Share

Bayu dan Surya

Bayu menarik nafas lega saat dilihatnya Bunga berhasil menyeimbangkan tubuhnya dan tidak jatuh terhempas saat sebuah batu menghalangi jalannya.

"Syukurlah. Aku tidak perlu keluar dari persembunyianku dan ketahuan mengikuti gadis itu. Bisa malu aku nanti kalau belum-belum sudah tertangkap basah." ujar Bayu pelan pada dirinya sendiri. 

Ia lega sekali. Sambil mengusap dadanya sendiri kini ekor matanya kembali mengikuti kemana Bunga melangkah.

Gadis itu sudah merubah prinsip seorang Bayu yang semula tidak peduli pada seorang perempuan pun sekarang mulai memperhatikan setiap pergerakan Bunga.

Bayu ingat, dulu waktu di SMA teman perempuannya yang juga menggunakan kerudung sering mendapatkan perlakuan tidak adil di sekolahnya hanya karena pakaian mereka tapi Bayu tidak terlalu perduli, bahkan melihatnya sebagai sebuah tontonan saja.

Banyak diantara mereka akhirnya melepas kerudung di jam sekolah dan memakainya kembali saat jam sekolah selesai. Ada simpati di hati Bayu tapi berbuat lebih, ia tidak pernah meniatkannya. 

Tapi sekarang, ia tidak akan berdiam diri jika Bunga mendapatkan perlakuan yang sama. Ia memastikan diri buat jadi pembela sekuat yang ia bisa.

Dan malam ini awal ia mulai menjadi pengawal bagi Bunga walau diam-diam tentunya. Saat Bunga tampak beranjak dari acara ramah tamah itu Bayu pun melangkah meninggalkan kemeriahan pesta walau tidak punya keberanian lebih untuk terang terangan menyusul gadis itu apalagi menemaninya 

Bayu hanya ingin memastikan kalau Bunga baik-baik saja, setelah memastikan Bunga aman, barulah Bayu kembali berbaur kembali bersama teman-teman yang lain. Namun pikirannya masih tertinggal dimana Bunga kini berada.

Bayu merasa terasing dan kesepian di tengah suasana pesta yang memekakkan telinga, penuh tawa dan jeritan saling bersahutan tiada henti. Pesta yang sangat meriah, menghempaskan kecanggungan antara senior dan yunior dua Minggu lalu. Tiada lagi bentakan dan perintah senior yang membuat para yunior ketakutan, tidak ada lagi kata kasar dan keluhan yang ingin menolak keinginan senior yang tidak masuk akal, semua lenyap tanpa bekas. Berganti menjadi sebuah hubungan persahabatan sesama akademika yang sama.

Sebuah tepukan membuyarkan lamunan Bayu, membuatnya tersentak kaget.

"Ada apa, Yu, sakit? Kok dari tadi hanya bengong saja?" 

Rupanya Surya yang menepuk bahunya tadi, mengusik lamunannya. Bayu tertegun beberapa jenak, lalu dengan senyum khasnya, Bayu memandang Surya.

"Tidak apa-apa, aku sehat wal'afiat, hanya ngantuk aja sedikit. Apa acaranya masih lama ya, Sur? Aku rasanya sudah mulai bosan." keluh Bayu mencoba mengalihkan perhatian Bayu dan mencegah Surya bertanya lebih lanjut, tapi  Surya malah menatapnya penuh tanda tanya. Sesaat kemudian pemuda itu malah senyum-senyum penuh arti.

"Ngantuk dan bosan karena dia gak ada di sini bukan?" goda Surya sambil melirik Bayu.

"Dia? Dia siapa?" 

"Aku tahu kok saat Bunga keluar acara tadi kau mengikutinya. Kebosananmu pasti ada hubungannya dengan tidak kembalinya lagi Bunga ke sini. Bener gak?" 

Bayu bergeming. Ia takut salah bicara malah akan membuat Surya makin punya cela buat menggodanya lagi.

"Kok malah diam. Kemana dia, Yu? Kok tiba-tiba meninggalkan acara?" sambung Surya lagi. 

"Bukankah kamu juga mengikutinya ya?" tukas Bayu membuat Surya tersentak kaget. Sebenarnya sejak Bunga melangkahkan kakinya keluar gedung acara, Surya juga terus mengikuti gerakan Bunga dengan pandangan matanya. Ia tahu kalau Bunga pergi dan setelah itu Bayu menyusulnya tapi ia tidak tahu apa yang selanjutnya terjadi.

"Kok kamu tahu?" kekeh Surya sambil menepuk bahu Bayu sekali lagi.

"Kamu menyukainya, ya, Yu?" tanya Surya memastikan. Ada nada cemburu di suaranya, cemburu yang tidak beralasan tentunya.

"Memang kamu tidak?" tukas Bayu cepat sambil memandang manik mata pemuda dengan penampilan kalem dan kulit kecoklatan itu.

"A...aku... bagaimana mungkin kamu berfikir seperti itu? Ya gak lah. Gak mungkin."

'Gak mungkin salah.' batin Surya.

Memang tidak salah jika sekarang Surya mencemburui semua laki-laki yang ada di kampus itu. Walau pun aneh juga kalau merasa semua teman laki-laki adalah saingannya dalam memperebutkan perhatian dari Bunga, gadis yang sudah membuatnya tertarik pada pertemuan pertama.

Surya jadi teringat insiden keplleset tempo hari, waktu itu mereka masih dalam suasana ospek. Bunga dengan sigap menyambar lengan bajunya sehingga tubuh kurusnya tidak terhempas dan meluncur ke bawah tangga. Ia tidak menyangka, sang penyelamat ternyata seorang gadis. Surya belum sempat mengucapkan terima kasih saat gadis berkerudung hitam itu melesat cepat ke anak tangga teratas, lalu menghilang di balik pintu sebuah ruangan meninggalkannya yang masih terpaku di tempatnya.

Bayu hanya diam sambil tersenyum, menatap manik mata pemuda di depannya. Surya yang sadar sedang diperhatikan oleh Bayu perlahan menghapus memori tentang Bunga yang tadi sempat melintas di otaknya.

Perlahan Bayu menarik tangan Surya menjauhi arena pesta yang semakin meriah dan tampaknya masih lama. Suara musik yang kian kencang, permainan demi permainan dengan dalih mengakrabkan antara mahasiswa baru dan mahasiswa lama berlangsung semakin seru. Gelak tawa membahana, keakraban itu semakin nyata, mengikis batas antara senior dan yunior yang saat masa orientasi tempo hari.

"Mau kemana, Yu?" 

"Katanya mau nyusul gadis itu. Ayo ikut gak usah protes." sindir Bayu sambil tersenyum.

"Wah bisa dijutekin kita nanti, Yu."

"Jutek tapi manis." kekeh Bayu sambil mencibirkan bibirnya pada Surya.

Bayu tahu bahwa Surya pun menaruh perhatian yang sama pada Bunga. Walau Surya tidak pernah mau mengaku tapi sikap dan cara Surya memperlakukan Bunga sudah memperlihatkan perasaan pemuda itu pada Bunga.

"Biarin dia, Yu. Paling dia ke mushola,biasanya  dia begitu kalau lagi kesal atau marah."

"Heem...ternyata kamu perhatian banget, ya sama gadis itu sampai kamu tahu betul kebiasaannya?" tembak Bayu tepat sasaran.

"Eh kayaknya kamu nih, yang naksir sama dia malah nuduh aku." elak Surya sembari tertawa dan memalingkan mukanya yang sudah berubah menjadi merah karena perasaannya diketahui oleh Bayu. Untung saja kegelapan malam menyembunyikan semua itu.

"Halah! Kamu gak bisa ngelak. Tuh mukamu sudah seperti pelangi warnanya...!" goda Bayu terbahak melihat Surya yang tampak gugup dan salah tingkah.

Surya gelagapan, tapi dia langsung bisa menguasai keadaan.

"Ngarang! Ya, enggaklah! Mana mungkin aku menyukai gadis model begitu. Juteknya itu loh, yang gak tahan. Aku sukanya sama yang lemah lembut dan penuh perhatian, keibuan bukan kebapakan kayak dia. Ah pokoknya tidak seperti dia lah. Grass grusu!" Tukas Surya lagi berusaha menyakinkan Bayu.

"Tapi ingat loh dia yang kepabakan itu yang dulu menolongmu dari rasa malu kejungkal dari tangga!"

Surya terbahak mendengar kata-kata Bayu.

"Ah sudahlah, Yu. Yang pasti dia bukan tipeku."

"Tipemu seperti Pelangi itu ya? Lemah gemulai dan sangat manja sama semua laki-laki. Massa, antarin aku pulang. Mas ambilkan ini, tolongin itu. Mas...mas...mas...ish manja." sindir Bayu sambil tertawa mengejek Surya.

"Ya enggak yang begitu juga. Kalau itu sih bukan lembut lagi tapi lumer! Hehehehe... Bukan,  Yu,  bukan yang seperti Pelangi juga. Pokoknya adalah..." Pungkas Surya menghentikan godaan Bayu padanya.

'Kalau pun aku menyukai Bunga, kamu tidak perlu tahu, Yu karena aku memang menyukai gadis itu sejak awal pertemuan kami dulu.' batin Surya sambil memandang Bayu dengan tatapan yang sulit diartikan.

Bersambung

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status