Share

Reza Ketahuan

Author: Pulungan
last update Last Updated: 2024-05-25 11:59:08

Seminggu telah berlalu, Naya sudah mulai melupakan kejadian yang membuatnya terus mengurung diri di kosan, ia mulai bisa fokus bekerja di pabrik. Walaupun sebelumnya ia sempat libur satu hari karena merasa belum siap untuk kerja.

"Nay, kamu kalo ada masalah bisa cerita gak sih? Jangan diam tiba-tiba, aku tuh bingung mau gimana kemaren kamu diam aja hampir dua hari. Sekarang tiba-tiba udah ceria aja kayak jelangkung aja deh, bikin takut dan bingung," ucap Silvi mengutarakan kekesalan hatinya membuat Naya cengengesan.

"Maafin aku ya, aku gak apa-apa kok," ucap Naya membuat Silvi langsung mengerucutkan bibirnya. "Pagi Naya, Silvi," ucap seseorang membuat keduanya langsung menoleh.

"Eh Pak Bos Ganteng, selamat pagi," sapa Silvi membuat Naya langsung melotot ke arah Silvi, tapi Silvi malah santai. "Pagi Pak Alex," sapa Naya dengan ramah yang dibalas senyuman oleh Alex.

"Kemaren saya dapat kabar kamu sempat libur dua hari kanapa? Apa sakit lagi?" tanya Alex membuat Naya langsung gelagapan, sedangkan Silvi langsung menoleh ke samping melihat ekspresi Naya yang kaget.

"Em … gak apa-apa kok Pak, alhamdulillah saya sehat aja, kemaren itu saya ada sedikit urusan jadinya gak bisa masuk kerja dan besoknya saya juga urusan Pak, maafin saya ya Pak," terang Naya sambil memainkan jarinya membuat Alex mangut-mangut.

"Iya gak apa-apa, jangan sering-sering tapi ya," ujar Alex yang dibalas anggukan oleh Naya. "Siap Pak," jawab Naya. "Silvi pertahanin terus ya semangat kerjanya," lanjut Alex membuat Silvi langsung mengacungkan kedua jempol nya sambil tersenyum.

"Tenang Pak saya gak kayak Naya kok suka bolos hehe," jawab Silvi sambil cengengesan membuat Naya langsung menyenggol lengan Silvi.

"Haha gak apa-apa, intinya jujur dan terus semangat jangan lupa jaga kesehatan, dan yang paling penting lagi jangan lupa bahagia," lanjut Alex membuat Naya langsung tersenyum sambil mengangguk sedangkan Silvi kegirangan seperti anak kecil yang dikasih permen.

"Siap Pak ganteng," jawabnya dengan muka imutnya membuat Alex geleng-geleng lalu meninggalkan mereka berdua. Pletak! Naya menyentil dahi Silvi. "Ih kamu kebiasaan deh, jangan terlalu heboh di depan atasan," omel Naya membuat Silvi langsung memegangi jidatnya yang di sentil sama Naya.

"Sakit," rengeknya membuat Naya langsung memutar mata masa. "Pak ganteng, Naya jahatin aku!" teriak Silvi membuat Naya langsung menutup mulutnya. "Shut … jangan malu-maluin," kesal Naya, sedangkan Alex yang melihat itu hanya terkekeh. Tiba-tiba ia merasa ponselnya bergetar, Alex langsung merogoh saku celananya lalu membuka pesan dari Reza.

[Saya udah mau sampe di pabrik,] pesan Reza. [Terserah, itu 'kan kemauan sendiri gak di undang] balas Alex disertai dengan emot tertawa. [Jangan ganggu Naya] tulis Reza membuat Alex langsung melihat ke arah Naya sebentar.

[Udah tuh saya gombalin tadi,] balas Alex lalu ia memoto Naya dari jauh kemudian mengirimkannya ke Reza. "Sial, kenapa laki-laki ini selalu mencari masalah," umpat Reza sambil meremas stir mobil, tapi detik kemudian ia tersenyum melihat foto Naya.

Reza sudah muak di rumah orang tuanya bahkan beberapa hari ini Reza memilih tidur di kantor daripada harus pulang ke rumahnya. Ia kembali mengingat kejadian dua hari yang lalu rapat di malam jum'at.

Malam itu Reza terjaga dari tidurnya, ia merasa haus, Reza meraih gelas di meja ternyata kosong. Ia melihat jam menunjukkan pukul 2 dini hari. Reza memutuskan keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur. Belum sempat Reza mengambil air minum tiba-tiba Nova keluar dari kamar tamu.

Reza yang melihat itu langsung mengalihkan pandangannya karena Nova memaki pakaian tidur yang benar-benar seksi dan hampir menerawang. "Lagi ngapain Pak?" tanya Nova sambil lewat.

"Minum," jawab Reza singkat membuat Nova mangangguk. Belum sempat Nova masuk ke kamar mandi tiba-tiba… "A …!" Nova berteriak membuat Reza langsung menghampiri Nova.

"Kenapa?" tanya Reza, Nova yang melihat itu langsung berlari ke arah Reza lalu ia memeluk Reza membuat sang empu kaget. "Nova apa yang kamu lakukan?" tanya Reza dengan nada tegas membuat Nova semakin mengeratkan pelukannya. Masalahnya Reza merasakan itu langsung panas dingin di tambah lagi pakaian Nova yang benar-benar pendek dan menerawang.

"Pak itu ada kecoa, Pak," ucap Nova dengan lebaynya membuat Reza langsung memejamkan matanya sejenak lalu ia berusaha mendorong bahu Nova. "Lepasin!" bentak Reza karena Nova tidak kunjung mau melonggarkan pelukannya membuat Reza emosi.

"Gak mau Pak, saya takut," rengek Nova seperti anak kecil. "Nova!" bentak Reza lalu melepas paksa tangan Nova dari badannya lalu ia memberi jarak antara dirinya dan Nova.

"Masalah kecoa aja kamu sampe segitunya, perbaiki diri dulu jangan terlalu murah di depan laki-laki!" tegas Reza lalu ia meninggalkan Nova begitu saja. 'Is … bikin bete aja, awas aja kamu Reza apapun ceritanya kamu harus jatuh diperlukanku,' ucap Nova dalam hati sambil memperhatikan Reza yang mulai menjauh.

Sampai di kamar Reza langsung mengunci pintu lalu berusaha menormalkan jantungnya lalu ia memilih masuk ke kamar mandi membiarkan air shower menyiram seluruh badannya.

'Aku bisa stress kalo gini terus,' ucap Reza dalam hati sambil memejamkan matanya. Reza menggelengkan kepalanya sebenar lalu ia kembali fokus membawa mobil hingga akhirnya mobil tersebut masuk ke dalam kawasan pabrik.

Tanpa membuang waktu ia langsung turun tidak lupa, jaket, topi dan maskernya. Lalu Reza berjalan menuju bagian pengemasan. Bagitu sampai Reza langsung melihat dari balik kaca, ia melihat Alex masih di dalam. Kemudian matanya celingak-celinguk mencari Naya, hingga detik kemudian bibirnya tersenyum.

Tanpa membuang waktu, Reza langsung masuk ke dalam, Alex yang melihat Reza datang langsung terkekeh tanpa sebab. "Cemburu ya?" tanya Alex pelan saat di samping Reza.

"Berisik," ketus Reza lalu ia mulai jalan-jalan ke arah tempat Naya. "Pak Aga!" sapa Silvi sambil melambaikan tangannya membuat Naya langsung menoleh ia melihat ke arah Reza sekilas lalu kembali bekerja.

"Susah banget emang punya teman kayak cacing," sindir Naya membuat Silvi menoleh. "Kamu meledekku?" tanya Silvi yang dibalas anggukan oleh Naya. "O … bodo amat sih, aku kan ramah gak kayak kamu sok cool aslinya mah beh bukan main," ledek Silvi membuat Naya langsung mangut-mangut.

"Halo Sivi, Naya, apa kabar?" tanya Reza dengan semangat membuat Silvi langsung tersenyum manis. "Kabar baik Pak Bos, apalagi liat wajah Bapak walaupun yang terlihat cuma jidat sama matanya doang, aku udah meleleh Pak, gimana kalo bapak buka masker beuh klepek-klepek aku pasti, Pak," jawab Silvi membuat Naya benar-benar tidak habis pikir dengan tamannya tersebut yang kepedeannya melampaui orang biasa.

"Iya kah? Terima kasih banyak dan kamu Naya?" tanya Reza membuat Naya langsung tersenyum sekilas lalu mengangguk. "Sama Pak, saya baik-baik aja kok," jawab Naya membuat Reza mangut-mangut.

Setelah berbasa-basi dengan Naya dan Silvi, Reza kembali mengelilingi karyawan yang lain supaya tidak ketahuan jika dirinya hanya ingin melihat Naya. "Bagaimana kabar kalian?" tanya Reza lumayan jauh dari tempat Naya dan Silvi. "Baik Pak Reza,"

Deg! Naya langsung kaget lalu menoleh, sedangkan Reza langsung mematung sebentar. "Pak Reza 'kan? Bapak CEO perusahaan apa gitu saya lupa lagi," lanjut karyawan tersebut membuat Reza benar-benar panik.

"Bukan, kamu salah orang," jawab Reza. Tanpa membuang waktu ia langsung memilih keluar karena panik, Reza langsung buru-buru mencari toilet. Sedangkan Naya dan Silvi langsung saling melempar pandangan.

"Reza?" ucap Silvi membuat Naya bingung. "Aku keluar sebentar," ucap Naya lalu ia buru-buru keluar mencari Reza, rasa penasarannya sudah di puncak. 'Kak Reza? Kalo benar ngapain Kak Reza seperti ini nyamar-nyamar segala?' ucap Naya dalam hati, Naya celingak-celinguk mencari Reza.

'Kemana ya? Cepat banget,' Naya berputar-putar mencari Reza. Tidak lama kemudian ia melihat Reza dari kejauhan tanpa membuang waktu ia langsung berlari mengejar laki-laki tersebut. "Tunggu!"

Reza langsung berhenti lalu tanpa menoleh, ia merasa tidak asing dengan suara ini. Dengan cepat ia berlari ke depan Reza membuat Reza rasanya ingin menghilang sekarang juga. Reza mematung saat Naya menatapnya dengan intens, begitu juga dengan Naya ia melihat Reza dengan seksama.

Detik kemudian ia sedikit berjinjit lalu membuka masker Reza, ingin rasanya Reza menahan tangan mungil itu, tapi ntah kenapa ia malah mematung tidak bisa berbuat apa-apa.

"Hah?" Naya menutup mulutnya begitu ia sudah membuka masker Reza. Sedangkan Reza malah menatap sendu gadis itu. "Nay," panggil Reza hendak meraih tangan Naya, namun dengan cepat Naya menepis tangan Reza.

"Jangan sentuh aku!" bentak Naya, air matanya lolos begitu saja, ia benar-benar merasa di permainkan oleh Reza sekarang, sedangkan Reza hanya menatap sendu Naya. "Nay, dengerin aku dulu," bujuk Reza karena tidak tega melihat Naya menangis.

"Apa sih mau Kakak sebenarnya, hah? Pantes Ibu marah-marah dan henci sama aku ternyata ulah kamu, hiks …," lirih Naya, bahunya mulai bergetar ia merasa benci dengan Reza.

"Gak gitu Nay, aku tahu kok semuanya, aku gak bermaksud malu-maluin kamu, aku hanya i-"

"Apa? Kakak hanya ingin buat aku menderita, jadi olok-olokkan orang sekampung dan sepabrik, itu yang Kakak suka dengan penyamaran Kakak ini, aku benci kamu!" teriak Naya.

Greb! Reza dengan cepat menarik Naya ke dalam pelukannya walaupun gadis itu memberontak meminta di lepaskan, tapi Reza tetap berusaha menenangkan gadis itu. Saat Reza menoleh dari kejauhan ia melihat Alex sedang melihat dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status