Share

Naya sakit

Penulis: Pulungan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-13 11:27:41

Disisi lain, Reza senyum-senyum di dalam mobil rasanya puas sekali bisa bertemu Naya dengan dekat, walaupun satu sisi ia merasa iba dengan istrinya tersebut. Sampai di kantor hari sudah menunjukkan pukul 4 sore, Nova melihat Reza datang dari kejauhan langsung merapikan pakaiannya.

"Pak," panggil Nova bagitu Reza sudah dekat. "Iya, ada apa?" tanya Reza tanpa basa-basi membuat Nova sedikit ragu menanyakan uneg-unegnya.

"Bapak dari mana saja seharian?" tanyanya membuat Reza langsung mengrutkan keningnya. "Maksud kamu?" tanya Reza bingung, karena Nova lancang sekali menanyakan hal tersebut.

"Eh i–itu Pak, Bahyak berkas yang harus di tandatangani," jawab Nova gugup membuat Reza mengangguk.

"Oh, ya sudah kamu pulanglah, semua berkas akan saya bawa pulang dan saya tandatangani di rumah," jawab Reza datar lalu ia kembali berjalan menuju ruangannya.

Sampai di ruangannya Reza duduk di kursinya lalu menyandarkan kepalanya sambil tersenyum, tanpa ia sadari sadari ternyata Nova mengikutinya dan sekarang sedang mengintip di balik pintu.

'Ada yang aneh sama Pak Reza, apa jangan-jangan yang di katakan Tante Neni benar, dia mencari keberadaan Naya, gak bisa di biarin nih,' ucapnya dalam hati.

Pukul 7 malam, Reza sampai di halaman rumah, ia langsung memarkirkan mobilnya, kemudian masuk ke dalam rumah. Baru saja ia di ambang pintu, Neni sudah mencegatnya dengan tatapan yang sulit diartikan, Neni juga melipat kedua tangannya.

"Assalamu'alaikum," ucap Reza. "Walaikumsalam, dari mana aja kamu?" tanya Neni membuat Reza bingung.

"Maksud Mama? Ya aku dari kantor Ma," jawab Reza sambil mengerutkan keningnya. "Bohong, tadi Mama pengen ke kantor tapi kamu malah gak ada," ucap Neni pura-pura.

"Oh, tadi aku ke kantor teman yang perusahaannya sedang kerjasama dengan perusahaanku," jawab Reza membuat Neni langsung mengangguk. "Kamu gak sedang melakukan hal yang gak menguntungkan 'kan?" tanya Neni lagi membuat Reza semakin bingung.

"Aku gak ngerti maksud Mama apa, udah Ma aku mau ke dalam dulu," lanjut Reza lalu ia masuk. "Mau sampai kapan kamu gantung status Naya?" tanya Neni tiba-tiba membuat Reza langsung menghentikan langkahnya lalu menoleh.

"Maksud Mama?" tanya Reza bertanya balik. "Kamu gak berhak gantung Naya, lebih baik ceraikan saja siapa tau dia sudah mau menikah," jawab Neni membuat Reza langsung menghela nafas panjang.

"Udahlah Ma, aku lagi gak mood bahas Naya," ucap Reza pura-pura lalu ia melangkahkan kakinya masuk ke kamar. Neni yang mendengar jawaban Reza langsung tersenyum puas, ternyata ya ia takutkan tidak terjadi.

Reza sengaja mengatakan hal tersebut karena ia tidak suka mendengar Ibunya selalu menjelek-jelekkan Naya membuatnya malah semakin curiga dan penasaran.

Dua hari kemudian, Naya mulai pulih dan sekarang ia sudah tidak di infus lagi. "Vi," panggil Naya pada Silvi yang tengah heboh karena menggoreng ikan dengan minyak yanh nyiprat kemana-mana.

"Hum," dehem Silvi yang sedang make up. "Aku ikut kerja ya," ujar Naya membuat Silvi melotot. "Jangan!" bantah Silvi sambil menghindari minyak-minyak tersebut.

"Tapi aku capek di rumah terus, gajiku juga bisa di potong sama Pak Wawan kalo gini terus," ucap Naya. "Jangan dulu Nay, dengerin aku nanti kami drop lagi, mending kamu disini aja dulu abisin tuh makanan dari Pak Aga," nasehat Silvi. "Huh … ya udah deh," jawab Naya pasrah.

Hingga waktu menunjukkan pukul 8 pagi Naya hanya duduk, Silvi sudah siap-siap ingin berangkat kerja sedangkan Naya hanya bisa memperhatikan Silvi.

"Aku berangkat dulu ya, nanti mau dibeliin apa?" tanya Silvi. "Mau sate," jawab Naya seperti anak kecil. "Iya udah, nanti aku beliin kalo ada," lanjut Silvi yang dibalas anggukan oleh Naya.

"hati-hati ya jangan terlalu centil sama atasan," ujar Naya membuat Silvi langsung mengambil kacamatanya lalu bergaya. "bilang aja kamu cemburu nggak bisa kayak aku," jawabnya dengan santai membuat Naya geleng-geleng.

Di kantor, Nova terus memperhatikan gerak-gerik Reza, ingin sekali rasanya mengikuti laki-laki itu karena ia sudah sangat penasaran dengan Reza.

Tidak berselang lama sekitar pukul 11, Reza keluar dari ruangannya lalu keluar dari kantor. Tanpa membuang waktu Nova langsung mengikuti mobil Reza. Hampir 30 menit ia mengikuti Reza, akhirnya mobil Reza berhenti di salah satu perusahaan yang tidak asing baginya.

"Lah, ini bukannya perusahaan Pak Alex?" gumam Nova, dari kejauhan ia melihat Reza masuk ke dalam perusahaan tersebut. Tanpa membuang waktu, ia langsung menghubungi Neni untuk laporan.

[Halo sayang, ada kabar apa?] jawab Neni. [Kayanya kita salah sangka deh Tante] jawab Nova membuat Neni menaikkan alisnya sebelah.[Salah sangka gimana?]

[Ini aku lagi ngikutin Mas Reza ternyata ia sering gak ada di kantor tuh karena di perusahaan Pak Alex yang sekarang sedang melakukan kerjasama dengan perusahaan Mas Reza,] jawab Nova.

[Oh soalnya itu, ia Reza juga bilangnya gitu pas Tante tanya, tapi kamu jangan ngikutin sekali aja harus sering-sering, siapa tau dia gak hanya kesana] jawab Neni.

[ O iya juga ya Tante, oke deh kalo gitu aku balik lagi aja ke kantor] lanjut Nova. [Oke, hati-hati sayang]

Disisi lain, Reza sedang ngobrol dengan Alex karena setelah pulang dari pabrik, hari ini Reza baru sempat ke kantor Alex. "Serius kamu, Naya pingsan di pabrik?" tanya Alex tidak percaya dengan apa yang harus aja di ucapkan Reza.

"Iya, Naya juga di rawat di kosannya, saya udah kesana sih kemaren," jawab Reza. "Ha? Ke kosan Naya? Ketahuan gak?" cecar Alex yang dibalas gelengan oleh Reza.

"Mau gimana Lex? Saya khawatir banget pas dengar dia di rawat. Sekarang saya mau minta tolong boleh gak?" tanya Reza membuat Alex langsung mengangguk. "Apa?"

"Naya 'kan masih lemah banget ya, boleh gak kira-kira dia di pindahin jangan di bagian produksi terlalu capek buat dia yang lagi darah rendah Lex," ucap Reza membuat Alex mangut-mangut.

"Iya sih, sebenarnya mah semuanya capek cuma paling ribet di bagian produksi, mau di pindahin ke bagian apa?" tanya Alex sambil melihat data karyawan. "Bagian distribusi aja kali ya atau pengemas," jawab Reza.

"Jangan distribusi terlalu jauh, pengemasan aja biar gak ketara banget soalnya dia juga kan masih baru," usul Alex yang dibalas anggukan oleh Reza. "O iya sekalian dong mintain nomor rekening Naya ke Pak Wawan," lanjut Reza.

"Buat apa? kamu lama-lama malah jadi nyuruh-nyuruh saya ya," ujar Alex semakin bingung dengan permintaan Reza.

"Saya mau ngasih nafkah buat dia Lex, dia masih istriku sudah seharusnya saya ngasih dia nafkah, dulu waktu satu rumah saya bahkan tidak pernah memberikannya uang," terang Reza membuat Alex geleng-geleng.

"Astagfirullah, buruk sekali perangaimu Bro, gak seharusnya kamu seperti itu," ujar Alex. "Justru itu, sekarang saya mau bantu Naya diam-diam, setidaknya dia bisa berobat dengan pulih jangan hanya obat-obat biasa trus kambuh lagi," lanjut Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Benar sih," gumam Alex.

"Eh by the way kamu sepeduli ini sama Naya ada apa? Apa kamu sudah sadar kalo kamu mencintainya? Atau hanya sebatas belas kasihan?" tanya Alex penasaran membuat Reza langsung menyandarkan kepalanya di sisi kursi.

"Saya juga belum paham dengan perasaan saya Lex," lanjut Reza membuat Alex diam sejenak lalu menatap temannya itu serius. "Kalo saya mau nikahi Naya bagaimana?" tanya Alex membuat Reza melotot.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ending

    "Mama mau nikah?" tanya Reza menggoda Neni membuat Neni langsung memukul tangan anaknya itu pelan. "Gak lah cukup melihat anak-anak Mama bahagia itu udah lebih dari cukup." jawab Neni membuat Reza terkekeh geli. "Gak apa-apa Ma kalo mau nikah juga, direstuin kok." "Gak usah kurang ajar Reza ..." "Hahah ... Beneran Ma." goda Reza. "Sana urusin istri kamu yang lagi hamil gak usah aneh-aneh kamu tuh yang jangan sampai tergoda oleh wanita manapun." omel Neni membuat Reza tersenyum lalu mengangguk. "Siap Bunda Ratu, Naya tidak akan tergantikan." Jawab Reza. Malam hari setelah semuanya pulang, Neni ke kamar bersama Zahra, ia sudah terbiasa tidur dengan cucunya tersebut. "Kak." panggil Naya bagitu melihat Reza sibuk dengan komputernya. "Hum ... kenapa?" tanya Reza sambil melihat Naya seperti anak kecil ingin meminta sesuatu. "Sini sayang." ucap Reza lalu menarik Naya duduk di pangkuannya. "Mau apa cantik?" tanya Reza sambil menciumi pipi istrinya tersebut. "Em ... peng

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Bunuh Diri

    Dua bulan kemudian Naya mual-mual membuat Reza dan keluarganya bahagia. "Za apa gak kecepatan Zahra punya adik?" tanya Alex saat berkunjung ke rumah Reza. "Gak dong, Zahra udah genap dua tahun nanti adeknya lahir Zahra masuk tiga tahun, yang kecepatan punya adek itu Syakila." jawab Reza dengan santainya membuat Alex melotot. "Silvi gak hamil ya," "Ya iya maksudnya yang kecepatan punya adek itu Syakila kalo misalnya Silvi hamil." "Iya-iya biasa aja kali, o iya Tante Neni berapa lama umroh?" tanya Alex sambil menyeruput kopi. "Dua bulanan semoga pulang dengan selamat." jawab Reza yang diamini oleh Alex. "Gak nyangka ya sekian banyak drama yang terjadi beberapa tahun yang lalu akhirnya kita semuanya bisa tenang menjalani hari, apalagi saya setelah Indri menikah rasanya lega banget." terang Alex membuat Reza mangut-mangut. "Ya begitulah jika tuhan sudah berkehendak yang jahat bisa jadi baik dan yang baik bisa jadi jahat," jawab Reza yang dibalas anggukan oleh Alex. "Tante

  • Penyesalan Mertua Jahat    Ngidam

    Hampir 30 menit Rifki menunggu Indri, tapi Indri belum keluar-keluar juga membuat Rifki greget. Tok! Tok! Tok! "Indri." "Iya ..." "Keluar saya gak nyuruh kamu lama-lama di dalam." ucap Rifki dengan nada tegas membuat Indri langsung memejamkan matanya. 'Lex ... Kamu tega banget sama aku, kamu gak kasian apa lihat aku.' ucapnya dalam hati lalu ia perlahan membuka pintu. Ceklek! Deg! Rifki langsung menelan salivanya dengan susah payah begitu melihat Indri hanya memakai handuk sepaha. "Aku lupa bawa baju ganti." ucapnya membuat Rifki mengalihkan pandangannya sekilas. "Iya, ayo sholat dulu." ajak Rifki lalu mereka melakukan sholat berjamaah. Setelah selesai sholat, Indri membuka mukenahnya lalu ia berjalan ke dekat lemari hendak mengambil baju. Saat ia berjinjit tiba-tiba ia kaget melihat tangan Rifki melingkar di perutnya. "Ri--rifki-- "Aku kangen banget sama kamu." ucap Rifki dengan napas berat membuat Indri merinding. "Aku mau pake baju dulu." lanjut Indri y

  • Penyesalan Mertua Jahat    Tidak Bisa Kabur Lagi

    [Bukannya gak menghargai atau gimana ya Indri, punten ini mah maaf ... Dari kemaren-kemaren bukannya kamu udah tunangan bahan denger-denger gosipnya udah mau nikah kok sekarang baru mau lagi?] tanya Alex blak-blakan. [Kemaren itu aku kabur Lex dan sekarang dipaksa pulang sama Ayah dan beneran mau dinikahin besok, hiks ...] Silvi yang melihat itu pura-pura tidak mendengar ia fokus pada Syakila. "Kita keluar yuk sayang." ucap Silvi sambil menciumi pipi putrinya itu lalu ia melangkah hendak keluar. Baru dua langkah tiba-tiba tangannya dicekal oleh Alex membuat Silvi berhenti lalu mendongak. Cup! Tiba-tiba ada Alex mengecup bibirnya membuat Silvi mematung. [Sekarang gini, ikuti apa yang disarankan orang tuamu karena orang tua biasanya tau apa yang terbaik untuk anaknya.] jawab Alex yang masih setia memegang tangan Silvi. [Tapi le-- [Udah jangan ngeluh terus kehidupan ini gak gitu-gitu aja, sama halnya kayak saya dan Silvi sudah jadi orang tua dan ya ... Udah otw anak ke d

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova

    "Iya Om." jawab Nova membuat laki-laki itu panik bukan main. "Anak siapa?" "Ya anak Om lah sama teman-teman Om itu." jawab Nova yang dibalas gelengan oleh laki-laki paruh baya itu. "Gak mungkin saya gak pernah ngeluarin di dalam kamu bohong, pasti itu kerjaan kamu sama laki-laki lain." tuduh laki-laki itu membuat Nova melotot. "Om! Ini anak Om Budi saya gak pernah sama siapa-siapa semenjak di booking sama Om!" bantah Nova. "Ok kalo itu benar ulahku sekarang gugurkan saja, saya kasih uang." suruh Budi membuat Nova menyunggingkan senyum. "Iya Om, aku minta 50 juta Om harus tanggung jawab ini." ujar Nova membuat Budi mau tidak mau mengangguk. "Tapi ini kamu harus benar-benar menggugurkan anak itu karena jika tidak saya tidak mau tanggung jawab lagi mau gimanapun juga." ancam Budi membuat Nov. "Iya Om aman nanti aku gugurin, Om mau gak?" goda Nova membuat Budi tersenyum miring. "Tanpa kamu suruh pun aku akan tetap mengambil alih itu." jawab Budi lalu mendorong Nova ke ran

  • Penyesalan Mertua Jahat    Nova Hamil

    Sore hari setelah Alex dan Silvi pulang. Reza sedang berdiri di dekat jendela kamar sambil bersedekap dada. Ceklek! Naya yang baru saja masuk langsung mengunci pintu lalu mendekati suaminya itu. 'Kak Reza kenapa lagi ya? Jangan bilang dia lupa Ingatan lagi.' ucap Naya dalam hati lalu memberanikan diri memegang tangan Reza. "Kak ..." "Hum." Reza kaget lalu menoleh ke samping, detik kemudian bibirnya tersenyum manis. "Kakak mikirin apa?" tanya Naya, Reza langsung membawa Naya berdiri di depannya menghadapi jendela. Lalu Reza memeluk istrinya itu dari belakang menyandarkan kepalanya di bahu Naya membuat Naya sedikit kaget, ia menoleh kesamping bertepatan dengan wajah Reza di dekatnya. Cup! "Zahra mana sayang? tanya Reza membuat Naya tersenyum lalu ia mencium kembali pipi suaminya itu. "Zahara dibawa jalan-jalan sama Nurul, Rey sama Mama." jawab Naya. "Oh mereka jalan-jalan, kamu kenapa gak ikut?" tanya Reza. "Mau sama Kakak aja." jawab Naya pelan membuat Reza terse

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status