Sandra melihat ke arah Rio. Tampaknya pria yang sudah lama dia kenal itu menaruh curiga pada sosok Irene. Tapi tentu saja Sandra tidak akan mau membagi masa lalunya bersama dengan orang lain lagi pula jika dia harus membuka masa lalunya itu, maka sama saja dengan dia membuka lagi luka lama yang sudah hampir dilupakan oleh Sandra sebelum dia bertemu dengan Devan lagi. "Maaf Bang, bukannya aku nggak mau cerita sama Abang. Tapi masalah ini terlalu pribadi." Sandra sedikit tidak enak pada Rio. "Oh gitu, nggak papa kok. Justru aku yang mau minta maaf sama kamu karena ingin tahu banget tentang masalah kamu. Oh ya, kok kamu ada di sini? Kamu tinggal di dekat sini." Rio segera mengalihkan pembicaraan mereka agar suasana tidak menjadi semakin canggung. "Iya Bang, aku tinggal di sini. maksud aku nggak jauh dari sini. Aku ngontrak di komplek Cempaka Asri.""Oh, perumahan itu. Jauh dari gerbangnya?" Rio ingin tahu. "Dekat kok Bang, tapi dari gerbang kedua ... bukan gerbang utama.” Sandra menj
Devan sudah duduk di ruang meeting bersama dengan Sandra dan timnya. Tatapan matanya lebih banyak terarah pada Sandra yang duduk tidak jauh dari posisinya.Sore ini Sandra terlihat sangat cantik dengan memakai setelan berwarna peach yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih dan rambut panjangnya yang hitam legam. Dulu Devan sering sekali memuji dan membelai rambut lebat istrinya itu ketika mereka hendak tidur dan Sandra pasti akan segera lelap dalam pelukan suaminya.“Bu Sandra, udah siap dengan konsep barunya?” tanya Beni menanyakan kesiapan Sandra untuk presentasi saat ini.“Sudah Pak, saya mulai sekarang aja?” tanya Sandra balik.“Kita mulai sekarang aja ya, Pak? Biar nggak terlalu malam nanti.” Beni menoleh ke arah Devan.“Boleh, kali ini tolong beri saya konsep yang luar biasa,” harap Devan sambil tersenyum pada Sandra.Sandra melepas napas berat ketika dia melihat senyum Devan yang mengembang di bibir pria dingin itu. Sandra langsung membuang mukanya ketika pandangan mat
Sandra masih tercengang dengan apa yang dikatakan oleh Devan. Dia tidak menyangka pria yang pernah menjadi bagian dari hidupnya itu membuat pernyataan yang sangat mengejutkan.“Gak mungkin. Dia pasti lagi becandain aku. Aku gak akan termakan sama guyonan receh kamu, Mas!” gerutu Sandra sendirian.Ceklek.Pintu ruang meeting terbuka. Sandra yang sedari tadi ada di tempat itu sendirian langsung melihat ke arah pintu untuk mengetahui siapa orang yang masuk.‘Ini asistennya Mas Devan kan? Ngapain dia ke sini,’ gumam Sandra ketika melihat Raka masuk.“Selamat sore, Bu Sandra. Ini ada pesan dari Pak Devan,” ucap Raka sambil mengulurkan kertas pada Sandra.Sandra melihat ke arah kertas itu lalu melihat lagi ke arah Raka, “Oh iya, makasih.”“Tunggu bentar!” cegah Sandra saat dia melihat Raka sudah bersiap untuk keluar ruangan.“Ada yang bisa saya bantu, Bu?” tanya Raka sambil melihat ke arah Sandra yang masih duduk di depan laptopnya.“Maaf, saya boleh nanya tentang Pak Devan sedikit ngg
“Kok Ibu ngomongnya gitu sih. Gak usah becanda deh, Bu,” protes Sandra yang tiba-tiba menjadi sedikit kesal.“Ya kan Ibu bilangnya mungkin, San. Bukan bearti itu bener.” Siska mencoba meredam amarah putrinya.“Ya tapi gak gitu juga, Bu. Kan Sandra sama ....”“Mama ... ini gak bisa dipasang,” sela Nathan yang masuk ke kamar sambil membawa mainannya.“Apanya yang gak bisa? Sini coba Mama liat,” tanya Sandra menyambut kedatangan pangeran kecilnya.Sandra langsung membantu putranya yang sedikit kesulitan memasang lego. Setelah terpasang dengan baik, bocah kecil itu berlari kembali ke ruang tengah untuk meneruskan bermain lagi.“San, kalo emang kamu masih istrinya Devan, dia harus tau tentang Nathan,” ucap Siska.Sandra menoleh ke arah Siska, “Gak, Bu! Sandra gak akan pernah kasih tau Mas Devan soal Nathan. Dia anak Sandra, dia cuma anak Sandra. Mas Devan gak pernah terima Nathan dalam hidupnya, jadi buat apa dia sekarang ikut campur soal Nathan. Sandra gak akan ijinkan!” berang Sandr
“Kamu kenal dia, San?” tanya Rio sambil melihat ke arah Sandra.Sandra melihat ke arah dua orang pria yang ada di dekatnya itu. Dia sedikit bingung harus memberikan jawaban apa pada Rio saat ini.“Dia ... dia itu ....”“Aku suaminya! Sandra, ikut aku!” Devan langsung meraih pergelangan tangan Sandra. Devan langsung membawa Sandra meninggalkan Rio tanpa memedulikan pemberontakan Sandra. Dia tetap membawa Sandra meninggalkan hotel dan langsung membawa wanita itu ke mobilnya.“Masuk!” perintah Devan saat dia membuka pintu mobilnya.Sandra yang memberontak pada ajakan Devan, tetap bertahan di sisi mobil, menolak masuk ke mobil Devan. “Masuk, Sandra!” perintah Devan lagi.Sandra melihat ada beberapa orang yang ada di sana sedang melihat ke arahnya. Dia malu menjadi tontonan banyak orang saat ini, sehingga Sandra memutuskan untuk tetap masuk ke dalam mobil Devan.Setelah melihat Sandra masuk ke dalam, Devan segera berjalan memutar menuju ke kursi pengemudi. Dia menyuruh Raka pulang sendi
“Sandra!” panggil seseorang dari belakang Sandra.Mendengar ada orang yang memanggilnya, Sandra pun segera menoleh ke arah orang itu. Bukan hanya Sandra tapi Siska pun ikut menoleh untuk mencari tahu siapa orang yang memanggil putrinya.Sandra melihat ke arah pria yang saat ini sedang berjalan ke arahnya. Pria yang sepertinya sudah menunggunya.“Kok Rio ada di sana, San? Dia tadi gak bareng kamu pas pulang,” tanya Siska.“Gak Bu, ntar aja Sandra ceritain semuanya,” ucap Sandra.“San, aku mau ngomong sama kamu,” ucap Rio saat dia sudah ada di depan Sandra.“Aku capek, Bang. Maaf, aku pengen istirahat,” tolak Sandra.“Bentar aja, San. Aku cuma pengen nanyain tentang ....”“Maaf Bang, aku belum bisa cerita soal itu.” Sandra memotong ucapan Rio.Ada guratan rasa kecewa di hati Rio saat ini. Dia sengaja menyusul Sandra pulang dan menunggunya di dekat gang demi mendapatkan penjelasan.Tapi saat dia sudah ada di hadapan Sandra pun, wanita cantik itu tetap menolak memberikan penjelasan a
Perhatian Sandra beralih pada suara getar ponsel miliknya yang ada di atas meja. Sandra meraih ponselnya untuk melihat siapa yang menghubunginya saat ini.“Siapa ini?” ucap Sandra yang tidak mengenali nomor yang meneleponnya saat ini.“Siapa, San?” tanya Siska ingin tahu.“Gak tau, Bu. Bentar ya, Sandra terima dulu.”“Halo,” sapa Sandra saat dia menerima panggilan telepon dari nomor yang tidak dia kenal. “Sandra! Aku udah peringatkan kamu ya ... jangan berani deketin Devan lagi. Apa masih kurang jelas, hah!” sembur Irene yang langsung memaki Sandra.“Irene ... kok dia bisa tau nomer aku?” gumam Sandra sambil melihat layar ponselnya.“Sandra! Sandra ... kamu denger aku gak?!” Irene terus mengomel di seberang sana.“Heh Irene! Aku sama sekali gak tertarik ya buat godain Mas Devan lagi. Mendingan kamu jagain dia baik-baik dan gak usah ganggu aku lagi,” balas Sandra tidak ingin kalah dari Irene.“Kalo kamu gak kegatelan, pasti Devan gak akan mau deketin kamu lagi.”“Jangan semba
Tok tok tok.“Masuk,” ucap Sandra yang duduk membelakangi pintu ruangan.Sandra menoleh ke belakang saat dia tidak mendengar suara orang yang datang ke belakang. Dia ingin tahu siapa orang yang datang ke ruangannya saat jam istirahat.“Bang,” sapa Sandra pelan.“Kamu sendirian? Apa kamu lagi sibuk banget?” tanya Rio sambil melihat ke arah meja kerja Sandra.“Ya gitu lah. Eh ya, makasih ya Bang atas kiriman makan siangnya,” sahut Sandra berbasa-basi.Rio tidak menjawab. Dia melihat ke arah meja dan menemukan dua makanan ada di sana. Satu makanan tentu saja dia kenali, karena itu adalah makanan yang tadi dia pesan untuk Sandra dari kantor. Namun, Rio lebih memilih untuk melihat ke arah makanan yang masih berada dalam kotak tertutup itu.“Kamu udah pesen makanan sendiri?” tanya Rio dengan nada yang dingin.“Emm anu, Bang. Itu ....”“Emang aku salah sih. Harusnya tadi aku bilang dulu ya ke kamu kalo mau kirim makanan ke kamu.” Rio memotong ucapan Sandra.Sandra tidak menjawab apa yang