Share

Bab 50: Bulan Madu Tipis-Tipis

Lintang menghela napas. Bola mata gelap milik Satya meredup dan tatapannya terlihat sayu. Bukan ia tidak mau memenuhi permintaan Satya, tetapi ia masih belum selesai target satu juz dan sebentar lagi batas waktu laporan habis.

“Ya, sudah kalau kamu nggak mau.” Melihat Lintang yang hanya diam, Satya menyerah. “Aku tunggu sampai kamu selesai baca Quran. Daripada kualat karena menghalangi orang beribadah,” lanjutnya sembari menjauhkan wajahnya dari Lintang.

Bibir Lintang melukis senyum kemudian meletakkan Al Quran di rak. “Yuk,” ujarnya setelah melipat mukena. “Saya tadi cuma bercanda, kok.”

“Astaga!” Satya menepuk jidat. Ditariknya Lintang ke dalam pelukan. “Kamu memang ngeselin.” Ia mencubit hidung Lintang lalu mengecup bibirnya lembut.

***

Keesokan harinya Satya membawa Lintang mengunjungi perkebunan teh Malabar di Pengalengan. Hamparan pohon teh dan kesiur angin menyambut kedatangan mereka. Aroma daun teh yang segar menyelusup ke dalam hidung, memberi sensasi nyaman dan menenangkan.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status