Share

05. Pengakuan Aldo Dan Marlyn

"Aldo?"

Suara parau dan tercekat dari seorang wanita di depan pintu kamar Jayden. Andrew menoleh ke arah pintu, dia berdecak kesal sekali. Kenapa kedua pasangan selingkuh itu kompak sekali datang ke rumah Jayden. Dia menatap wajah Jayden yang sudah tenang dalam buaian obat bius yang dia suntikkan padanya. Baru dia mendekat pada Aldo dan Marlyn di depan pintu yang sedang terpaku.

"Kenapa kalian datang kesini? Apa sedang menunjukkan rasa bersalah kalian di sini?" tanya dokter Andrew menatap sinis satu persatu keduanya.

"Dokter Andrew, aku ingin tahu keadaan Jayden." jawab Marlyn lirih.

"Marlyn, kamu jangan membuat semuanya jadi runyam. Maafkan aku kalau aku berkata begini, tidak seharusnya kamu seperti ini. Meninggalkan Jayden yang seharusnya kamu ingatkan dan kamu tolong, tapi malah menerima ajakan Aldo yang tentu saja membuat kalian bertiga jadi pecah hubungannya. Apa kalian tidak berpikir kesana sebelum melakukan hal yang terlarang itu?" tanya dokter Andrew menatap datar pada Marlyn.

Marlyn diam saja, dia menunduk dalam merasa bersalah pada Jayden. Aldo menarik napas panjang, dia tidak suka dokter Andrew hanya menyalahkan Marlyn.

"Dokter Andrew, jangan sepenuhnya menyalahkan Marlyn. Aku yang salah, aku yang mencoba mendekatinya dan merayunya." kata Aldo membela Marlyn.

"Tentu saja kamu yang salah, sudah tahu dia kekasih sahabatmu. Tapi kamu malah mengajaknya untuk berselingkuh? Kamu tidak pernah berpikir kalau akan seperti ini jadinya?" tanya dokter Andrew lagi.

"Aku minta maaf dokter Andrew, kamu boleh menghukumku dengan mengabaikanku dan menjauhiku, tapi jangan salahkan Marlyn. Dia tidan bersalah." kata Aldo lagi masih membela Marlyn.

Gadis di depan mereka hanya diam saja, dia tahu dia salah. Menarik napas panjang kemudian matanya menoleh ke arah tubuh yang terbaring di atas ranjang di sudut sana. Dokter Andrew menatap Marlyn, kemudian menarik napas panjang. Cukup baginya menyalahkan kedua pasangan yang sedang merasa bersalah itu.

"Sudahlah, semuanya sudah terlanjur seperti ini. Yang harus kalian lakukan adalah perbaiki diri kalian, jika kalian saling menyayangi. Lebih baik kalian lanjutkan hubungan kalian saja, doakan saja Jayden jadi sehat kembali dan menyadari semuanya itu salah. Merelakan kalian jadi pasangan kekasih dan menerima kembali kalian lagi meski aku tidak tahu kapan itu akan terjadi. Dan untuk saat ini, aku sarankan jangan datang lagi ke rumah Jayden dengan alasan apa pun." kata dokter Andrew mengingatkan.

Aldo mengangguk, dia mengerti dengan ucapan sahabatnya itu. Begitu juga Marlyn, tapi dia hanya ingin melihat kondisi Jayden saat ini saja.

"Dokter Andrew, aku hanya ingin melihat keadaan Jayden saat ini saja. Setelah itu, aku akan pergi dan tidak akan menemui dia lagi, kumohon izinkan aku melihatnya." kata Marlyn meminta pada dokter Andrew.

"Baiklah, cukup lima belas menit saja. Karena obat yang aku suntikkan itu tidak berlangsung lama, dia pasti akan sadar lagi." kata dokter Andrew.

Marlyn mengangguk, dokter Andrew mengajak Aldo keluar dari kamar Jayden. Sedangkan Marlyn masih berdiri menatap ke arah ranjang di mana Jayden sedang berbaring. Perlahan dia mendekat menuju ranjang, tatapan penuh penyesalan karena ulahnya Jayden sampai hampir menghancurkan dirinya sendiri dengan barang terlarang.

Marlyn duduk di sisi ranjang, tangannya memegang lengan Jayden. Kulit mulai meriput dan kurus itu di genggamnya kuat, hati Marlyn teriris melihat pemandangan di depannya. Beberapa minggu setelah kedatangannya ke kantor Jayden, laki-laki itu masih segar tubuhnya. Ucapannya juga masih normal, dan sekarang dia melihat Jayden lebih kurus dan tulangnya tampak menonjol. Hingga tak terasa air matanya menetes, dia terisak sedih.

"Maafkan aku Jayden, aku salah. Seharusnya aku tidak melakukan itu. Hik hik hik." ucap Marlyn menggenggam erat tangan Jayden.

Lama Marlyn duduk dan menangis di hadapan Jayden yang masih tidak sadar akibat obat yang di berikan dokter Andrew. Tidak banyak Marlyn bicara, dia hanya menatap wajah pucat dan sayu Jayden karena kurang tidur dan makan. Setelah lama dia duduk dan menatap wajah Jayden penuh penyesalan, Marlyn berdiri kemudian berbalik dan hendak melangkah pergi.

Tapi tangannya di tahan oleh seseorang, Marlyn menatap wajah pemilik tangan itu. Aldo, laki-laki sebagai selingkuhan Marlyn dan juga sahabat Jayden kini berdiri di belakang Marlyn. Menahan lengan tangan gadis itu.

"Tunggulah, aku ingin bicara pada Jayden." kata Aldo.

"Do, apa lagi yang akan kamu katakan? Dia tidak akan mendengarnya dan tidak ada gunanya juga." kata Marlyn.

"Tidak Marlyn, aku harus mengakui padanya di depannya. Kalau aku sangat mencintaimu dan siap menjagamu, sudah terlanjur dengan keadaan ini. Aku tahu aku egois, tapi aku yang lebih dulu mencintaimu sebelum kamu jadi kekasihnya. Aku ingin memastikan kalau kamu memang memilihku dan kupastikan di depan dia aku berjanji akan membahagiakanmu." kata Aldo menatap dalam pada Marlyn.

"Aldo, untuk apa?" tanya Marlyn.

"Hei, bukankah kita pernah berjanji? Bahwa kita akan mengatakannya pada Jayden, kalau kita sudah jadi pasangan kekasih?" tanya Aldo.

"Tidak Do, bukan begini caranya. Apa kamu tidak merasa kasihan sama Jayden? Lihatlah, dia sedang sekarat dengan kecanduannya." kata Marlyn menolak ajakan Aldo.

"Hanya saat ini, jika aku katakan di waktu dia sadar. Yang ada dia akan marah-marah dan menghinamu, Marlyn. Aku tidak terima dia menghinamu, meski dia tidak sadar karena pengaruh barang laknat itu." kata Aldo.

Marlyn diam, dia sudah sangat sakit ketika Jayden menghinanya sebagai wanita jalang bahkan murahan. Sakit sekali, tapi kembali lagi karena dia juga Jayden marah dan memilih menjadi laki-laki pecandu.

Aldo menatap Marlyn, gadis itu pun menatap Aldo kemudian dia mengangguk. Keduanya pun berjalan mendekat, berdiri saling berpegangan tangan. Aldo menatap iba pada Jayden, tapi hatinya di kuatkan karena dia juga mempunyai tugas dari dokter Andrew untuk membahagiakan Marlyn.

"Jayden, maafkan kami. Ini yang kami pilih, menikungmu dari belakang. Mungkin ini takdir, cintaku pada kekasihmu dulu membuatku harus berjuang untuk mengobrankan persahabatan kita. Aku tahu aku salah, juga Marlyn. Aku sangat mencintainya, kumohon kamu menerima kami dengan lapang. Meski kami tahu itu sangat sulit, tapi aku mendoakanmu agar ada yang bisa menyembuhkan sakitmu itu." ucap Aldo.

Marlyn hanya diam saja, dia berpikir ucapan Aldo memang keterlaluan. Tapi dia sudah terlanjur berhubungan dengan Aldo, laki-laki yang lembut padanya tidak kasar. Meski Marlyn masih menyayangi Jayden, Aldo pun tahu itu. Kini, hatinya hanya berpikir terlanjur terjun pada dunia yang menyakitkan untuk mencari kebahagiaan.

"Maafkan aku, Jayden."

Hanya itu ucapan Marlyn, setelah berkata begitu. Marlyn dan Aldo berbalik dan melangkah pergi meninggalkan Jayden yang masih terpejam matanya. Alam bawah sadarnya mendengar ucapan Aldo yang membuat mata dan pikirannya tergerak untuk bangun dari tidurnya.

Tubuhnya bergerak, matanya membuka lebar. Rasa pening di kepala tak di hiraukan, kepalanya menoleh ke arah pintu yang baru saja menutup.

"Brengsek! Kalian brengsek! Wanita pelacur! Laki-laki pengecut!" teriak Jayden.

Dia bangkit dan duduk, kepalanya menoleh ke arah meja dan tangannya mengambil gelas berisi air. Dia membanting gelas itu ke arah pintu, berdiri dan mencari barang yang akan dia lempar ke sembarang tempat dengan mengamuk.

"Aaaargh! Brengsek, jalang! Bedebah kalian!"

_

_

*********

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status