Share

curiga

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-12 11:41:22

"Assalamualaikum," Silvi membuka pintu pakai kuncinya sendiri, karena ia dan Naya punya kunci masing-masing. "Pak sebentar ya, saya suruh Naya pake jilbab dulu," ucap Silvi.

"Iya silahkan, saya kesana sebentar ya," ujar Reza sambil menunjuk mini market. "Iya Pak," jawab Silvi lalu ia masuk ke dalam, ia melihat Naya masih berbaring lemas di lantai yang beralaskan kasur.

"Kok udah pulang Vi?" tanya Naya lirih membuat Silvi langsung senyum-senyum. "Ada deh, ntar juga kamu tahu, pake jilbab dulu ada yang mau datang," jawab Silvi lalu menyodorkan jilbab ke kepada Naya.

"Ih kamu mah bikin penasaran," kesal Naya lalu berusaha untuk duduk. "Mau pake bedak dulu gak?" tanya Silvi lalu menyodorkan beda baby ke depan Naya. Naya mengambil sedikit lalu mengusapkan ke wajahnya.

Tidak berselang lama, Silvi melihat Reza datang membawa dua plastik besar. "Buset, Pak bos beli apaan tuh banyak banget," gumam Silvi membuat Naya menoleh sedikit ke kaca.

"Ya terserah dia lah, jangan geer itu bukan buat kamu," ledek Naya membuat Silvi cengengesan. "Assalamualaikum," ucap Reza. Deg! Naya kaget dengan suara itu, ia merasa tidak asing dengan suara tersebut. Namun sebisa mungkin Naya berfikir positif.

'Gak … gak, gak mungkin Kak Reza mau datang kesini, jangan kepedean Nay, kamu pergi dari rumahnya aja dia udah bangga, jangan berharap lebih,' ucapnya dalam hati.

"Walaikumsalam, masuk Pak," jawab Silvi dengan ramah. Reza masuk lalu duduk di lantai sambil meletakkan semua kantong plastik di tangannya. Ia melihat ke arah Naya, seketika pandangan mereka bertemu, tapi Naya sama sekali tidak bisa mengenali Reza karena ia memakai topi dan juga masker.

"Pak, maaf saya belum tau nama Bapak, kalo boleh tau siapa ya?" tanya Silvi membuat Naya langsung melotot ke arah Silvi menurutnya temannya itu terlalu lancang.

"Oh, perkenalkan saya Aga rekannya Alex," jawabnya sambil melihat Naya sekilas, ia tidak berani mengatakan namanya takut Naya curiga.

"Oh Pak Aga, saya Silvi Pak, yang sakit itu teman saya Naya," lanjut Silvi membuat Naya langsung menunduk sedikit saat Reza melihatnya.

"Oke, kamu sakit apa Naya?" tanya Reza seramah mungkin, jujur Naya merasa tidak asing dengan suara Reza. Tapi karena Reza memakai topi dan juga masker yang dipadukan dengan jaket hitamnya mambuat Naya tidak bisa mengenali laki-laki tersebut. Naya berusaha menghilangkan pikiran buruknya lalu tersenyum ke arah Reza.

"Gak apa-apa Pak, saya cuma kecapean aja," jawab Naya sambil tersenyum membuat Reza langsung meleleh melihat senyuman itu.

"Bohong Pak! Naya mah sok kuat, asal Bapak tau pertama datang kesini aja tuh dia sakit, dia darah rendah atau gak tipes Pak," sanggah Silvi dengan polosnya membuat Naya langsung malu.

"Oalah, jangan di biar-biarkan takutnya makin parah, oh Naya baru datang kesini?" tanya Reza pura-pura. "Iya Pak, dia kan u– umph…" Naya langsung membungkam mulut Silvi karena malu jika aibnya di bocorkan.

"Heheh gak apa-apa Pak, saya mah dulu gak ngekos disini," jawab Naya mengalihkan pembicaraan Silvi. Ia mencubit punggung Silvi pelan membuat Silvi langsung diam.

"Oalah saya kirain kenapa, em … ini ada sedikit cemilan dari saya di terima ya. Dimakan biar cepat sembuh kalo darah rendah harus rajin-rajin makan makanan sehat," ucap Reza membuat Naya langsung mangut-mangut.

"Apa ini tidak kebanyakan Pak?" tanya Naya merasa tidak enak, Reza langsung menggeleng. "Gak kok, santai. Intinya dimakan biar gak lemas," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Naya.

"Em … kalo kamu merasa belum baikan juga atau gak ada perubahan saran saya ke rumah sakit aja, masalah biaya saya bantu," usul Reza membuat Naya semakin tidak enak, ia tahu pasti Silvi sudah menceritakan tentang dirinya yang belum sanggup bayar jika di rawat di rumah sakit.

"Terima kasih banyak Pak, sebenarnya dengan Bapak datang kesini aja saya sudah sangat senang, sekali lagi terima kasih banyak Pak," ucap Naya lirih, sebenarnya Reza ingin sekali memeluk gadis itu. Namun apalah daya, posisi mereka yang seperti ini rasanya tidak mungkin untuk melakukan itu.

"Em Pak maaf, apa Bapak sudah menikah?" tanya Silvi to the point membuat Naya langsung melongo, sedangkan Reza malah terkekeh mendapat pertanyaan polos itu.

"Em gimana ya hehe, sudah saya sudah menikah dan saya sangat sayang sama istri saya," jawab Reza membuat Silvi langsung lesu, sedangkan Naya langsung menutup mulutnya menahan tawa.

Reza yang melihat Naya tertawa ikut tersenyum dibalik maskernya, pasalnya ini kali pertama ia melihat istrinya tertawa. Biasanya yang ia lihat sewaktu bersama Naya adalah air mata gadis itu.

"Maafin teman saya ya Pak, suka bercanda orangnya," ucap Naya di sela-sela tawanya membuat Reza langsung mengangguk. Ntah kenapa ia sangat suka melihat tawa itu.

"Rata-rata kalo CEO atau orang sukses tuh pada menikah sih, jadi emang nasib yang cuma jadi pengagum rahasia cuma bisa menghayal aja," celetuk Silvi membuat Naya semakin terbahak-bahak, ia bahkan memgangi perutnya sambil satu tangannya berusaha menutupi mulutnya.

Reza pun ikut tertawa melihat Naya yang begitu senang mendengar celetukan Silvi. "Haha … aduh … Silvi tolong lah jangan sekarang," ucap Naya di sela-sela tawanya.

"Maaf ya Pak, saya cuma asal ngomong aja jadi gak usah di dengerin, emang radio rusak begini modelannya Pak," lagi-lagi ucapan Silvi membuat Naya dan Reza tertawa.

"Haha gak apa-apa santai, kenapa gak masuk stand up komedi aja?" tanya Reza bercanda. "Takut go internasional Pak, kan jadi gak kenal sama Bapak," jawab Silvi ceplas-ceplos.

"Buset … haha," Naya tidak kunjung berhenti tertawa bahkan wajahnya sampai merah, Reza sangat senang melihat itu setidaknya setelah pisah Naya bisa tertawa lepas seperti sekarang.

"Iya juga ya," gumam Reza membuat Silvi cengengesan.

"Kalo Bapak punya acara di rumah, boleh banget Pak undang saya sebagai salah satu pengisi acara," lanjut Silvi membuat Reza manautkan alisnya. "Maksud kamu pembawa acaranya?" tebak Reza.

"Bukan Pak, sebagai vokal kasidahnya haha," jawab Silvi diakhiri dengan tawanya yang nyaring.

"Astagfirullah haha, aduhh perutku sakit," ucap Naya, ia bahkan menangkupkan kedua tangannya ke mengisyaratkan minta maaf pada Reza.

"Maafin kerecehan teman saya Pak, jujur saya pun kadang mau tidur aja sering kebalik malah jadi tertawa karena Silvi ya gitu Pak, gak bisa diam," lanjut Naya membuat Reza mangut-mangut.

"Baguslah punya teman kayak Silvi, ceria terus," ucap Reza yang dibalas anggukan oleh Naya. "Betul Pak, kira-kira saya cocok gak ya Pak buka jasa ceria gitu," lanjut Silvi membuat Reza terkekeh lalu mengacungkan jempolnya.

Hampir satu jam lebih Reza di kosan Silvi akhirnya ia pamit pulang karena tidak enak jika di lihat tetangga. "Maaf ya Pak, saya tidak bisa mengantarkan ke depan," ucap Naya umah dibalas anggukan oleh Reza.

"Iya gak apa-apa, istirahat yang cukup ya jangan begadang," nesehat Reza yang dibalas anggukan oleh Naya.

"Siap Pak, sekali lagi terima kasih banyak udah jenguk saya," lanjut Naya sambil menangkupkan kedua tangannya.

Setelah Reza pergi, Silvi kembali masuk ke dalam kosan lalu ia tersenyum melihat Naya. "Ngapain senyum-senyum?" tanya Naya membuat Silvi cengengesan. "Stok makanan banyak," ucapnya datar membuat Naya ikut terkekeh.

"Kamu mah malu-maluin mulu, jangan gitu lain kali, apalagi soalnya pribadi aku gak udah di buka-buka gak bakalan ada yang percaya juga kalo aku pernah jadi istri CEO," terang Naya membuat Silvia mengangguk sekilas lalu membuka makanan pilihannya. "Makan-makan," ajaknya membuat Naya langsung geleng-geleng.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Istani
lanjut kk, ditunggu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status