Tok tok tok.“Masuk,” ucap Sandra yang duduk membelakangi pintu ruangan.Sandra menoleh ke belakang saat dia tidak mendengar suara orang yang datang ke belakang. Dia ingin tahu siapa orang yang datang ke ruangannya saat jam istirahat.“Bang,” sapa Sandra pelan.“Kamu sendirian? Apa kamu lagi sibuk banget?” tanya Rio sambil melihat ke arah meja kerja Sandra.“Ya gitu lah. Eh ya, makasih ya Bang atas kiriman makan siangnya,” sahut Sandra berbasa-basi.Rio tidak menjawab. Dia melihat ke arah meja dan menemukan dua makanan ada di sana. Satu makanan tentu saja dia kenali, karena itu adalah makanan yang tadi dia pesan untuk Sandra dari kantor. Namun, Rio lebih memilih untuk melihat ke arah makanan yang masih berada dalam kotak tertutup itu.“Kamu udah pesen makanan sendiri?” tanya Rio dengan nada yang dingin.“Emm anu, Bang. Itu ....”“Emang aku salah sih. Harusnya tadi aku bilang dulu ya ke kamu kalo mau kirim makanan ke kamu.” Rio memotong ucapan Sandra.Sandra tidak menjawab apa yang
Sandra membeku mendengar pertanyaan Rio. Dia sampai tidak bisa menggerakkan mulutnya untuk menjawab apa yang saat ini sedang dinantikan oleh Rio.Rio tersenyum melihat reaksi Sandra. Dia menganggukkan kepalanya sendiri menyesali apa yang sudah dia tanyakan sebelumnya.“Aku udah tau jawabannya. Ya udah, kamu makan dulu gih. Jangan sampe sakit ya,” ucap Rio mencoba tegar.“Bang, bukan gitu maksud aku.” Sandra berusaha untuk membuat Rio tidak berpikiran buruk pada dirinya.“Gak papa kok, San. Itu wajar, kan kalian emang udah nikah. Dan kalo pun kamu masih cinta sama suami kamu itu juga hal yang wajar.”“Tapi itu bukan suatu ukuran, Bang.”Rio melihat ke netra Sandra. Dia ingin mencari sebuah kejujuran atas apa yang Sandra katakan.“San, kalo sekarang pertanyaannya aku balik jadi ... apa aku masih boleh deket sama kamu? Deket sebagai pria dan wanita meski sekarang aku tau kalo kamu sudah bersuami,” tanya Rio dengan serius.Lagi-lagi Sandra dibuat mati kutu oleh Rio. Dia terdiam tanpa k
“Itu kan ....”Sandra menghentikan langkah kakinya saat dia melihat sosok yang dia kenal di depan matanya. Seseorang di masa lalu yang sekarang muncul kembali.Tata yang sejak tadi bersama dengan Sandra menoleh ke samping dan tidak menemukan Sandra di sebelahnya lagi. Dia pun segera melihat ke belakang untuk mencari keberadaan Sandra.“Heh, kamu kenapa?” tanya Tata yang kembali mendatangi Sandra.“Hmm ... oh enggak kok, aku gak papa. Yuk kita jalan,” ucap Sandra mencoba bersikap biasa saja.Tata pun menganggukkan kepalanya. Dia kemudian segera menyusul langkah kaki Sandra yang kini malah sudah berjalan menuju ke arah lobi lebih dulu.Sandra berjalan sambil sedikit menata rambutnya yang tergerai itu ke samping. Dia ingin sedikit menutupi wajahnya dari orang yang dia kenal, di mana orang itu kini sedang berbincang dengan orang lain di depannya.‘Moga mama gak tau aku,’ gumam Sandra dalam hati.Sandra berjalan sedikit cepat agar dia bisa segera keluar dari hotel. Dia sudah menghubungi s
Sandra tercengang mendengar apa yang dikatakan oleh Diana kepadanya. Dia tidak menyangka kalau mama mertuanya itu akan tetap menunjukkan rasa tidak sukanya pada dirinya, meskipun mereka sudah lama tidak bertemu.Sandra hanya melempar senyum pada Diana lalu menatap ke arah Diana dengan lebih lembut. Dia tidak ingin menyaingi kemarahan Diana karena dia sangat tahu bagaimana watak dari mama mertuanya tersebut.“Mama mau membatalkan proyek milik Mas Devan? Kalau emang Mama pengen ngelakuin itu, sebaiknya Mama langsung bicarakan sama Mas Devan atau atasan Sandra. Jujur Ma, Sandra nggak punya hak apa pun atas proyek ini, karena Sandra hanya orang yang memegang proyek ini aja,” jawab Sandra santai tidak terlalu menanggapi serius apa yang dikatakan oleh Mama mertuanya.“Ya kan kamu bisa nolak ngerjain proyek punya Devan. Kalau kamu nolak, pasti Devan bakalan cabut proyek itu dari perusahaan kamu dan kalian nggak perlu lagi berhubungan,” celetuk Irene yang mendukung keinginan Diana.“Aku ngg
“Kok kamu ngomong gitu, emang apa yang kamu tau, Ta?” tanya Sandra yang sedikit curiga dengan apa yang dikatakan oleh Tata.“Emm ... anu, San. Sebenernya ....”“Tunggu, Pak Beni telpon. Bentar dulu ya,” potong Sandra yang mendapat telepon dari Beni secara tiba-tiba.Tata pun membiarkan Sandra menerima panggilan dari pimpinan mereka. Sambil menunggu, Tata juga mencoba menyimak apa yang sedang dibicarakan Sandra dengan Beni yang tampaknya sedang berdiskusi.“Ada kerjaan baru, San?” tamya Tata.“Iya, orang ini dapet rekomendasi dari Mas Devan. Tapi aku tolak dulu, soalnya kita dah pegang 3 proyek sekarang,” jawab Sandra sambil menyimpan lagi ponselnya di dalam tas.“Kenapa kamu tolak, San? Tim sebelah tuh kadang terima sampe 4 atau 5 proyek loh.”“Sebenernya sih bisa aja. Tapi aku kenal banget siapa Mas Devan, jadi aku mau beresin sampe tenggat waktunya dulu, abis itu kita bisa terima proyek lain. Aku tadi juga udah minta Pak Beni bilang gitu sih dan Pak Beni mau nyoba buat nego dul
“Mama mana bolanya,” teriak Nathan.Pria yang ada di depan Sandra itu otomatis melihat ke arah Nathan yang kini berdiri di pintu pagar. Tatapan pria itu cukup tajam lalu segera berpindah ke Sandra.“Siapa dia, Sandra?!” tanya Devan tegas.Sandra menjadi sangat gugup saat ini. Dia tidak tahu harus menjawab apa pada Devan.Dia tidak menyangka kalau Devan akan datang ke rumahnya. Kedatangan Devan ini juga berarti Sandra tidak bisa lagi menyembunyikan keberadaan Nathan dari Devan.“Siapa dia, Sandra?” ulang Devan sambil menatap tajam pada Sandra.“Kamu gak perlu tau!” jawab Sandra tegas.“Siapa dia!” ulang Devan dengan lebih tegas.Sandra membalas tatapan tajam Devan. Dia ingin menunjukkan pada pria di depannya itu, kalau dia kini bukanlah Sandra yang dulu lagi. Sandra yang sekarang, sudah lebih kuat dan tegas.“Siapa dia, Sandra? Jangan menguji kesabaran aku.” Devan mengetatkan rahang kokohnya.“Dia anakku. Ngapain kamu ke sini? Aku udah bilang, jangan ke rumahku!” hardik Sandra kesal
“Bu, beri tahu Devan cara mendapatkan Sandra lagi. Kali ini Devan serius, Bu. Devan pengen dapetin Sandra lagi dan membangun rumah tangga kami kembali,” pinta Devan sambil memegang tangan Siska.Siska tersenyum menatap menantunya yang tampak sangat tulus dan serius. Sorot mata Devan memancarkan suatu kejujuran dari pria itu untuk kembali pada Sandra.“Van, Ibu seneng ngeliat kamu kayak gini. Ibu juga ngerasa kalo udah saatnya Nathan kenal sama papanya. Tapi semua itu tergantung sama Sandra,” jawab Siska.“Maksud Ibu gimana?” Devan tidak mengerti maksud Siska.“Kalo kamu mau Sandra dan Nathan kembali sama kamu, maka kamu harus memenangkan hati Sandra. Kamu harus mengingat kembali, bagaimana dulu Sandra bertahan sama kamu hingga akhirnya kalian saling mencintai. Pastinya, kamu sudah sangat hafal bagaimana cara kamu membujuk Sandra kan? Maka lakukan itu kembali. Ibu yakin, Sandra bisa menilai sejauh mana kesungguhan kamu untuk meminta Sandra kembali sama kamu.” Siska memberikan penjela
“Ngapain dia telpon, bikin males aja,” gerutu Devan sambil meletakkan ponselnya di jok mobil.Devan yang sedang berbahagia karena dia baru tahu kalau saat ini dia memiliki seorang putra yang sangat lucu dan tampan seperti dirinya, tidak ingin kebahagiaannya itu di rusak oleh orang lain. Sesuai dengan tekadnya tadi di depan Siska, Devan akan segera mempersiapkan rumahnya untuk menyambut kedatangan Sandra dan Nathan di istana mereka nanti.“Aku pasti akan segera membawa kalian balik lagi ke rumah. Aku gak akan biarkan kamu terus di luar sana sama anak aku, San. Kamu siap-siap pindah ya, kalo aku bilang kamar buat Nathan udah siap,” gumam Devan pelan sambil tersenyum sendiri.Saat Devan sedang dalam suasana hati yang sangat bahagia, Sandra saat ini sedang duduk di dalam rumahnya sambil melihat layar laptopnya. Dia melanjutkan sisa pekerjaannya sambil menemani Nathan melihat film kartun kesukaannya.Siska menyodorkan teh hangat dan sepiring pisang goreng pada Sandra dan dia letakkan di a