Share

lamar kerja

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-30 15:47:18

Keesokan harinya, Alex sudah rapi hendak berangkat ke kantor. Baru saja ia keluar dari kamarnya tiba-tiba ia melihat Reza sedang melamun di ruang tamu.

"Reza," panggil Alex membuat Reza langsung kaget. "Hum," Reza menoleh. "Gak ngantor?" tanya Alex sambil merapikan kancing kemejanya.

"Saya bingung Lex, saya pengen ketemu Naya, tapi udah gak bisa, saya nggak mood ngantor," jawab Reza membuat Alex seketika diam, sebenarnya ada rasa kasihan di hatinya, tapi balik lagi Reza tetaplah laki-laki yang seharusnya bisa mempertimbangkan mana yang baik dan mana yang buruk.

"Untuk saat ini mungkin jangan dulu, kasih Naya waktu jangan kamu cecer terus, kasian dia," usul Alex membuat Reza semakin bingung. "Tap-"

"Gak apa-apa deh, besok saya ke pabrik demi kamu, ntar saya fotoin kalo ada naya di sana," potong Alex, ia malas berdebat dengan Reza yang masih mementingkan kepentingannya sendiri.

"Ngantor gih, jangan sampai kantor hancur gara-gara kamu, buktikan kalo kamu itu bertanggung jawab, soal Naya serahkan pada yang kuasa. Karena sedikit demi sedikit kamu akan tahu semuanya dari keluargamu sendiri, udahlah capek ceramah terus," lanjut Alex lalu meminum air putih di depannya.

"Iya, nanti saya berangkat," jawab Reza membuat Alex menaikkan alisnya sebelah. "Ya udah kalo gitu saya duluan," lanjut Alex yang dibalas anggukan oleh Reza. "Hati-hati," ucap Reza membuat Alex kembali berbalik.

"Kamu tuh yang hati-hati, jangan sampe bunuh diri tar Naya buat saya," celetuk Alex membuat Reza melotot. "Heh!" kesal Reza membuat Alex tertawa.

Disisi lain, Naya benar-benar terpuruk dan masih kepikiran terus setelah mengetahui Aga itu adalah suaminya sendiri. "Naya ayo makan, ini aku udah masak telur dadar kesukaanmu," ajak Silvi.

"Wah … makasih banyak ya," ucap Naya lalu mendekati Silvi. Silvi yang melihat Naya duduk disampingnya langsung memperhatikan wajah temannya tersebut. "Nay," panggil Silvi. "Hum,"

"Kok kamu makin pucat sih? Kamu sakit?" tanya Silvi merasa heran dengan Naya akhir-akhir ini. "Gak tahu nih, mungkin kurang minum kali, suka pusing," jawab Naya membuat Silvi mengangguk.

"Bisa jadi, masih kepikiran Reza?" tanya Silvi membuat Naya langsung menggedikkan bahunya. "Udah sih, suami kayak gitu harus di kasih pelajaran Nay, kamu harus buat dia sadar betapa pentingnya kamu dalam hidupnya," ucap Silvi membuat Naya menghela nafas panjang.

"Aku gak penting malah di hidupnya," jawab Naya santai. "Jadi pindah?" tanya Silvi yang di balas anggukan oleh Naya. "Aku mau resign aja dari pabrik, malu aku kerja di sana di bully terus hiks … sakit Vi," tiba-tiba tangis Naya pecah membuat Silvi langsung memeluk Naya dari samping.

"Sabar ya, aku akan tetap bantu kamu kok tenang aja," ucap Silvi yang dibalas anggukan oleh Naya. Setelah selesai makan mereka berdua siap-siap untuk berangkat ke pabrik. Sekitar 10 menit jalan, akhirnya keduanya sampai di pabrik.

"Aku ke bagian pengemasan dulu ya, apa mau aku temani sampai Pak Wawan datang?" tanya Silvi. "Gak apa-apa kamu kerja aja, aku nunggu depan ruangan Pak Wawan aja," jawab Naya yang dibalas anggukan oleh Silvi.

Naya duduk di depan ruangan Wawan sekitar 15 menit akhirnya orang yang ia tunggu akhirnya datang juga. Naya melihat jam menunjukkan pukul 9 pagi. "Naya," sapa Wawan membuat Naya langsung berdiri sambil tersenyum.

"Pak Wawan, selamat pagi," ucap Naya. "Pagi, ada yang bisa saya bantu kah, sampai nunggu di depan ruangan saya?" tanya Wawan yang dibalas anggukan oleh Naya.

"Oh kalo begitu mari ngobrol di dalam aja," ajak Wawan lalu membuka pintu ruangannya. "Silahkan duduk," suruh Wawan sambil meletakkan barang yang dia bawa. "Baik Pak,"

"So, ada apa Naya?" tanya Wawan ikut duduk di seberang Naya. "Pak maaf jika selama saya kerja disini banyak membuat kesalahan sehingga Bapak, Pak Alex Pak Aga jadi repot karena saya.

Terima kasih banyak sudah mengizinkan saya bekerja disini Pak, tapi sekarang saya berniat mau resign dulu, Pak," ujar Naya. "Hah?" Wawan kaget mendengar ucapan Naya barusan.

"Iya Pak, maafin saya belum bisa jadi karyawan yang baik ya," ucap Naya membuat Wawan mangut-mangut. "Em … saya gak ada hak juga ya Naya untuk larang kamu resign, saya paham posisi kamu, saya sebagai HRD juga meminta maaf sama kamu karena pelayanan pabrik tidak sesuai yang kamu harapkan," ujar Wawan yang dibalas anggukan oleh Naya.

"Saya sih Pak, yang harusnya minta maaf gara-gara saya pabrik jadi heboh dadakan," sambung Naya. "Oke, tapi untuk surat resmi resign kamu belum bisa saya kasih sekarang ya, karena butuh tanda tangan Pak Alex sedangkan beliau gak tau kapan nih datang kesini, kamu tahu sendiri 'kan Pak Alex gak hanya ngurus ini," lanjut Wawan yang dibalas anggukan oleh Naya.

"Gak apa-apa Pak, mungkin nanti kalo udah jadi saya minta tolong sama Silvi aja untuk mengambilnya kesini," lanjut Naya yang dibalas anggukan oleh Wawan. "Sekarang kamu mau kerja dimana?"

"Em … belum tau nih Pak, rencananya hari ini saya mau nyari-nyari sih, semoga ada yang nerima,"lanjut Naya. "Saya hanya bisa do'ain ya, kalo semisalnya mau kerja disini lagi, berkabar aja nanti saya coba sampaikan ke Pak Alex atau Pak Aga karena dua orang ini saya lihat sangat respek sama kamu," usul Wawan membuat Naya langsung memaksakan bibirnya tersenyum mendengar nama Reza.

"Baik Pak, terima kasih banyak, kalo gitu saya pamit ya Pak," lanjut Naya. "Iya hati-hati ya Naya, semoga sukses," ucap Wawan. "Terima kasih Pak, permisi," Begitu Naya pergi Wawan langsung menuju komputernya membuat surat resmi resign Naya.

Disisi lain, Alex sedang mewawancarai beberapa calon karyawan yang mendaftar di perusahaannya, karena memang membutuhkan sekitar lima orang. Sudah hampir satu jam ia melaksanakan wawancara.

"Pak, ini pendaftar selanjutnya," ucap Tere memberikan CV pendaftar tersebut. "Baik, tunggu lima menit baru panggil orangnya ya, saya baca dulu," ucap Alex. "Baik Pak,"

Alex membuka map di tangannya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. "Widyawati Novariana,"

"Hum … pengalaman kerjanya lumayan bagus, tapi tunggu … perusahaan Adinata Company? Bukannya ini perusahaan Reza," gumam Alex sambil memanyunkan bibirnya sedikit. "Oke, Tere silahkan suruh masuk," lanjut Alex. "Baik Pak,"

Drt … drt … drt. Tiba-tiba ponsel Alex bergetar, ia menoleh melihat layar ponselnya. "Wawan," gumamnya. "Permisi Pak," ucap seseorang membuat Alex langsung menoleh, detik kemudian ia kaget melihat yang datang tidak lain adalah Nova.

'Nova,' ucap Alex dalam hati, ia seketika teringat saat gadis itu mengedipkan mata padanya kemaren. 'Oh Nova, ternyata kamu bukan wanita baik-baik ya selalu mencari kesempatan dalam kesempitan, baiklah kita mulai permainan,' ucap Alex dalam hati.

"Boleh saya duduk, Pak?" pertanyaan Nova membuat Alex langsung tersadar. "Oh, silahkan," ucap Alex, ia dapat melihat pakaian gadis itu tidak ada ubahnya seperti pakaian murahan.

"Oke Nova, kamu mau lamar di kantor saya?" Alex memulai wawancaranya. "Iya Pak," jawab Nova. "Oke, apa kelebihan dirimu, skillmu?" tanya Alex lalu ia fokus ke CV Nova.

"Em … saya sudah hampir tiga tahun jadi sekretaris di perusahaan yang berbeda-beda, Pak,"jawab Nova. "Apakah kamu pernah di pecat dari perusahaan lain?" tanya Alex dengan santainya.

'Pertanyaan apa ini, jelas-jelas dia tahu kalo aku di pecat sama Reza!' umpat Nova dalam hati. "Eh iya Pak, tapi saya di pecat bukan karena kinerja saya, itu cuma salah paham aja," jawab Nova membuat Alex mangut-mangut.

"Berapa gaji yang kamu inginkan?" tanya Alex lagi membuat Nova sejenak berfikir. "Em … sesuai kerjaan saya aja Pak dan seperti gaji pada umumnya, besar harapan saya di terima sih Pak sini," jwab Nova dengan manisnya.

"Oke, kamu sangat ingin bekerja disini?" tanya Alex lagi yang dibalas anggukan oleh Nova. "Di bagian mana?" pertanyaan Alex tersebut membuat Nova tersenyum dalam hati, ia sudah melihat tanda-tanda lampu hijau dirinya bakal di terima.

"Terserah Bapak aja, karena saya tahu Bapak pasti bisa menentukannya," jawab Nova sambil tersenyum membuat Alex mangut-mangut. 'Wawancaranya bagus, tapi pakaiannya bisa bikin musibah di kantor ini,' gumam Alex lalu mengehela nafas.

"Em … kamu yakin apapun yang saya tentukan?" ulang Alex yang dibalas anggukan oleh Nova, senyuman manis tidak pudar dari bibirnya. "Sebenarnya perusahaan ini sangat membutuhkan OB atau office girl sih, kira-kira kamu mau gak?" tanya Alex membuat mata Nova langsung membola dan mulutnya sedikit terbuka.

"OB?" ulang Nova yang dibalas anggukan oleh Alex. "Yang benar saja dong Pak, saya dari sekretaris turun ke Ob," sanggah Nova tidak terima dengan ucapan Alex barusan.

"Lah, tadi kamu bilang saya yang nentuin, kalo sekretaris disini sudah ada karyawan juga sudah full yang dibutuhkan sekarang ya OB," jelas Alex berbohong padahal ia juga lagi membutuhkan beberapa karyawan, Nova langsung menelan salivanya dengan susah payah. Ia tidak mengerti situasinya sekarang antara peluang dan musibah. "Tapi Pak-"

"Silahkan di pikirkan lagi aja, toh itu cuma tawaran kalo kamu gak mau, ya gak masalah, di luar masih banyak yang antri soalnya," lanjut Alex membuat Nova seketika bingung.

"Em … saya pikirkan dulu aja kali ya Pak, nanti saya hubungi Bapak, boleh minta kontak Bapak gak?" tanya Nova membuat Alex menyatukan kedua tangannya.

"Em … kalo buat kontak silahkan ke Tere aja karena itu bagian dia ya," jawab Alex membuat Nova langsung mengangguk. Padahal ia sangat ingin mendapatkan kontak Alex.

"Sudah selesai, silahkan keluar," lanjut Alex, Nova hanya bisa menghela nafas panjang. Rasanya wawancara yang sudah ia siapkan semalaman tidak mempan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status