Beranda / Romansa / Perangkap Hasrat Bos Mafia / Bab 21. Rencana Licik

Share

Bab 21. Rencana Licik

Penulis: MOON SAGE
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-19 14:17:25

Pada sore harinya, Elena berjalan pelan menikmati suasana taman samping mansion ditemani Alma.

"Bunga mawar dan lavender di taman ini bagus sekali, Bu. Membuat aku betah berlama-lama di sini." Dia sambil menoleh ke Alma yang merespon dengan senyuman.

Alma memandang Elena dengan pandangan lembut. “Apakah Nona masih memikirkan apa yang terjadi tadi?”

Elena hanya tersenyum tipis, tidak ingin menjawab. Pikirannya masih berkutat pada hinaan Golda dan Onix, tapi dia tidak ingin terlihat lemah. Alma memahami dan tidak menekan lebih jauh.

Namun, tanpa mereka sadari, di saat Elena sedang menikmati ketenangan itu, rencana jahat lain sedang berlangsung di kamar Elena.

“Kalian tahu apa yang harus dilakukan, bukan?” bisik Golda tajam.

Golda dan Onix berdiri di depan kamar Elena, memastikan suasana sepi sebelum memberi isyarat pada dua pelayan mereka, Nastiti dan Puspa.

Nastiti mengangguk takut-takut. “Ya, Nona. Kami akan merusak semuanya!”

Onix menatap tajam. “Pastikan semua barangnya rusak. Jang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 22. Berita Tidak Benar

    “Apa-apaan kalian ini?!” tegur keras Alma pada dua pelayan yang sedang bergosip mengenai majikannya. Kedua pelayan terkejut dengan Alma yang sudah ada di belakang mereka. “Wah, Bu Alma! Maaf, bukannya kami suka menggosip, tapi kami hanya dengar ini dari para pelayan lainnya.” Salah satu dari mereka terlihat segan karena Alma termasuk salah satu senior di mansion. “Kalian ini kalau tidak tahu apa-apa, jangan sembarangan bicara.” Alma memarahi mereka. “Seenaknya mengatakan Nona Ruby sudah tidak perawan ketika ke sini? Apa pula itu?” Alma memang sudah terbiasa dengan lingkungan para wanita yang saling iri dengki serta bersaing sambil saling sikut teman sendiri. Tapi kalau itu menimpa Ruby, dia tak terima. “Kami kan hanya mendengar, Bu Alma.” Pelayan yang satu lebih berani membantah. “Katanya yang bawa Nona Ruby ke sini itu yang mengambil keperawanannya. Mucikarinya!” Mata Alma semakin mendelik ke mereka. “Kalian ngawur! Yang membawa Nona Ruby ke mansion ini itu bapaknya sen

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 23. Gosip Busuk di Balik Dapur

    Siang itu, Ruby kembali mengunjungi dapur belakang bersama Alma, pelayan pribadinya. Dia membawa puding markisa dan teh chamomile yang dia susun sendiri di nampan kecil.“Aku bawa puding untuk kalian. Pasti hari ini kalian sibuk sekali dan lelah,” ucap Ruby sambil meletakkan nampan di atas meja. Para pelayan terkejut, namun senyum mereka segera merekah. Kehadiran Ruby di tengah-tengah mereka selama dua hari ini tidak pernah terasa mengintimidasi. Dia tidak bersikap seperti majikan, melainkan seperti teman.“Wah, terima kasih sekali, Nona Ruby!” Lisa, tangan kanan Mira di dapur segera menerima nampan dari Ruby dan Alma.Namun, tanpa mereka sadari, dari balik koridor samping, seseorang mengamati dengan saksama. Nastiti, pelayan pribadi Golda, memicingkan mata melihat Ruby tertawa dan bercakap santai dengan para pelayan.Dia segera berbalik dan berjalan cepat menuju kamar Golda di lantai atas.“Nona! Nona! Ini aneh!” seru Nastiti sambil mengetuk pintu kamar majikannya.Golda sedang men

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 22. Kalian Salah Pilih Lawan

    Namun, Elena segera menahan tangan Alma. “Jangan, Bu! Tidak perlu.”“Tapi Nona! Ini sudah kelewatan!” protes Alma.Elena menggeleng, matanya masih menatap kalung yang putus itu. “Aku tahu siapa yang melakukannya. Kalau kita melaporkan sekarang, mereka hanya akan berpura-pura tidak tahu dan menyalahkan pelayan lain. Aku tidak mau ada orang tak bersalah yang kena masalah.”Alma pun sudah mengerti siapa yang berbuat jahat terhadap barang-barang Elena. Dia menatapnya dengan penuh rasa bersalah. “Tapi Nona… Anda tidak bisa terus diam. Mereka akan semakin berani.”Elena menggenggam kalung itu erat. Air mata menggenang di pelupuk matanya, namun dia tidak membiarkan setetes pun jatuh. Gaun mahal dan semua pemberian Rixon boleh hancur, tapi barang pribadinya…. “Tidak bisa kumaafkan begitu saja. Aku tidak akan membiarkan mereka menang!” ucapnya dengan suara tegas.Alma menatap Elena dengan bingung. “Apa yang akan Nona lakukan?”Elena menarik napas dalam, memaksa dirinya tetap tenang. “Aku ak

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 21. Rencana Licik

    Pada sore harinya, Elena berjalan pelan menikmati suasana taman samping mansion ditemani Alma. "Bunga mawar dan lavender di taman ini bagus sekali, Bu. Membuat aku betah berlama-lama di sini." Dia sambil menoleh ke Alma yang merespon dengan senyuman.Alma memandang Elena dengan pandangan lembut. “Apakah Nona masih memikirkan apa yang terjadi tadi?”Elena hanya tersenyum tipis, tidak ingin menjawab. Pikirannya masih berkutat pada hinaan Golda dan Onix, tapi dia tidak ingin terlihat lemah. Alma memahami dan tidak menekan lebih jauh.Namun, tanpa mereka sadari, di saat Elena sedang menikmati ketenangan itu, rencana jahat lain sedang berlangsung di kamar Elena.“Kalian tahu apa yang harus dilakukan, bukan?” bisik Golda tajam.Golda dan Onix berdiri di depan kamar Elena, memastikan suasana sepi sebelum memberi isyarat pada dua pelayan mereka, Nastiti dan Puspa.Nastiti mengangguk takut-takut. “Ya, Nona. Kami akan merusak semuanya!”Onix menatap tajam. “Pastikan semua barangnya rusak. Jang

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 20. Ketika Kesabaran Mulai Diuji

    “Ya ampun, Onix!” Golda berpura-pura terkesiap dengan apa yang dilakukan Onix ke dress Elena. Elena terdiam sejenak, merasakan cairan dingin meresap ke kain bajunya. Matanya menyipit, namun dia tidak menunjukkan raut wajah marah. Golda berpura-pura membantu dengan meraih tisu. “Maafkan Onix, dia kadang ceroboh. Biar aku bantu bersihkan bajumu.” Namun, bukan bantuan yang diterima Elena. Golda justru menyeka dengan kasar, seolah membuat noda itu semakin meluas. “Sudah, Kak. Sudah biar aku saja!” ujar Elena tegas, mengambil tisu dari tangan Golda. Dia mengusap noda itu sendiri, tetap mempertahankan ketenangannya. Golda mengangkat bahu. “Ah, kamu terlalu kaku. Harusnya lebih santai. Bukankah katanya mau menikmati kebebasan?” Elena tidak membalas. Sebaliknya, dia berdiri, memutuskan untuk pergi dari taman itu. Namun, baru saja beberapa langkah, Onix sengaja mengulurkan kakinya, membuat Elena tersandung. Elena kehilangan keseimbangan, tapi dengan cekatan dia menahan tubuhnya a

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 19. Rencana Licik di Balik Senyuman Manis

    Seorang pria berbadan tegap masuk ke dalam ruangan dengan hormat. “Tuan, persiapan kapal sudah siap.”Rixon hanya mengangguk tanpa menoleh. “Baik. Jaga mansion selama aku pergi. Dan perhatikan Ruby. Jangan sampai ada yang mengganggunya.”Pria itu mengangguk tegas. “Siap, Tuan.”Setelah orang itu pergi, Rixon kembali termenung. Baginya, pergi dari mansion bukanlah hal besar. Namun, entah kenapa, ada rasa tak nyaman yang tiba-tiba muncul.“Wanita keras kepala,” desisnya pelan, masih terbayang senyum lega Elena.‘Apa dia benar-benar tidak peduli jika aku pergi?’ batinnya dengan rasa sebal yang tak bisa dia jelaskan.Dengan langkah mantap, Rixon berjalan keluar kantor, bersiap menuju pelabuhan. Tapi, jauh di lubuk hati, dia merasa tidak tenang meninggalkan mansion tanpa memastikan semuanya aman—terutama wanita keras kepala itu.* * *“Yes! Akhirnya dia benar-benar pergi!” Elena merasa lega. Akhirnya, dia bisa menikmati kebebasan tanpa diawasi setiap saat. Pagi itu, Elena memutuskan berja

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 18. Kucing Pergi, Tikus Pesta

    “Tikus got?” Dahi Elena berkerut, agak kesal. “Seperti tidak ada bahasa lain saja.”Rixon semakin mendekati Elena dan menatapnya dengan alis terangkat. “Ya. Kenapa kamu basah seperti tikus got?” tanyanya tajam, suara dinginnya menggema di lorong.Elena menahan diri untuk tidak menunjukkan kekesalannya pada dua wanita licik tadi. Jika dia mengatakan yang sebenarnya, kemungkinan besar Rixon akan mengamuk. Bagaimanapun juga, dia tidak ingin menambah masalah.Dia menarik napas, berusaha tenang. “Aku… kurang hati-hati dan terpeleset. Ternyata lantainya cukup licin,” jawabnya sambil merapikan rambut basahnya.Rixon menyipitkan mata, jelas tidak puas dengan jawaban itu. “Terpeleset?”Elena mengangguk cepat. “Iya, aku tidak hati-hati waktu berjalan di pinggir kolam. Jadi, ya… jatuh.”Puspa yang berdiri di belakang Elena segera menunduk, mencoba mendukung pernyataan itu. “Betul, Tuan. Tadi Nona Ruby memang terpeleset. Saya kebetulan melihatnya.”Rixon menatap Puspa sejenak sebelum kembali mema

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 17. Siapkan Dirimu, Elena!

    "Bawa aku ke mereka." Elena mengikuti Puspa menuju area kolam renang yang berada di sisi barat mansion. Dari kejauhan, suara tawa dan alunan musik terdengar samar. Saat sampai di sana, dia melihat Golda dan Onix sudah duduk santai di kursi malas, mengenakan pakaian renang mewah dengan kaca mata hitam. Onix menoleh lebih dulu dan tersenyum lebar saat melihat Elena mendekat. “Oh, Elena! Senang sekali kamu mau datang." Dia berdiri dari kursi dan menghampiri Elena yang masih berdiri dekat kolam. Golda ikut berdiri dan tersenyum, meski ada kilatan tidak tulus di matanya. “Kami pikir kamu tidak akan datang. Biasanya kamu sibuk mengurus Tuan Rixon, kan?” sindirnya. Elena mengabaikan nada sarkastis itu dan tersenyum basa-basi. “Kebetulan aku memang ingin bersantai di luar kamar,” jawabnya tenang. Onix melepaskan kaca mata hitamnya dan memiringkan kepala. “Oh, benar juga ya. Kamu pasti lelah menemani Tuan Rixon seharian. Dia itu memang pria yang… sangat dominan. Berat, ya?” Elena me

  • Perangkap Hasrat Bos Mafia   Bab 16. Pertemuan Pertama

    Alma mengangguk pelan. “Tuan Rixon mungkin keras dan penuh amarah, tapi dia bukan orang tanpa hati. Tuan Hugo selalu mengatakan bahwa Tuan Rixon memiliki jiwa yang kuat, tapi rapuh saat kehilangan orang yang dia percaya.” Elena menatap kolam ikan lagi, merasa ada sesuatu yang berubah dalam pandangannya tentang pria itu. Elena memutar cangkir teh di tangannya, tampak ragu sebelum akhirnya bicara. “Bu Alma, sebenarnya… aku sudah pernah bertemu Rixon sebelumnya, tapi saat itu aku belum tahu namanya.” Alma mengangkat alis, sedikit terkejut. “Oh? Di mana Nona bertemu Tuan Rixon?” Elena menghela napas pelan, mengingat kejadian itu dengan jelas. “Waktu itu sekitar beberapa bulan lalu sebelum aku dibawa ke sini. Aku pulang malam setelah bekerja lembur di rumah sakit. Aku melewati perkebunan singkong di pinggir desa. Saat itu aku melihat ada sesuatu bergerak di rerumputan tinggi.” Bu Alma mendengarkan dengan penuh perhatian. “Karena penasaran, aku mendekat. Ternyata, dua pria bersimbah d

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status