Share

Bab 230: Biarlah Dinilai Setelahnya

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-07-21 13:44:09
Konferensi resmi itu dimulai ketika matahari condong ke barat, cahayanya menembus kaca besar aula dengan semburat keemasan yang membuat suasana seolah lebih agung dari biasanya.

Kirana dan Lukman sudah tiba tiga puluh menit lebih awal, langkah mereka terasa hati-hati, seperti sepasang tamu yang sadar betul bahwa sorot mata banyak orang menunggu kehadiran mereka.

Aula megah itu dipenuhi denting gelas, bisik-bisik halus, dan suara kursi yang bergeser. Bau parfum mahal bercampur dengan aroma kopi hitam yang baru diseduh dari meja sudut ruangan, membentuk atmosfer yang khas—antara formalitas dan ketegangan tak kasat mata.

Kirana duduk dengan punggung tegak, kedua tangannya saling meremas ringan di pangkuan. Dari kursinya, ia memperhatikan orang-orang yang berdatangan. Jas resmi, gaun sederhana nan elegan, wajah-wajah yang sebelumnya hanya ia kenal lewat layar berita kesehatan.

Kini, semua itu nyata di hadapannya, bergerak, berbicara, dan sesekali melempar senyum tipis. Setiap menit berlalu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 493: Tolong Kembalikan Bunga Itu

    Memberi bunga bukanlah kebiasaan Raka. Bahkan, kata “bunga” nyaris tidak pernah menyinggung kehidupannya—tidak dalam percakapan, tidak pula dalam tindakannya.Namun pagi itu, dunia seolah menolak aturan lamanya. Raka justru mengirimkan buket mawar segar, dan Kirana menjadi satu-satunya penerima.Sekilas, seharusnya tak ada yang istimewa dari setangkai bunga. Tapi ketika tangannya menyentuh gulungan kertas pembungkus yang masih dingin oleh embun pagi, waktu di sekitar Kirana serasa berhenti.Bukan kali pertama. Kemarin ia sudah menolak satu buket serupa, dengan ukuran lebih sederhana. Tapi hari ini, bunga yang mampir jauh lebih besar, warnanya lebih mencolok, aromanya menusuk dada, menusir sisa kantuk yang sempat ia simpan setelah malam panjang.Yang membuatnya sesak bukan sekadar mawar yang merekah. Melainkan tubuhnya sendiri—jantung yang mendadak berdebar, jemari yang kaku, dan tarikan napas yang tak sempat teratur.Tak ada

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 492: Aku Tak Akan Pernah Menerima

    Langit Bandung pagi itu tampak berat, seperti menahan sesuatu yang enggan ia lepaskan. Awan kelabu menggantung rendah, menutup jalan bagi cahaya matahari yang masih berusaha menembusnya. Udara menyisakan aroma tanah basah, lembap, bercampur wangi samar dedaunan yang terguyur hujan subuh.Jalanan kecil di depan taman kanak-kanak masih licin, memantulkan cahaya lampu kendaraan yang sesekali melintas.Lisa berdiri di depan gerbang, jaketnya tertutup rapat, kedua tangannya merapat ke tubuh untuk menahan dingin yang merambat. Tatapannya mengikuti anak-anak berseragam warna-warni yang berlari masuk, langkah-langkah kecil mereka berpadu dengan tawa riang, riuh seperti kicau burung pagi.Di sisinya, Raka berdiri tegap, wajahnya serius, mata terfokus hanya pada satu sosok mungil yang baru saja menghilang di balik pintu kelas. Lisa sempat melirik, mencoba membaca ekspresi pria itu. Namun wajah Raka tetap dingin, sulit diterka.Ada sesuatu yang bergerak di balik tat

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 491: Kamu Pantas Menerima Akibatnya

    Angin malam merayap masuk dari celah jendela mobil yang terbuka sedikit. Dingin yang dibawanya menempel di kulit, menambah ketegangan yang sejak tadi tak kunjung pecah di dalam kabin. Lampu jalan berkelebat, berganti dengan bayangan pepohonan, seolah ikut menyaksikan percakapan yang tertahan.Bara bersandar santai, namun matanya tak pernah benar-benar rileks. Dari sudut bibirnya meluncur kalimat yang terdengar biasa, tapi nadanya menyimpan beban.“...mendekati perempuan itu sama saja kayak menutup proyek bisnis,” ujarnya datar, tapi menohok. “Jangan berputar-putar. Langsung tunjukkan niatmu. Biar dia tahu ke mana arahmu. Kalau setengah hati, kamu bakal kehilangan segalanya.”Raka hanya diam, pandangannya lurus ke depan. Bara menepuk bahunya ringan, tapi ketukan kecil itu bagai palu yang menghantam batin. Sentuhan itu menyalakan bara yang disembunyikan dalam dada sahabatnya.“Kalau kamu suka, akui. Jangan jadikan Elina tameng.

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 490: Ayo Kita Jujur

    "Taruh saja dulu bunganya, nanti saya yang bawa ke atas untuk Pak Pradana," ucap Zayyan, suaranya tenang tapi membawa ketegasan yang tak bisa ditolak.Ucapan itu membuat ruang resepsionis seketika senyap. Hanya terdengar dengung pendingin ruangan yang bekerja terlalu rajin, bercampur bau tajam pembersih lantai yang menusuk hidung.Resepsionis mengangguk patuh, sementara si kurir masih ragu. Pemuda itu menggenggam erat buket di tangannya, jemarinya sedikit gemetar. Jaket lusuhnya berbau lembap, dan sepatunya—yang warnanya tak lagi jelas antara cokelat dan hitam—seperti sudah lama menunggu giliran diganti.“Tapi pelanggan kami bersikeras bunga ini harus saya serahkan langsung,” suaranya meluncur, terdengar lebih gugup ketimbang meyakinkan.Zayyan menatapnya sebentar, lalu tersenyum tipis, sopan, tapi jelas menutup ruang tawar-menawar. “Tenang saja. Saya asistennya langsung. Bunganya pasti sampai ke tangan beliau.”

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 489: Aku Ingin Kamu Kembali

    Beberapa helaan napas panjang terdengar dari Kirana sebelum akhirnya ia mendongakkan wajah. Ada tarikan dalam di dadanya, seolah sedang menahan sesuatu yang bergolak, berusaha agar tidak pecah begitu saja di depan orang lain.Senyum tipis ia paksa hadir di bibir, namun matanya—ah, mata itu tak bisa berbohong. Ada keraguan yang menari di balik tatapan, samar tapi jelas bagi siapa pun yang cukup jeli.“Mungkin salah kirim. Nanti aku hubungi tokonya, ya.”Suaranya ringan, nyaris seperti bisikan yang dipoles agar terdengar wajar.Namun Lisa, yang berdiri hanya beberapa langkah darinya, tak mudah terbuai. Tatapannya menajam, menusuk dengan selidik yang tidak ramah. Alisnya terangkat tipis, tubuhnya sedikit condong ke depan, seakan ingin membaca lebih dalam bahasa tubuh Kirana.Di balik wajah kalem Lisa, ada keyakinan yang tak tergoyahkan: Raka Pradana bukan pria sembarangan. Dan tentu bukan lelaki yang asal meletakkan namanya pada sebu

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 488: Mari Kita Jujur

    “Lagian, kamu udah ngelakuin banyak hal buat dia. Sekarang tinggal ngomong aja terus terang,” suara Bara terdengar santai, tapi tegas. Kalimatnya meluncur ringan, namun menyimpan bobot yang sulit diabaikan.Udara malam merayap masuk lewat celah jendela yang terbuka sedikit, membawa dingin yang menusuk pelan ke kulit. Lampu gantung di ruangan privat itu berpendar redup, mencipta bayangan samar di permukaan meja kayu yang berkilau tipis.Aroma anggur merah yang belum tersentuh melayang lembut, berpadu dengan wangi kulit dari sofa tempat dua pria itu duduk.Raka bersandar diam, menatap gelas di depannya. Ia tak minum, hanya memandangi permukaan cairan merah gelap yang bergoyang halus, seolah mencari jawaban di sana. Baru ketika Bara melanjutkan, kepalanya terangkat sedikit.“Kalau bisa, langsung aja tanyain. Dia mau balik sama kamu lagi, nggak? Sekalian minta maaf. Tapi yang bener, Ra. Jangan setengah-setengah.”Nada suara Bara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status