Share

Antar Naya pulang

Author: Pulungan
last update Last Updated: 2024-05-24 12:51:51

"Em … maksudku kamu bilang nama titiknya aja, biar aku ngikutin maps," jawab Reza berbohong membuat Naya mengangguk sekilas. "Gak usah Kak, aku gak tidur kok," jawab Naya membuat Reza mangut-mangut.

Lama mereka di perjalanan akhirnya keduanya sampai di depan gang kosan Naya. Naya sengaja tidak memberi tahu detail tempat kosannya, supaya Reza tidak bisa menemukan kosannya. "Disini aja? Kamu yakin?" tanya Reza karena masih lumayan jauh ke dalam.

"Iya Kak, makasih," lanjut Naya lalu ia hendak membuka pintu mobil namun, Reza terlebih dahulu menahannya. "Bawa ini Nay, kalo kamu udah maafin aku bilang aja aku siap kapan aja jemput kamu," ucap Reza sambil menyodorkan amplop yang tebal lima kali dari isi yang Naya berikan tadi.

"Apa ini?" tanya Naya bingung. "Nafkah untuk istriku yang cantik ini," jawab Reza menggombal Naya, sambil tangannya mengusap pipi Naya. "Gak usah Kak, aku kerja kok," tolak Naya, tapi Reza lebih keras kepala.

"Ya sudah kalo kamu gak mau nerima, jangan turun dan ayo ikut aku kemanapun itu," ancam Reza membuat Naya langsung menghela nafas panjang. "Ya sudah," lirihnya lalu memasukkan amplop tersebut ke tasnya membuat Reza tersenyum puas.

"Jangan kerja berat Nay," ucap Reza tiba-tiba membuat Naya kembali mendongak. "Maksudnya?" tanya Naya. "Ya, kali aja usah ada dedek bayi di perut kamu, aku gak mau kamu capek-capek dan secepatnya harus kembali ke pelukanku," jawab Reza sambil mengusap perut rata Naya membuat sang empu kaget.

"Aku keluar dulu Kak, makasih udah di anterin," lanjut Naya lalu ia buru-buru turun, sebelum pergi Reza membuka kaca mobil memperlihatkan Naya yang masih menunggunya pergi.

"Aku pergi dulu sayang, jangan lama-lama nenangin dirinya, assalamualaikum" ucap Reza sambil mengedipkan matanya sebelah membuat Naya langsung kaget. Deg!

Ntah apa yang terjadi ia merasa jantungnya berdebar-debar melihat itu, setelah Reza pergi Naya langsung menuju kosannya yang tidak terlalu jauh dari jalan. Tok! Tok! Tok! "Assalamualaikum,"

"Walaikumsalam, sebentar!" terdengar suara cempreng Silvi dari dalam. Ceklek! "Ya ampun Naya! Kamu dari mana aja jam segini baru pulang? Berangkat pagi, pulangnya mau isya begini," omel Silvi tapi Naya hanya diam lalu ia masuk membuat Silvi bingung. Tanpa membuang waktu ia langsung menutup pintu lalu mendekati Naya.

"Nay, kamu denger gak sih aku ngomong apa?" tanya Silvi yang dibalas anggukan oleh Naya. "Are you oke?" tanya Silvi karena melihat Naya sedari tadi diam, tiba-tiba Naya meneteskan air mata membuat Silvi langsung kaget.

"Nay kamu kenapa? Si Reza ngapain kamu? Atau mertuamu itu merlabrakmu lagi? Hah? Bilang, aku banting nih mereka sekarang,"" cecar Silvi, Naya langsung buru-buru menghapus air matanya lalu menggeleng.

"Kalo gitu kamu ngapain nangis?" tanya Silvi membuat Naya tercekat ia tidak bisa menceritakan apa yang sudah terjadi padanya hari ini. "Aku gak apa-apa kok, lagi pengen nangis aja," jawab Naya membuat Silvi langsung memutar mata malas.

"Dikirain apaan Markonah, bikin panik aja deh kamu gak bawa makanan apa?" tanya Silvi sambil melihat kantong plastik yang di bawa Naya. "Ada itu, makan aja, aku mau istirahat dulu," lanjut Naya yang dibalas anggukan oleh Silvi.

Naya beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju kamar mandi, namun detik kemudian Silvi langsung mematung sejenak melihat cara jalan Naya. "Na–Nay," panggil Silvi gugup.

"Hem?" dehem Naya sambil menoleh membuat Silvi langsung sadar. "Eh … nggak-nggak, aku cuma iseng doang," ucap Silvi sambil cengengesan membuat Naya hanya bisa menghela nafas panjang.

'Gak biasanya Naya jalan seperti itu, kenapa ya,' ucap Silvi dalam hati, detik kemudian ia memukul kepalanya pelan. 'Aelah Vi, kebanyakan nonton adegan dewasa ih. Ih insaf-insaf, otak jadi mesum,' ucap Silvi dalam hati lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sampai di rumah, Reza langsung turun dari mobil. Hatinya sangat senang bisa bersama Naya seharian, begitu sampai di ambang pintu Reza mendengar ada suara Nova di dalam.

'Ngapain lagi sih ini cewek kesini, udah di pecat dari kantor gak, gak malu apa,' gumam Reza dalam hati. Tanpa membuang waktu ia langsung mengetuk pintu sekilas membuat Neni, Nova dan Sarah langsung menoleh.

"Eh anak Mama udah pulang, gimana ngantornya lancar? Tadi Mama kesana kamu gak ada," sapa Neni dengan ramahnya membuat Reza menaikkan alisnya sebelah.

"Lancar Ma, aku ke kamar dulu ya Ma bersih-bersih," jawab Reza datar membuat Neni langsung menoleh ke arah Sarah . "Oh iya, tapi nanti setelah beres kamu kesini lagi ya, Mama mau ngomong sesuatu sama kamu,"

"Ya udah nanti aku kesini," jawab Reza kaku masuk ke dalam kamar. "Ih … Tante makasih banyak, semoga Pak Reza mau ya," ucap Nova dengan girangnya membuat terlihat seperti anak kecil.

15 menit kemudian Reza keluar dari kamar lalu menuju ruang tengah, kemudian ia duduk jauh dari Nova. "Mama mau ngomong apa?" tanya Reza membuat Neni langsung meletakkan ponselnya.

"Oke gini, Nova 'kan udah kamu pecat dari kantor. Nah sekarang ia lagi kesulitan nyari tempat tingga-" ucapan Neni langsung terpotong. "Jadinya?" potong Reza to the point karena ia sudah berfikir negatif duluan dan membuat Neni yang ingin menjelaskannya langsung bingung.

"Mama mau Nova tinggal sama kita untuk sementara waktu," ucap Neni membuat Reza langsung tersendak. Uhuk … uhuk!

"Pelan-pelan Reza," ucap Neni sambil menguap pundak Reza, sedangkan Reza yang tadi ingin makan langsung tidak nafsu makan. "Nova tinggal disini?" tanya Reza lagi memperjelas yang hanya di balas anggukan oleh Neni.

"Tujuannya apa?" tanya Reza yang bingung dengan tingkah Ibunya akhir-akhir ini. 'Ya karena Mama kasian aja, dia pengangguran gak ada kerjaan lagi, gak apa-apa sih sebenarnya Nova tinggal sama kita," lanjut Neni membuat Reza yang awalnya ingin makan, langsung hilang moodnya.

"Pak Reza gak suka ya kalo saya disini?" tanya Nova tiba-tiba membuat Reza langsung menoleh lalu menggeleng sambil memijit pelipisnya sekilas. "Ya udah deh, saya ke kamar dulu" lanjut Reza lalu meninggalkan mereka sendiri. Ia tahu pasti ini ulah Ibunya lagi ingin mendekatkannya dengan Nova.

"Yah Tan, malah pergi," ucap Nova membuat Neni menggeleng. "Gak apa-apa yang penting kita udah bilang, kamu santai aja jangan ketara banget dulu sama Reza, biasa aja dulu nanti lama-lama dia juga terbiasa sama kamu," ucap Neni membuat Nova langsung mengangguk.

"Kapan rencana selanjutnya, Tan?" bisik Nova membuat Neni langsung tersenyum miring. "Kita tunggu Reza ke pabrik dulu," jawab Neni sambil berbisik membuat Nova mangut-mangut.

"Tante mau ngapain?" tanya Nova semakin penasaran. "Lihat aja nanti, kamu pasti bakal senang melihat adegan yang terjadi," jawab Neni membuat Nova tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status