Beranda / Rumah Tangga / Perempuan Dari Bui / Bab 23 Kejutan Pagi

Share

Bab 23 Kejutan Pagi

Penulis: HIZA MJ
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-21 08:55:20

Gladis bersiap pagi-pagi buta. Berjalan menyusuri jalanan bahkan sebelum matahari terbit. Semua ia lakukan demi menghindari Ghibran. Laki-laki keras kepala itu pasti akan tetap menjemputnya meski ia sudah melarang.

Entah takdir apa yang sedang dirancang untuknya. Namun, seperti yang sudah dikatakan, Gladis terlalu takut dengan semua kemudahan yang tiba-tiba ini. Ia takut semua kemudahan yang begitu cepat didapat ini akan membuatnya lebih jatuh lagi nantinya.

Meski Mbak Rini sudah memperingatkan tentang misteri masa depan dan jangan terlalu dipikirkan. Tapi Gladis tetap kepikiran.

Bayangan masa lalu terus mengintai. Gladis merasa dirinya belum berhak bahagia secepat itu. Gladis tidak ingin besar kepala.

Pagi ini langit mendung. Pagi yang gelap itu lebih gelap dari biasanya. Tepat saat Gladis menaiki angkutan umum, hujan deras turun mengguyur.

Dingin menyergap segera.

"Hujan kali ini rasanya berbeda sekali. Atau perasaanku aja." Gladis merasakan denyut aneh. Hujan kali ini terasa lebih
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Perempuan Dari Bui   Bab 27 Seperti Bapak Anak

    Malam itu Asma baru jatuh tertidur setelah tiga buku dibacakan. Beberapa kali masih menangis karena teringat kerinduannya dengan si donatur yang telah mengikat hatinya.Mbak Mira siaga di kamar itu menemani Gladis karena tangisan Asma sudah pasti memicu tangisan anak-anak lainnya.Gladis betul-betul terjaga. Momen ini tidak akan pernah terulang lagi mungkin. Momen dimana pertama kali tangan mungil Asma mendekap lengannya sebagai guling. Momen di mana Asma merangkul hangat dalam nyenyak tidurnya.Gladis tidak akan pernah lupa.Kalau saja menyerahkan Asma pada Ghibran sejak dulu, mana mungkin ia akan mendapatkan kesempatan terbaik ini.Kesempatan yang sesungguhnya sangat diinginkan sejak kelahiran Asma."Mama janji tidak akan meninggalkanmu lagi, Nak. Mama janji kita akan bersama. Mama sayang Asma." Lantas mencium tangan mungil Asma.Fajar merayap. Kokok ayam membangunkan semesta. Kehidupan perlahan kembali berjalan di panti itu. Ibu Yasmin yang terbangun lebih dulu. Gladis keluar kamar

  • Perempuan Dari Bui   Bab 26 Membujuk Asma

    Sisa hari itu Gladis sama sekali tidak bisa fokus dalam pekerjaannya. Raung tangisan anak-anak membuatnya terus-terusan melamun, hingga sering ditegur oleh Pak Yusuf, rekan kerjanya."Mbak Gladis lagi ada masalah?" Tegur Pak Yusuf."Ya? Oh, sedikit, Pak. Maaf.""Dari tadi melamun terus. Kalau memang masalahnya serius Mbak Gladis bisa ijin ke bapak. Pasti diijinin. Bapak baik orangnya." Kata Pak Yusuf."Saya baik-baik saja, Pak. Saya bisa menyelesaikan ini. Tinggal dikit lagi juga jam pulang." Kata Gladis. Juga, alasan sebenarnya adalah ia sedang mencari cara bagaimana menghadapi Asma nantinya.Bagaimana membujuk anak itu untuk mau ikut dengannya.Apakah dengan selai kacang? Bagaimana jika tidak mempan?Gladis melirik jam di tangannya. Tidak mungkin ia mengganggu Ghibran untuk urusan Asma. Dia adalah ibu kandungnya, Gladis harus bisa tanpa campur tangan Ghibran.Gladis merasa bisa.Maka, sepulang kerja ia langsung bergegas menuju panti. Sebelumnya memasuki toko bakery untuk mencari kue

  • Perempuan Dari Bui   Bab 25 Cara Memikat

    "Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Gladis ragu. Mana mungkin ada yang baik-baik saja setelah kehilangan keluarga. Ta[i Gladis tak benar-benar mengerti tentang bagaimana kehilangan itu. Gladis pun tak tahu harus memberi penghiburan atau tidak. Sayangnya kalaupun harus, ia tidak tahu caranya."Apa saya terlihat baik-baik saja?" Ghibran berbalik tanya.Gladis menggeleng."Saya antar kamu. Ayo.." Ghibran berbalik menuju mobilnya. Gladis mengikuti di belakang laki-laki itu dengan pandangan tidak berpaling darinya.Di dalam mobil itu, Gladis melihat koper besar berwarna silver teronggok di jok belakang. Gladis terdiam, lalu menoleh ke arah Ghibran. Laki-laki itu bergeming menatap depan.Menyalakan starter saat Gladis menutup pintu."Apa kamu mau pergi?""Hmm." Jawab Ghibran."Kemana?""Palembang." Mengerling pada Gladis sekilas.Gladis menunduk kemudian. Diam tak melanjutkan rasa penasarannya. Beberapa saat kemudian dengan ragu-ragu ia berkata."Sejak kecil, saya selalu penasaran bagaimana ra

  • Perempuan Dari Bui   Bab 24 Turut Berduka Cita

    "Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" Gladis bertanya. Jemarinya mengepal kencang.Ghibran bersandar di bahu gladis. Bukan hanya merebahkan jiwa. Ghibran benar-benar meletakkan seluruh kesedihannya lewat bahu wanita itu. Kedua lengan gladis menjadi pegangan bagi ghibran.Runtuh kemudian. Luruh seluruh beban.Ghibran menangis sejadi-jadinya di bahu yang kurus itu. Tangisannya terdengar memilukan. Kedua lengan Gladis yang dijadikannya pegangan digenggamnya begitu erat.Sementara Gladis hanya mengerjap. Berdiri kaku. Jemarinya mengepal. Kakinya sekuat tenaga berusaha menopang berat badannya sendiri dan ghibran.Gladis mengunci rapat mulutnya. Ikut menitikkan air mata atas kesedihan yang tak diketahui apa musababnya itu. Gladis tidak tahu apa yang sedang menimpa laki-laki yang selalu ceria ini.Maka gladis hanya diam. Membiarkan bahunya menjadi tempat peluruhan kesedihan itu.Ghibran menangis beberapa saat. Lalu segera sadar bahwa gladis mungkin keberatan dengan apa yang ia lakukan."Maaf." Kat

  • Perempuan Dari Bui   Bab 23 Kejutan Pagi

    Gladis bersiap pagi-pagi buta. Berjalan menyusuri jalanan bahkan sebelum matahari terbit. Semua ia lakukan demi menghindari Ghibran. Laki-laki keras kepala itu pasti akan tetap menjemputnya meski ia sudah melarang.Entah takdir apa yang sedang dirancang untuknya. Namun, seperti yang sudah dikatakan, Gladis terlalu takut dengan semua kemudahan yang tiba-tiba ini. Ia takut semua kemudahan yang begitu cepat didapat ini akan membuatnya lebih jatuh lagi nantinya.Meski Mbak Rini sudah memperingatkan tentang misteri masa depan dan jangan terlalu dipikirkan. Tapi Gladis tetap kepikiran.Bayangan masa lalu terus mengintai. Gladis merasa dirinya belum berhak bahagia secepat itu. Gladis tidak ingin besar kepala.Pagi ini langit mendung. Pagi yang gelap itu lebih gelap dari biasanya. Tepat saat Gladis menaiki angkutan umum, hujan deras turun mengguyur.Dingin menyergap segera."Hujan kali ini rasanya berbeda sekali. Atau perasaanku aja." Gladis merasakan denyut aneh. Hujan kali ini terasa lebih

  • Perempuan Dari Bui   Bab 22 Berputar Terlalu Cepat

    Gladis diam termangu. Apa kata laki-laki ini barusan?Gladis diam mencerna. Telinganya terasa berdenging entah kenapa. Menelan ludah sekali. Gladis tidak ingin besar kepala. Bisa jadi, laki-laki ini memang hanya ingin mengenalkannya pada anggota keluarga.Tidak ada maksud lain."Are you okay?" Ghibran menyenggol bahu Gladis yang tampak melamun."Bertemu kakekmu untuk apa?"Ghibran berdehem. "Saya hanya berusaha membuatmu yakin bahwa saya serius.""Atas?""Permintaan saya kemarin. Saya benar-benar serius memintamu menjadi istriku. Sekarang, bukan hanya tentang Asma. Saya ingin bersama kamu." Jawab Ghibran sangat tenang. Mengalir seperti air. Lembut tapi penuh keyakinan."Kamu aneh." Sahut Gladis, lantas terburu membuka pintu mobil."Tunggu Gladis.. Tunggu dulu. Please!" Laki-laki itu menahan lengan Gladis. Membawa Gladis kembali menutup pintu mobil."Sudah malam. Saya enggak enak sama tetangga." Tatapan galak diberikan. Ia sudah tidak bisa menolerir ini lagi. Tadi pagi, ia sudah ditegu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status