Noah begitu bersemangat sekali sejak rencana pernikahannya disusun. Di tengah pekerjaannya yang cukup banyak, dia masih harus menyiapkan semua rencana pernikahannya. Namun, karena dia begitu bahagia, apa yang dikerjakannya tidak terasa berat.
Kemarin, keluarga Cia sudah mengadakan pertemuan. Mereka semua sudah membagi tugas masing-masing. Jadi sudah tidak akan ada yang masalah berat lagi. Dengan pembagian tugas masing-masing, mempermudah mereka menyiapkan.Hari ini rencananya, Noah akan mencari jas dan gaun untuk pernikahan mereka. Mereka akan pergi bersama dengan Mama Chika, Mommy Shea, dan Mommy Selly. Tiga wanita itu tidak mau ketinggalan untuk membantu Cia memilih gaun pernikahan.Noah menjemput mereka semua dia rumah calon istrinya itu. Saat tiba, dia melihat para ibu yang begitu heboh. Mama Chika pun meminta Noah untuk duduk lebih dulu. Karena Lora masih mandi. Maklum, bayi kecil itu baru bangun tidur.“Dengar! Kami aBallroom hotel disulap menjadi tempat acara pernikahan. Bunga-bunga yang menghiasi ruangan membuat ruangan semakin cantik. Lampu kristal yang menggantung pun terlihat megah menghiasi ruangan. Semua tamu yang hadir didominasi oleh keluarga. Memang tak banyak yang hadir. Karena sang mempelai ingin suasana khidmat. Noah duduk di depan penghulu. Menunggu pengantin wanita yang sedang menuju ke ballroom hotel. Perasaannya begitu berdebar-debar tatkala menunggu. Ini adalah kali pertama untuknya. Walaupun banyak wanita yang singgah di hidupnya, tak pernah ada yang sampai menuju ke pernikahan. Noah yang gugup tak mengurangi ketampanannya sama sekali. Dia masih terlihat gagah dengan setelah jas yang dipakainya. Akhirnya, yang ditunggu pun tiba. Cia masuk ke ballroom hotel didampingi sang papa. Ibu satu anak itu melingkarkan tangannya di lengan papanya. Dengan langkah pasti, dia masuk ke acara pernikahan. Gaun can
Suara Lora tak terdengar lagi ketika Noah keluar dari kamar mandi. Noah menebak pasti putrinya itu sudah tertidur. Benar saja, ternyata sang putri tertidur di sampi mommy-nya. “Dia sudah tidur?” tanya Noah lirih. “Iya.” Cia pun menjawab sama lirihnya, tak mau sampai sang anak terbangun. Noah tersenyum ketika melihat sang anak tidur terasa lucu sekali. Sambil mengusap rambutnya yang basah, dia mendekat ke sisi tempat tidur. “Apa dia akan bangun jika aku menciumnya?” tanyanya menatap istrinya. “Karena dia baru tidur dia akan merasakannya.” Cia berangsur bangun dari tempat tidur dengan perlahan. “Tunggulah dia pulas dulu,” ucapnya ketika berdiri di sis tempat tidur.Noah mengangguk. Tak mau sampai anaknya bangun dan rewel. Cia mengayunkan langkahnya sambil membuka handuk yang membungkus kepalanya. Kemudian, meminta Noah untuk memberikan handuk yang dipakai Noah. Noah memberikan
Noah membantu Cia memasukkan barang-barangnya ke bagasi. Tidak banyak yang dibawa Cia, karena dia akan mengambilnya kembali nanti. Yang sekarang dibawa hanya baju dan beberapa peralatan Lora. Hal yang penting saja. “Lora tidak akan bisa tidur dengan mommy-nya saat malam bukan? Jadi saat siang titipkan saja ke sini.” Sebelum anak dan menantunya pergi, Papa Felix memberikan pesannya. Pipi Cia menghangat. Sudah dia duga pasti rona merah menyembul di pipinya. Dia mengerti ke mana arah pembicaraan papanya. Seolah sudah tahu jika semalam dia gagal. Cia sadar jika anaknya memang masih belum bisa jauh tidur dengannya saat malam. Namun, saat siang anaknya terbiasa dengan banyak orang, jadi tak akan rewel saat ditinggal. Noah terdiam ketika sang mertua mengatakan hal itu. Mertuanya sudah sangat paham betapa sulitnya mencari celah untuk berdua dengan Cia. “Iya, Pa.” Noah mengangguk. Mereka berd
Noah mencoba menghubungi El untuk menanyakan kabar anaknya. Dia ingin memastikan jika anaknya baik-baik saja. Tidak rewel seperti yang dibayangkan. Anaknya baru kali ini jauh dengan mommy-nya jadi wajar Noah takut jika anaknya rewel. “Ada apa?” Pertanyaan itu yang terdengar dari sambungan telepon ketika terhubung. “Apa Lora menangis?” tanya Noah yang begitu penasaran. “Tenanglah, dia aman. Tidak menangis sama sekali.” Ada perasaan lega ketika mendengar akan hal itu. “Sedang apa Lora sekarang?” “Dia sudah hendak tidur bersama Kean dan Lean. Sejak tadi dia tidak mau tidur karena bermain dengan kakak-kakaknya.” Noah melihat jam dinding di kamarnya. Waktu menujukan jam sembilan. Itu sudah lewat dari jam tidur Lora. “Aku rasa Lora akan pulas tidur karena lelah bermain, tetapi aku tidak tahu juga jika nanti malam dia menangis.” El tampak tertawa. Kadang anak-anak tidak bisa ditebak.
Cia menyiapkan semua keperluannya untuk pergi ke London. Ini akan jadi pertama kalinya Lora pergi ke luar negeri. Jadi Cia harus menyiapkan lebih baik lagi. Tak mau sampai Lora rewel di sana. Tadi pagi Cia sudah memberitahu pada papanya jika dia dan Noah akan ke London. Sang papa begitu terkejut dengan apa yang akan dilakukan anaknya. Namun, tidak melarangnya. Mungkin dengan begitu, perlahan Cia dapat melupakan masa lalunya. Papa Felix hanya berpesan jika agar Cia dan Lora baik-baik di sana. “Apa semua barang-barang sudah siap?” Noah yang keluar dari kamar mandi sambil mengusap kepalanya yang basah, menatap istrinya yang sedang sibuk memasukkan beberapa baju milik Lora. “Sudah, tadi juga mama ke sini untuk antarkan beberapa baju milik Lora.” Noah mengalihkan pandangannya pada anaknya. Dilihatnya putri kecilnya itu sedang tidur pulas. Pantas saja sang istri bisa leluasa memasukkan pakaian ke koper. Tak tega melihat istrinya
Noah terdiam. Dia memikirkan jawaban yang tepat untuk diberikan pada Cia. Tak mau sampai Cia curiga dengan semua yang telah terjadi. “Kamu ingat bukan jika aku selalu berusaha untuk mendapatkanmu. Sejak kamu hamil sampai Lora lahir, aku terus berusaha. Jadi wajar sebagai teman dia merasa perjuanganku tidak sia-sia.” Cia ingat betul bagaimana Noah mendekatinya. Sejak awal hamil, suaminya itu sudah berniat untuk bertanggung jawab. Ditambah lagi saat hamil dan melahirkan, dia juga selalu ada untuknya. “Lalu cetakan yang sama, apa maksudnya?” Cia boleh percaya yang dikatakan oleh Noah, tetapi pernyataan Gabby masih mengandung unsur lain. “Kamu pernah lihat beberapa orang yang mengadopsi anak, tanpa mereka sadari terkadang mereka bisa mirip sekali pun mereka tidak sedarah.” Entah alasan itu tepat atau tidak, yang terpenting Noah berusaha lebih dulu. “Sejak awal melihat Lora, aku merasa seperti melihat diriku. Karena itulah aku b
Rencana satu minggu di London, akhirnya menjadi dua minggu. Pekerjaan Noah yang begitu banyak membuatnya harus mengundur kepulangan mereka. Cia sebenarnya bosan di rumah karena sulit untuk ke mana-mana saat musim salju. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di rumah saja. Mengingat cuaca terkadang tidak bisa diprediksi. Hingga tidak mau mengambil risiko untuk membawa Lora keluar. Kepulangan Cia dan Noah yang diundur membuat Papa Felix dan Mama Chika begitu merindukan Lora. Mereka tidak sabar untuk bertemu dengan Lora. Cia pun hanya bisa meminta kedua orang tuanya untuk bersabar karena Noah belum menyelesaikan pekerjaanya. Tepat dua minggu, akhirnya Noah dan Cia memutuskan untuk pulang. Pekerjaan Noah sudah semakin berkurang dan bisa dikerjakan jarak jauh. “Hari ini aku akan selesaikan pekerjaanku terlebih dahulu.” Noah mengecup kening sang istri sebelum berangkat. Malam ini mereka bertiga akan kembali ke Indone
Cia dan Noah bersiap untuk menghadiri acara di hotel milik Al. Akan ada chef yang beradu keahlian masak di sana. Acara pasti akan sangat meriah. Karena chef tidak hanya berasal dari Indonesia. Namun, dari berbagai negara. Sebenarnya acara sudah diadakan sejak seminggu yang lalu, dan kali ini adalah final untuk acara tersebut. Cia dan Noah diundang untuk acara final. Menikmati menu-menu yang akan tersaji. Selain orang tua yang tampil cantik dan tampan, ada Lora yang tak kalah cantik. Bayi kecil itu memakai gaun lucu membuat semua orang di sekeliling sangat gemas. Terutama orang tuanya. “Apa kamu sudah siap?” tanya Noah yang menghampiri istri dan anaknya. “Sudah.” Noah langsung menggendong Lora. Mereka bersama-sama menuju ke tempat parkir. Bayi kecil itu pun duduk manis di car seat di belakang. Cia pun ikut duduk menjaga Lora. Lora yang belum genap setahun harus menghadap ke belakang ketika duduk di car seat. M