Share

Reza Minggat

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-29 18:06:43

Ceklek! Reza keluar dengan koper yang sudah rapi di tangannya, Neni yang melihat itu seketika panik. "Kamu mau kemana, Nak? Udah malem," tanya Neni, tapi Reza malah menghela nafas panjang.

"Mau nenangin diri dulu Ma, terlalu banyak masalah yang datang tiba-tiba, apa takdir emang gak mengizinkan aku untuk bahagia apa ya?" ucapan Reza membuat Neni seketika diam lalu menggeleng.

"Gak Nak, kamu gak usah mikir macem-macem kamu istirahat aja, pasti capek kan seharian, Mama masak nih buat kamu," lanjut Neni berusaha menenangkan Reza, tapi Reza malah menggeleng.

"Maaf Ma, untuk sekarang kayaknya Reza harus nenangin diri dulu, udah terlalu stres," tegas Reza lalu ia berjalan melewati Neni. "Pak, bapak beneran pergi maafin aku," ucap Nova saat melihat Reza hampir keluar dari pintu. Reza berhenti sejenak tanpa melihat Nova.

"Aku yang pergi aja," lanjut Nova membuat Reza menoleh ke samping. "Apapun ceritanya kamu harus pergi sih dari sini!" tegas Reza lalu ia kembali melangkah keluar.

Melihat Reza pergi Nova langsung mendekati Neni yang masih mematung melihat kepergian Reza. "Tan," panggil Nova membuat Neni menoleh kesamping.

"Kok gini sih? Apa Naya yang hasut Reza ya, tapi perasaan mereka bernatem deh tadi," lanjut Nova membuat Neni mencebikkan bibirnya.

"Tante gak ngerti ya, hatinya si Naya terbuat dari apa masih aja ngejar-ngejar Reza. Kalo bukan karena kita di tahan sama Alex tadi, kita pasti bisa ngasih Naya pelajaran supaya ia bener-bener menghilang dari dari kota ini," ujar Neni, ia langsung teringat tadi siang mereka di tahan sama Alex.

Saat sedang asik mengintip dari balik tiang, tiba-tiba mereka berdua di tarik sama Wawan. "Eh … eh lepasin, siapa ini?" berontak Neni dan Nova. Wawan menghempaskan tangan Nova dan Neni membuat keduanya langsung berbalik.

"Oh ternyata kalian terus yang buat masalah di pabrik ini, sekarang ikut saya ke ruangan Pak Alex. Kalian udah di tunggu sama Pak Alex," tegas Wawan membuat keduanya langsung panas dingin.

"Em … jangan gitu dong, eh gini deh kita deal-deal an aja," bujuk Nova tiba-tiba ia memberikan dua lembar uang ke tangan Wawan. Seketika mata Wawan terbelalak melihat hal itu.

"Oh jadi ceritanya saya di sogok gitu?" tanya Wawan yang dibalas anggukan oleh keduanya membuat Wawan mangut-mangut. "Oh ok, sekarang saya paham sih kenapa kalian lolos terus masuk kesini ternyata gini caranya, baiklah,"

"Alah gak usah banyak ngomong lah, kalo mau ambil aja selesai kan," sanggah Neni merasa kesal dengan Wawan. "Masalahnya Pak Alex yang menyuruh saya untuk menjemput kalian kesini, Pak Alex udah tau kalian disini jadi gak usah berfikir untuk kabur lah, kalo gak mau berakhir di penjara," ancam Wawan membuat Neni dan Nova langsung saling melempar pandangan.

"Kamu bohong kan?" tanya Nova tidak percaya. "Wawan gak bohong," ucap seseorang dengan nada yang dingin membuat ketiganya langsung menoleh.

"Eh … Pak," sapa Wawan sedangkan Nova dan Neni langsung panik. "Ikut ke ruangan saya sekarang!" tegas Alex membuat Neni dan Nova mau tidak mau masuk ke ruangan Alex.

"Mau saya laporin ke pihak berwajib sekarang juga?" tanya Alex membuat Neni langsung menelan salivanya dengan susah payah. "Pak jangan gitu Pak, kami kan gak ganggu siapa-siapa, cuma Naya aja," sanggah Nova membuat Alex menautkan kedua alisnya.

"Saya sebenarnya gak urusan ya kalian punya masalah apa sama Naya, masalahnya di saya kenapa kalian bikin ulah di pabrik saya, kenapa harus disini? Otomatis ini menjadi tanggung jawab saya, karena kalian bikin onar di wilayah saya," tanya Alex lagi membuat Neni dan Nova langsung diam.

"Sekarang gini deh, saya juga malas banget ini berdebat sama kalian, kalo saya mau saya bisa saja laporin ini ke polisi biar kalian kapok, cuma saya gak ada waktu buat berurusan sama kalian.

Sekarang kalian tanda tangani surat perjanjian ini," lanjut Alex menunjukkan surat perjanjian yang lengkap dengan materai. "Buat apa Pak, bisa dia selesaikan baik-baik 'kan?" tanya Nova, jujur Nova mulai terpesona dengan ketampanan Alex.

"Ini udah cara yang terbaik, mau sebaik apa lagi maumu?" tanya Alex dengan tatapan tajamnya membuat Nova langsung ciut. Ternyata Alex tidak seperti Reza yang awal ketemu sempat terperangkap olehnya.

"Baca baik-baik dan tanda tangani surat perjanjian ini, sekali lagi kalian masih masuk kesini, maka selanjutnya saya serahkan ke pihak berwajib, untuk kali ini saya masih memberi peringatan," lanjut Alex membuat Neni langsung menghela nafas panjang.

"Kamu tidak ada apa-apa kan sama Naya? Kelihatan ngebela-bela gitu?" tanya Neni dengan lantangnya membuat Alex melipat kedua tangannya.

"Um … pertanyaan yang bagus, saya dan Naya jelas atasan dan bawahan jadi jika pertanyaan Ibu seperti itu tentu kami rekan kerja, bagaimana dengan anda? Apa hubungan anda dengan Naya sampai-sampai anda gininya mempermalukan Naya?" jawab Alex santai lalu ia membalikkan pertanyaan.

Nani langsung gugup, ia tidak akan pernah mengakui Naya, lebih tepatnya malu jika punya menantu seperti Naya yang hanya karyawan pabrik. "Gak, gak ada apa-apa," jawab Neni.

"Oh, kalo begitu saya juga bisa angkat kasus Naya dong ke polisi, karena anda tidak ada hubungan apa-apa sama Naya, tapi anda malah mencemarkan nama baik Naya, bagaimana?" tantang Alex membuat Nova dan Neni langsung saling melempar pandangan.

"Gak … gak, apa urusannya sama Naya, cepat tanda tangani Nova, kita pergi dari sini," ujar Neni buru-buru begitu Nova selesai tanda tangan Neni langsung merampas pulpennya lalu menandatanganinya dengan asal.

"Yuk pergi," ajak Neni sambil menarik tangan Nova. Baru beberapa langkah Nova berbalik ke belakang detik kemudian ia mengedipkan matanya ke arah Alex membuat Alex langsung menghela nafas panjang.

"Dasar!" umpat Alex lalu ia menyimpan surat perjanjian tersebut lalu keluar dari pabrik mencari Reza, ia tahu pasti Reza dan Naya sedang bertengkar.

***

Nani menggelengkan kepalanya mengingat kejadian tadi siang. "Gimana ya, kita udah gak bisa lagi masuk ke pabrik gara-gara si Alex itu, sok tegas banget deh, padahal pabrik cuma segitu aja sombongnya minta ampun," ucap Neni membuat Nova seketika teringat dengan wajah tampan itu.

"Tan," panggil Nova membuat Neni menoleh. "Hum," dehem Neni. "Menurut Tante, Alex ganteng gak sih? Mapan juga iya gak?" tanya Nova tanpa sadar membuat Neni langsung menoleh.

"Apa kamu bilang? Jangan bilang kamu menyukai Alex?" tebak Neni membuat Nova langsung menggeleng. "Eh … ng–nggak Tante, maksud aku tuh sekiranya kita manfaatin Alex bisa gak sih?" lanjut Nova membuat Neni diam sejenak.

"Ya, yakin gak yakin sih Tante. Mungkin ini pake cara yang sedikit kotor bisa kali ya," lanjut Nova membuat Neni semakin bingung. "Cara kotor? Gimana maksud kamu?" tanya Neni.

"Ya, gini Tante mungkin untuk langkah awal aku harus mendekati Alex dulu kali ya, soalnya gini aku sewaktu jadi sekretarisnya Reza pernah beberapa kali meeting sama Alex dan dia itu selain punya pabrik dia juga punya perusahaan yang sekarang sedang kerjasama dengan perusahaan Reza, secara tidak langsung Alex lebih banyak hartanya, Tan," hasut Nova membuat Neni langsung berfikir sejenak. "Kamu yakin?"

'Ya yakinlah, karena ngejar-ngejar anakmu juga susahnya udah kayak ngejar setan, tapi walaupun begitu aku masih butuh Tante Neni untuk menghancurkan Naya, aku benci Naya, gara-gara dia Reza berubah total,' ucap Nova dalam hati dengan senyum liciknya.

"Ya kita coba dulu Tante, mungkin aku perlu melakukan perawatan terlebih dahulu untuk terlihat lebih glowing, cerah dan menggoda," jawab Nova membuat Neni mangut-mangut.

"Kalo masalah perawatan mah gampang yang penting sekarang gimanapun caranya Naya harus hilang dari kehidupan Reza dan kalo kamu mau sama Alex itu sebenarnya gak masalah, apalagi hartanya banyak itu udah oke banget," lanjut Neni membuat Nova langsung mengacungkan jempolnya.

***

Disisi lain, Reza bingung harus kemana rasanya ia ingin bertemu Naya, tapi apalah daya dengan situasi seperti ini sangat tidak memungkinkan. Reza memilih ke apartemen Alex yang letaknya tidak jauh dari kantor Alex.

Sampai di sana, Reza langsung mengetuk pintu apartemen Alex tersebut. Ceklek! "Reza," ucap Alex sambil memperhatikan Reza dari atas sampai bawah.

"Jangan bilang kamu pindah dari rumah mau disini," tebak Alex yang dibalas anggukan oleh Reza. "Saya gak tau harus kemana, saya butuh teman untuk curhat," ucap Reza membuat Alex menghela nafas berat lalu ia melebarkan pintu.

"Masuk," suruh Alex. Reza masuk ke dalam lalu ia menghempaskan tubuhnya di sofa sambil memejamkan matanya sejenak. "Kamu udah makan belum?" tanya Alex yang dibalas gelengan oleh Reza.

"Um … kita pesan online aja kali ya, kebetulan saya juga belum makan," usul Alex yang dibalas anggukan oleh Reza. "Naya gimana ya?" tanya Reza tiba-tiba membuat Alex langsung menoleh.

"Ya Naya baik-baik ajalah, apalagi ada Silvi yang nemenin, kamu tuh udah kayak orang stress di jalanan," ledek Alex membuat Reza mengangguk.

"Iya makanya, saya bener-bener bingung banget sekarang ini, saya gak ngerti posisi saya sendiri, tiba-tiba aja stres gini,"

"Ya stres lah, orang kamu gak bisa tegas mau aja di bodoh-bodohin, almarhum Papa kamu kayaknya sebelum meninggal ingin ngomong banyak deh sama kamu, tapi beliau takut karena kamu terlalu dekat dengan ibu sambung kamu itu, jadi jadinya beliau gak bisa ngomong, mungkin ya," ucap Alex membuat Reza langsung teringat dulu.

Saat Reza menoleh ke kamar Papanya, dari ambang pintu ia dapat melihat Naya sedang ngobrol dengan Papanya. Tidak sengaja Papa menoleh ke arah pintu dan pandangannya bertemu dengan Reza.

Tangan beliau selalu mengisyaratkan agar Reza mendekat, namun hal itu tidak pernah ia kabulkan karena selalu di panggil oleh Namanya untuk makan dan lain-lain.

"Hey!" panggil Alex mengagetkan Reza sambil menjentikkan jarinya di depan wajah Reza."Malah melamun," ucap Alex membuat Reza mengangguk.

"Iya nih, sumpah udah pusing stres juga kalo flashback ke belakang," ujar Reza membuat Alex terkekeh. "Gak pusing sih, nyesal lebih tepatnya hahah," tawa Alex pecah melihat ekspresi Reza.

Paket! Tiba-tiba suara pengantar makanan datang, Alex langsung bangkit dari duduknya membuat Reza kembali menyandarkan kepalanya ke sisi kursi sambil menatap langit-langit apartemen Alex.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status