Share

7. Kena Omel

Penulis: Enie moors
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-30 19:20:49

Pagi datang begitu cepat. Aku merasa baru saja terpejam dengan mata sembab saat tiba-tiba alaram berbunyi nyaring mengagetkanku yang tengah mengarungi mimpi. Jam setengah enam, aku melirik layar handphone dan segera bangkit.

Meregangkan badan kemudian duduk menyandar pada kepala ranjang beberapa saat sejenak untuk mengumpulkan nyawa.

Menguap beberapa kali karena rasanya masih sangat mengantuk, segera saja aku berhenti bermalas-malasan dan bangkit menyeret kaki menuju kamar mandi. Mungkin aku harus mandi air dingin agar kembali segar bugar.

Beberapa menit kemudian aku telah berpakaian rapi. Menggunakan jeans biru juga baju seragam warna biru lembut dengan logo unik di bagian dada kiri, khas toko buku milik koh Ari tempatku mencari nafkah. Aku sedang menyisir rambut panjangku sembari menatap cermin saat kudengar ponselku yang tergeletak di kasur bergetar. Layarnya yang menyala terang menampilkan beberapa pesan dari aplikasi chating. Penasaran, segera kuraih smartphone murahan itu dan melihat siapa pengirim pesan di pagi yang cerah begini.

Namun setelah aku mengetahuinya, aku segera melempar kembali ponsel malang itu dan beranjak tanpa membaca ataupun membalasnya. Aku sedang tak ingin merusak pagiku dengan mood yang turun karena sosok lurah yang entah sedang apa di sana.

Mengibaskan tangan dengan heboh seolah mengusir aura negative, aku kemudian menepuk pipi agar tetap semangat. Rambut yang tergerai kuraih dan kukuncir tinggi, membiarkan beberapa anak rambut menjuntai agar terlihat lebih natural.

Karena kemarin sudah bolos, maka hari ini aku harus bersiap untuk di ceramahi, atau yang terburuk mendapat hukuman lembur di akhir pekan membersihkan gudang.

Memikirkan betapa berantakan dan kotornya ruangan besar yang telah lama tak terjamah itu membuatku langsung bergidik. Semoga koh Ari memberiku sedikit kemurahan hati.

Melirik jam yang terpasang di pergelangan tangan, mataku melebar saat kulihat sudah hampir pukul setengah delapan lebih. Dengan terburu buru kuraih semua keperluanku kedalam tas selempang dan kupakai sambil berlari setelah berhasil mengunci pintu. Tuhan, jangan sampai hari ini aku terlambat. Si pria Cina bisa mencekiku!

***

Gedung berlantai dua dengan desain modern yang terletak tepat di jalan besar sudah di depan mata. Untung masih sepi, padahal aku sudah panik dan harus berlari sepanjang perjalanan dari kost. Dadaku sesak bukan main , maklum, karena jarang olahraga jadi cepat ngos-ngosan. Keringat pun bercucuran membasahi dahi. Aku berjalan pelan menaiki tangga depan toko dan berhenti sebentar di depan pintu kaca. Sekedar membenahi penampilan dan menyiapkan nyali bertemu bos.

Mengelap telapak tangan yang basah pada celana jeans, kudorong pintu terbuka. Dan sosok dewasa berkacamata langsung menyambutku. Koh Ari sudah berdiri tegap di depan area kasir. Menatapku datar namun menekan. Aku langsung berjalan kearahnya sembari nyengir tak enak.

“Jadi?”

“Maaf, Koh… kemarin enggak enak badan. Jadi enggak bisa masuk.”

“Engak enak badan?” aku mengangguk pelan. ”Tapi bisa mantai, ya? Hebat, lho!” mataku melebar. Bagaimana mungkin koh Ari bisa tau? Jangan-jangan…

"Suryo bahkan mengirim gambar selfi kalian waktu pakai baju pasangan. Bikin panas hati saja!” pria Cina itu sedikit menggeram. Tentu saja kesal setengah mati karena iri. Maklum, dia baru saja bercerai dua bulan lalu. Duda yang masih segar, ditinggal istri selingkuh karena terlalu sibuk mengelola toko bukunya ini.

“Maaf, Koh,” aku mengatupkan kedua tangan di depan dada. “saya janji enggak akan bolos dan bohong lagi.” Meskipun mas Suryo dan koh Ari adalah saudara jauh sekaligus teman dekat sejak kuliah, aku benar-benar tak menyangka mas Suryo akan menumbalkan foto kami hanya untuk membuat pemilik toko ini iri. Mereka memang jahil satu sama lain, koh Ari pun sudah tau hubungan kami sedari awal, meskipun tak banyak berkomentar karena memang mas Suryo sepertinya sering curhat sehingga tahu keadaannya. Tapi tentu saja pria itu tetap atasanku. Aku tidak bisa memperlakukannya seolah kami akrab layaknya seperti aku memperlalukan mas Suryo, dan rasanya sangat canggung ketika pria cina itu bahkan tahu kegiatan kami kemarin. Apa mas Suryo tak tahu apa itu privasi? aku tak habis pikir. Tapi ya sudahlah, sudah terjadi.

“Kamu saya maafkan,” jawab koh Ari membuat mataku berbinar.

“Terimakasih, koh-“ belum selesai aku berbicara , koh Ari sudah mengangkat sebelah tangannya untuk menginterupsi.

“Saya enggak perduli kamu pacar temen saya atau bukan, tapi kamu tetep saya hukum, ya,” ucapnya sembari membenarkan kacamatanya yang melorot. Aku langsung lemas. ”Weekend enggak usah pulang. Jadi anak rajin bersihin gudang.” Rasanya aku ingin menangis. Minggu ini benar-benar kacau.

***

Memang bukan rahasia lagi jika bolos di hari senin akan mendapat hukuman. Karena memang saat hari senin toko selalu paling banyak diserbu pengunjung. Pembeli yang datang biasanya sangat ramai dan membuat karyawan kewalahan, karena kebanyakan stok alat-alat tulis dan buku baru memang datang di hari itu. Meski memiliki empat orang pekerja, rasanya mereka masih membutuhkan yang lain, tapi koh Ari tak pernah mau mendengar usulan kami, dan santai saja ketika melihat kami harus kesana kemari melayani pembeli. Malah ia terlihat bahagia melihat karyawannya menderita.

‘Buang-buang uang’ begitu katanya. ’Dan bukankah malah sehat jika semua orang terus bergerak sepanjang hari? kalian akan mengeluarkan banyak keringat. Tanpa kalian sadari saya membuat kalian sehat. Jadi ayo makin semangat semuanya!’ aku yakin sih, bukan hanya aku yang ingin mencekiknya saat koh ari mengatakannya dengan lantang saat itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   104. Melemahnya Pertahanan

    Sudah pukul sepuluh malam ketika aku tiba di depan sebuah rumah yang lampunya masih terang benderang. Dihalaman yang tak seberapa luas itu terparkir sebuah mobil hitam mengkilat. aku tak hafal dengan plat nomornya, tapi aku punya dugaan kuat siapa pemiliknya. Turun dari sepeda yang kucuri dari kediaman utama pratama, aku berdiri sejenak untuk mengamati keadaan. Sunyi, karena memang rumah ini cukup jauh dari tetangga lain. Aku menghela nafas. Sesungguhnya aku belum memiliki rencana apapun. Tapi aku sudah di sini. Naluriku berkata aku harus ke sini. Aku yakin aku akan mendapatkan sesuatu malam ini di sini. Memantapkan hati aku pun mengetuk pintu, cukup lama aku menunggu hingga pintu akhirnya terbuka menampilkan sosok mbak Retno yang terkaget kaget melijatku berdiri dihadapannya. "Sufi!" Aku tak peduli dengan ia yang seperti hampir kena seramgan jantung, segera saja aku mendorong tubuhnya untuk menyi gkir dari ambang pi tu dan masuk ke dalam rumahnya begitu saja. Aku memgedarkan

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   103. Persekongkolan Busuk

    " Belum tidur, Yang?" Aku mengalihkan mataku dari pemandangan gelapnya malam dibalik jendela kaca ketika kudengar mas suryo memasuki kamar. Pria tampan itu kini terlihat lusuh. Kemeja yang ia kenakan dari siang masih ia pakai padajal sudah lecek dan kusut. Sinar wajahnya begitu lelah. Sepertinya obrolan panjang duamiku bersama ayah dan beberapa orang penting di kelurahan cukup alot dan banyak memguras energinya. Ia yang biasanya penuh dengan semangat pun kini hanya bisa terduduk diranjang dengan lesu. "Maaf ya, mas. Aku nggak bisa bantuin apa-apa." Aku mendekatinya dan duduk berhadaoan. "Aku cuma bisa bikin kekacauan." "Sst, sudah beraoa aku bilang sih sayang, ini semua bukan salah kamu." Ia berucap lembut sembari merengkuhku dalam oelukan. "Kamu jangan mikir yang macam-macam. Mas bakalan jagain kamu, nggak bakalan bikin kamu kenapa kenapa. Semuanya bakal mas beresin seceoatnya. " Aku mengangguk, makin merangsek dalam pelukannya yang hangat. "Aku percaya kamu, mas." "Kita bisa

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   102. Jaga Jarak Aman

    Sebenarnya ada apa? Apa yang sedang terjadi?Aku meremas jemariku dengan hati gekisah. Mas suryo masih bungkam namun dari raut wajahnya yang tegang aku tau bahwa semuanya tidak baik baik saja.Siapa yang menghubunginya tadu? Kabar apa yang diterimanya? Sebegitu buruk ya kah sampai suamiku terguncang seperti ini?"Mas?"Tak sanggup menahan diri lebih lama dalam keterdiaman, akuoun memecah kesunyian yang mencekam itu dengan memanggilnya pelan. "Sebenarnya ada apa?" Aku memegang oengannya lembut.Mas suryo menoleh. Dari raut wajahnya aku tau pikirannya kini tengah berkecamuk."Nanti, yang..." Ia balas menggenggam jemariku, menyalurkan kekuatan. " Nanti aku jelasin semuanya. Yang pentingbkita harus pergi ke tempat yang aman duku."Meskipun belum cukup puas karena beoum mendapatkan jawaban yang aku inginkan namun sekarang aku hanya bisa menurutinya. Aku harus menahan diri dan bersabar sebentar.Tak lama berkendara aku akhirnya tau kemana mas suryo membawaku. Itu adalah kediam utama kedua

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   101. Semua Orang Akhirnya Tau

    hari ini aku bangun dengan tubuh super lemas. Bedanya, kemarin karena aku digemour habis habisan olehas suryo semalaman suntuk, sementara hari ini entah katena apa. Mungkin aku sedang tak enak badan, kena gejala fDualu, atau masuk angin, entahlah. Yang jelas, saat aku terbangun aku sudah tak memikiki energi. Mulutku terasa pahit, mual juga masih sering hilang timbul. Udaea pegunungan yang biasanya kurasakan segar malah kini membuat tububku memggigil bak orang pesakitan. Aneh sekali...aneh... "Makan duku ya? Dari kemarin kamu belum makan yang?" Mas suryo menyendokan sop hangat yang kutolak mentah-mentah. Aku caoek mencoba menelan apapun karena nantina akan kumuntahkan juga semuanya. Lebih baik tak makan saja sekalian walaupun jadinya oemas begimi. "Dikit aja, sayang. Kalo iamu kayak gini terus kaoan sembuhnya?" "Tapi aku mual," aku menatap mas suryo dengan mata berkaca akaca. Mas suryo menghela nafas oanjang, lelah juga mu gkin menghadapiku yang dalam mode keras kepala. "Atau ma

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   99. Selayaknya Gejala

    Aku mengerjap dan menghela nafas panjang begitu mendengar mas suryo terus terusan bergerak gelisah di belakang. Ini sudah hampir tengah malam, waktunya untuk terlelap namun pria besar itu dari tadi belum juga mau tidur. Aku yang sudah sangat mengantuk karena seharian lelah jalan-jalan kesana kemari pada akhirnya jadi terganggu oleh tingkah polah suamikuyang entah sedang kesurupan apa sampai tak mau diam bagai cacing kepanasan. "Kenapa sih mas? " Aku yang jengah dengan sikap suamiku pun membalikan badan untuk berbaring menghadapnya. Mas Suryo terkejut. Ia mengerjap beberapa kali sebelum merangsek mendekat. Entah mengapa setelah itu ia beberapa kali kedapatan menghela nafas panjang seolah sedang menenangkan diri. Suamiku ini kenapa sih? "Kenapa bangun? Udah tidur aja gih, " ujarnya singkat. Tangannya mengelus pipiku dengan lembut. Jakunnya naik turun seperti kesusahan menelan air liur. Sikapnya ini benar benar aneh. Apa mas Suryo tengah menyembunyikan sesuatu? "Gimana mau tidur

  • Perempuan Pemilik Hati Pak Lurah   98. strawberry

    Tubuhku remuk. Semuanya terasa sakit sekali sampai rasanya aku tak mampu bergerak sedikitpun dari kasur. pergulatan kami semalam sungguh menguras energiku sampai tak bersisa. bahkan mungkin aku harus bersyukur dengan kenyataan tak sampai jatuh pingsan, walapun tentu saja terbaring lemah seperti ini pun sangat menyiksa. "Sarapan dulu, Yang." Aku menoleh penuh kemalasan ketika Mas Suryo memasuki kamar dengan membawa dua mangkuk bubur ayam dan teh hangat. Melihat lelaki itu yang sudah rapi menggunakan stelan kasual, segar bugar dan bahkan wajahnya begitu bercahaya membuatku mendengsus. Tiba tiba saja aku merasa jengkel sendiri. Kenapa suamiku bagai baru disuntik satu ton vitamin sementara keadaanku layaknya korban yang habis hanyut terkena banjir bandang begini sih. "Kenapa lagi? Kok malah cemberut?" Ia duduk di sampingku yang masih rebahan. Tangannya mengelusi wajah yang luar biasa lusuh. "Ya gara gara siapa badanku remuk kaya habis ditabrak gerobak!" Bukannya menyesal mas Su

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status