit menggelitik.""Tuan, cobalah untuk jujur agar tidak ada hal yang membuat kita tidak nyaman terlebih anda." "Boy, kau belum mengenalku sepertinya. Aku tidak pernah bermain-main dan apa yang aku katakan itu adalah sebuah kejujuran.""Oke, kali ini aku percaya tuan Rendra. Anggap saya percaya dengan perkataa

  • Penjara Cinta Sang Sultan   62. Kembalikan Anakku

    Alice membuka matanya aroma obat tercium begitu menyengat di hidungnya. Memindai seluruh ruangan bercat putih. Alice mencoba mengingat apa yang terjadi padanya. Sesaat tubuhnya bergetar mencoba untuk bangkit namun sayang tubuhnya begitu sulit untuk di gerakkan."Sayang, kamu sudah sadar? Kamu tidak boleh bergerak, tetap seperti ini,""Arka, di mana Arka? Kamu berhasil menyelamatkan anakku kan? Katakan padaku Alaric, mana anakku!!" Alice memukul dada bidang Alaric, putranya tidak ada di sampingnya. "Sayang, kamu harus tenang ya?" Alaric mencoba untuk memeluk Alice, tapi sayang Alice tetap memberontak dan bahkan berulang kali mendorong tubuh Alaric meski tubuhnya tak bergerak sedikitpun. Alice mencoba melepaskan diri saat Alaric berusaha untuk menenangkan dirinya walau tubuhnya lemah Alice tetap berusaha untuk turun mencari keberadaan putranya."Aku janji akan membawa anak kita dengan selamat. Tidak ada satu goresan dalam tubuhnya, aku janji sayang." Alaric merengkuh tubuh istrinya y

  • Penjara Cinta Sang Sultan   61. Arka Di Culik

    Alice memilih menu untuk mereka nikmati bersama tanpa bertanya karena ia tahu jika Ratmi menyukai makanan yang sama dengannya. Bahkan Larissa pun memilih makanan favorit walau ia beralasan penasaran dengan menu yang di lihatnya mengunggah seleranya. "Setelah ini anda mau ke mana nyonya?" Larissa memecah keheningan di antara mereka setelah menikmati makan siang di tempat yang di pilih oleh Arka. "Pulang, di rumah ada mama. Tapi sepertinya Arka ingin berkeliling sebentar," "Ya, nyonya anda benar sekali, sepertinya den Arka masih ingin bermain apa sebaiknya kita nunggu sebentar agar den Arka puas bermain?" usul Larissa. Alice membenarkan perkataan Larissa, selagi Emre di luar kebetulan Alice sudah lama tidak mengajak Arka bermain di luar rumah. "Ya, benar. Kita tunggu sebentar." Mereka mengikuti langkah kecil Arka yang memilih satu permainan yang di inginkan olehnya. Walau sejak tadi sudah bermain, tetapi tak terlihat lelah di wajahnya. Alice sesekali menanggapi perkataan La

  • Penjara Cinta Sang Sultan   60. Rencana Menculik Arka

    Alaric yang menceritakan semua yang terjadi di proyek pada Alice. Sebagai seorang suami ia harus jujur terhadap istrinya apapun yang terjadi di luar rasa, termasuk musibah yang menimpa mereka berdua sehingga Alaric menyelamatkan nyawa Larissa sebagai bentuk terima kasihnya yang sudah di selamatkan.Mereka memilih menginap di salah satu penginapan yang tak jauh dari proyek itu pun semua dilakukan demi rasa kemanusiaan dan tentu hal itu membuat Alice semakin mencintainya karena kejujuran laki-laki yang kini telah menjadi seorang ayah untuk putranya. "Aku tidak akan marah ataupun cemburu, apa yang kamu lakukan itu sudah benar tentu aku akan bangga dan mengucapkan terima kasih padanya untuk kedua kalinya dan menyelamatkan suamiku. Dan salah satunya karena ulah anak kita dan yang kedua adalah kamu, bagaimana jika dia tidak menyelamatkan kamu tentu saat ini kamu tidak berada di hadapanku namun sebaliknya aku dan anakku menangis mengiringi kepergianmu"Hal itu tidak mungkin terjadi padaku k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status