แชร์

Bab 176: Tepi Perosotan

ผู้เขียน: Rizki Adinda
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-11 09:07:53

Bagaimana bisa dia berkata seperti itu—di depan Elina pula? Kirana merasakan dada yang semula tenang kini menegang, seperti kawat piano yang ditarik paksa.

Hatinya panas, membara oleh kemarahan yang ia tahan di balik raut wajah yang tetap lembut.

Ia belum menyadari bahwa kalimat yang baru saja ia ucapkan telah mengguncang emosi Raka. Wajah pria itu mengeras, tatapannya menusuk seperti mata pisau yang terhunus dalam diam.

Namun Kirana, tetap dengan kelembutan yang dipelajarinya dengan susah payah selama bertahun-tahun, justru menunduk, lalu berjongkok pelan di hadapan Elina.

"Ayo, Sayang... Ayahmu sudah datang menjemput. Ibu juga harus pergi. Pulang, ya, sama Ayah." Suaranya lirih, hampir seperti bisikan angin sore yang menyelinap di sela-sela pohon palem di halaman sekolah.

Elina menatapnya. Bola matanya yang besar berkilat oleh kebimbangan. Ia sempat melirik tangan ayahnya yang terulur di udara, kaku dan ragu-ragu.

Namun sorot matanya kemba

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 184: Kunci yang Tersembunyi

    “Gimana hasilnya?” Suara Raka terdengar serak, mengambang di antara denting halus hujan yang mulai turun membasahi kaca jendela kafe tempat mereka duduk.Tangannya menggenggam cangkir kopi yang mulai mendingin, seolah berusaha menahan sesuatu yang tak kasat mata.Jaka menggeleng pelan, matanya menatap ke luar jendela yang berkabut. “Ellie benar-benar menutup diri. Dia nggak mau bicara sama siapa pun. Bahkan aku... aku pun dia tolak, Rak. Rasanya ada sesuatu yang lebih dalam, sesuatu yang dia simpan rapat-rapat. Kita nggak bisa paksa dia bicara sebelum kita tahu luka yang dia sembunyikan.”Raka mengerutkan kening. Rahangnya menegang, seolah menahan ingatan yang tiba-tiba menyeruak dari balik lapisan pikirannya.Jaka belum menyadari perubahan itu. Ia melanjutkan, suaranya kini lebih rendah tapi tajam. “Ada kejadian nggak, akhir-akhir ini? Sesuatu yang bisa memicu... ledakan emosi?”Raka diam. Ruang antara mereka terasa mengerut, mendadak sesak. Dalam

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 183: Dalam Senyap

    Begitu kendaraan Raka melintasi gerbang besi rumah di Lembang yang dikelilingi kabut tipis sore hari, Elina lebih dulu melesat masuk, langkahnya cepat namun lesu, seperti sedang melarikan diri dari sesuatu yang tak bisa didefinisikan.Suara pintu kamar dibantingnya menggetarkan keheningan rumah, menyisakan gema pendek yang menggantung di udara.Raka menghela napas panjang, pelan, berat. Ia menatap lorong menuju kamar Elina sejenak, lalu menunduk sambil menyisir rambut ke belakang dengan tangannya.Ia mengenal pola ini. Elina memang kerap meledak tanpa aba-aba, seperti badai kecil yang datang tanpa angin.Tapi kali ini... ada sesuatu yang berbeda. Bukan sekadar ledakan. Ini lebih sunyi. Lebih menusuk.Namun, tanggung jawab di kantor pusat Bandung menunggu, seperti tali tambang yang terus menariknya ke realitas lain.Setelah memastikan Elina terkunci di ruang pribadinya, Raka memanggil Cempaka—perempuan paruh baya yang telah lama menjadi penja

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 182: Suara Pertama

    Tanpa menoleh, Kirana melangkah pergi. Gemerisik langkahnya menyatu dengan desir angin pagi yang dingin, meninggalkan Raka dan Elina berdiri dalam sunyi yang menyesakkan.Tak ada pamit. Tak ada penjelasan. Hanya bayangan punggung yang menjauh, seperti gema terakhir dari seseorang yang tak berniat kembali.Wajah Raka mengeras. Ia berdiri kaku, seolah tengah menahan badai yang bergulung-gulung dalam dada.Udara terasa berat, seperti menjelang hujan lebat—panas, lembap, penuh ketegangan yang tak terlihat namun nyata.Sementara itu, Elina tetap diam di sampingnya, tubuh kecilnya kaku seperti patung. Tapi lalu, seakan sebuah benang halus dalam dirinya terputus, ia terisak keras, suara tangisnya pecah seperti gelas jatuh di lantai keramik.Tanpa aba-aba, ia melepaskan genggaman tangan ayahnya dan mulai berlari—mengejar mobil yang kini hanya tinggal siluet di ujung jalan.Ia tidak tahu kenapa. Tidak sepenuhnya mengerti apa yang mendorongnya. Tapi h

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 181: Genggaman yang Terlepas

    Udara pagi di Bandung menyisakan jejak embun di kaca jendela mobil-mobil yang parkir di sepanjang jalan.Langit mendung menggantung seperti jubah kusam yang belum sempat digantungkan, menyelimuti suasana hati Elina yang sekelam warna bajunya hari itu.Langkah kecilnya terseret pelan, seakan sepatu yang ia kenakan terbuat dari batu. Wajahnya mencemberut, menyuarakan penolakan yang tak sempat ia ungkapkan dengan kata.Di sampingnya, sang ayah berjalan diam—terlalu sunyi untuk disebut pendamping, terlalu jauh untuk dibilang pelindung.Namun seketika, seberkas cahaya menyeruak dari balik langit kelabu: sosok Kirana berdiri di kejauhan, rambutnya tersapu angin lembut, mata menatap ke depan namun tampak ragu.Elina tersentak—mata beningnya membulat, menyala oleh harapan seperti lilin yang baru dinyalakan di ruangan gelap.Ia berlari kecil, lalu berhenti di depan Kirana, menarik rok wanita itu pelan-pelan. Jemarinya yang mungil dan dingin mencengke

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 180: Pura-Pura Bahagia

    Perasaan bersalah datang menyergap Kirana seperti ombak besar yang menggulung tiba-tiba—tak terduga dan tak terbendung.Jantungnya berdetak lebih cepat, dada terasa sesak, seakan ada yang mengganjal di tenggorokan. Ia menutup wajah dengan kedua tangan, berusaha meredam tangis yang mulai pecah.Tapi tetap saja, air mata jatuh juga, satu-satu, seperti butir mutiara yang terlepas dari untaiannya—jernih, rapuh, dan tak terbendung.Ia menarik napas panjang, sekali, dua kali. Dingin udara sore menyeruak lewat celah jendela rumahnya yang terbuka separuh, namun tak cukup untuk meredakan panas yang menggelegak di dadanya.Ia tahu, ia tak boleh kalah. Tidak sekarang.Segalanya tiba-tiba menjadi jelas. Terlalu jelas. Raka—pria yang dulu pernah ia percayai untuk menjadi ayah bagi anak-anaknya—tak akan pernah bisa menerima Aidan dan Bayu.Tak akan pernah. Ada sesuatu dalam sorot matanya, cara ia diam ketika nama mereka disebut, cara ia menghindari pembic

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 179: Pisau Pelan

    Dengan amarah yang mendidih hingga ke ujung rambut, Elina melempar boneka kelincinya ke lantai. Bunyi kepalanya yang berbenturan dengan lantai kayu menciptakan dentuman lembut namun pedih, seperti tangisan yang tertahan.Ia berlari menaiki tangga tanpa menoleh. Rambut kuncir satu yang biasanya melambai ceria kini melambai penuh emosi, seirama dengan langkah kaki kecilnya yang menghentak kasar di setiap anak tangga."Aku nggak akan percaya Ayah lagi!"Di ruang tengah, suara itu menggema. Raka yang duduk di sofa dengan tubuh sedikit membungkuk langsung membuka mata, seakan tersentak dari lamunan yang tak nyaman.Ia memejamkan mata sejenak, merasakan denyut pelipisnya berdegup lebih keras dari biasanya. Bukan karena tekanan darah, tapi karena rasa bersalah yang perlahan mencubit sisi-sisi hatinya.Langit sore menggantung di balik jendela, mengguratkan warna jingga yang menyusup masuk ke dalam rumah, menyinari rak buku dan bingkai-bingkai foto

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status