Shanum membereskan barang-barang di mejanya sebelum pulang. Akan tetapi pembicaraannya dengan Camelia tadi membuat pikirannya tak tenang. Walau ia yakin jika dalam dirinya yang sampai memicu pada gangguan rahim, meski ia tak kunjung hamil hingga kini. Ditambah insiden tadi pagi saat Rasya memberikannya serangkaian vitamin dan ia malah tersinggung. Harusnya ia tidak semarah itu. Mungkin Rasya hanya berusaha peduli padanya sebagai teman. Shanum sangat menyesali kesensitifan dirinya akhir-akhir ini. Ia pun segera keluar dari ruangannya.
"Num."
Suara dari seseorang yang baru ia pikirkan beberapa menit yang lalu terdengar, membuat Shanum menoleh ke sumber suara. "Rasya?"
Rasya hanya tersenyum canggung sembari mengusap tengkuknya. Terlihat sekali ia ingin mengatakan sesuatu. "Soal yang tadi, aku minta maaf. Aku nggak bermaksud membuatmu tersinggung. Aku hanya kepikiran saat beberapa orang membicarakan kamu soal kamu yang belum hamil
Entah apa yang ada dalam benak Shanum. Hatinya diliputi perasaan tak karuan sejak mendengar perbincangan suaminya dan rekannya soal Camelia. Apa iya Camelia mirip dengan Adelia? Kalo iya, lalu kenapa? Apa itu menjadi masalah untuk Abizar? Apa suaminya tiba-tiba jadi rindu dengan mendiang istrinya lagi? Lalu untuk apa dirinya berada di sini?Butuh ketenangan.Itu yang Shanum pikirkan. Ia pun memutuskan untuk pulang sendiri. Tidak menunggu suaminya. Rasanya ia masih belum siap melihat Abizar setelah apa yang ia dengar beberapa menit yang lalu.Akhirnya wanita itu memutuskan untuk pulang naik taksi. Bahkan ponselnya pun mati karena kehabisan baterai. Untunglah, setidaknya ia bisa menghindari Abizar selama beberapa menit ke depan. Mungkin Abizar akan merasa bingung. Namun ia jauh lebih bingung d
Pernikahan itu adalah hubungan kerja sama antara pria dan wanita yang didasari oleh cinta. Jadi, apapun masalah dalam sebuah pernikahan mesti diselesaikan bersama. Selesaikan permasalahannya, bukan hubungannya.Tahun-tahun awal pernikahan merupakan hal yang cukup berat bagi pasangan. Terutama bagi mereka yang berekspektasi tinggi soal kehidupan setelah menikah. Seperti memiliki anak dengan cepat, ekonomi yang membaik, keluarga yang harmonis.Untuk saat ini, satu-satunya masalah yang menimpa Shanum dan Abizar adalah soal anak. Harapan mereka begitu tinggi untuk memiliki anak dalam waktu dekat. Namun harapan hanyalah harapan yang entah kapan bisa terwujud. Terlebih untuk mendapatkan seorang anak, tak hanya butuh usaha tidur bersama tapi juga kepercayaan dari Tuhan tentang kesiapan mereka menjadi orangtua. Anak adalah tanggung jawab yang besar. Bukan hanya tanggung jawab membesarkan dan mendidiknya dengan benar, juga bagaima
Camelia tersenyum miris mendengar suara dari orang- orang di luar kamarnya. Meski tidak terdengar jelas tapi ia tahu jika Medinaākakak iparnya tengah memarahi suaminyaāKevin. Ia sadar dirinya menjadi penyebab semakin renggangnya hubungan kekeluargaan mereka. Ia yang tak pernah dianggap oleh keluarga besar Kevin tanpa sadar membawa pria itu ke dalam masalah yang lebih pelik lagi. Walau Kevin mengaku bahagia bersamanya, tapi ia tahu jelas jika pria itu juga merindukan keluarganya. Kevin masuk ke dalam kamar rawat Camelia beberapa menit kemudian. Wajahnya menampilkan senyum manis seperti biasa, seakan tak ada beban di dalam dirinya. Pria itu sebisa mungkin menahan diri untuk tidak menunjukkan kecemasan di wajahnya yang bisa saja mempengaruhi psikis istrinya. Dia sangat menjaga perasaan Camelia, dia adalah pria yang sangat baik. ā Lusa kita sudah bisa pulang. Kamu senang, kan?ā tanya Kevin seraya tersenyum lebar. Camelia mengangguk, berusaha tersenyum agar suamin
Hari demi hari telah terlewati. Waktu berjalan begitu cepat tanpa satu orang pun yang menyadarinya. Semua orang sibuk dengan aktifitas yang hampir sama setiap hari. Termasuk Shanum. Ia masih sama dengan ikhtiarnya juga doanya yang semakin cepat mengudara, berharap waktu hingga keinginannya terwujud bisa segera datang.Kegiatan Shanum bertambah, bukan hanya soal praktek di rumah sakit tapi juga membantu mengelola yayasan yang mertuanya buat. Jasmine dan Januar hanya datang dua kali dalam satu minggu sementara Shanum dan Abizar memantau ke sana hampir setiap hari. Walau anak- anak yang mereka urus baru sepuluh orang, tapi mereka memastikan jika segala kebutuhan anak- anak itu terpenuhi. Bukan hanya pangan tapi juga sandang. Bahkan beberapa anak yang sudah berumur lima dan enam tahun pun dimasukkan ke sekolah TK besar dan TK kecil. Bagaimana pun juga mereka harus mendapat pendidikan yang layak.Shanum merasa bersyukur bisa hidup di antara anak- anak. Meski mereka tak beru
Meta terlihat cantik dengan dress berwarna peach yang dikenakannya. Rambutnya pun dibiarkan terurai dan polesan make up tipis di wajahnya menambah pesona wanita itu. Walaupun begitu, wajahnya seakan tidak menunjukkan raut kebahagiaan. Ia terlihat tidak bersemangat dan tatapan matanya yang sering kali kosong.Rasya menyadari kekosongan di mata Meta maupun hatinya. Ia sangat tahu apa yang wanita ini pikirkan sekarang. Dia pasti tengah memikirkan Haidar, mantan kekasih sekaligus senior di rumah sakitnya itu. Dunia terkadang memang terasa sempit, seolah kita hanya berputar di satu titik saja. Namun Rasya tak memaksakan Meta untuk segera melupakan Haidar, mereka akan memulai hubungan ini secara perlahan. Sama sepertinya yang mulai mencoba mengikhlaskan kebahagiaan Shanum bersama suaminya.“ Jadi, akhir pekan ini kita buat pesta pertunangannya ya? Lalu untuk pernikahannya sendiri dua bulan lagi. Bagaimana?” tanya Resita sebagai orang yang paling bersemangat dalam
Haidar duduk di taman rumah sakit sembari memegang satu kaleng kopi. Ia baru saja menyelesaikan dinas malamnya dan masih enggan meninggalkan rumah sakit. Jika pulang pun, ia hanya akan sendirian. Kesepian tanpa ada seseorang yang menyambut kedatangannya. Ia tidak terbiasa kesepian seperti ini, ia butuh seseorang yang bisa terus berada di sisinya. Namun ketika ia menemukan wanita yang tepat, wanita yang bisa membuka hatinya kembali pasca kepergian mantan istrinya dan setelah perpisahannya dengan Shanum, sayangnya ia tidak bisa mendapatkan restu dari orang tua gadis yang ia cintai itu.Terkadang ia jadi berpikir, mungkinkah dirinya ini memang ditakdirkan untuk sendiri saja seumur hidup? Menjadi duda dan menghabiskan waktu seorang diri. Rasanya menggenaskan sekali. Ia butuh mencintai dan dicintai. Meski ia tengah berusaha mengikhlaskan Meta, tetap saja hati kecilnya menginginkan jika wanita itu bisa lebih memilihnya. Namun ia juga tidak mau egois jika sampai Meta harus bertengka
Haidar masih menatap Meta hingga wanita itu meninggalkan kafe ini, membiarkan wanita itu tidak menyadari keberadaannya di sini. Walau sepertinya Meta seakan merasa ada yang memperhatikannya, terlihat dari wanita itu yang memperhatikan sekitarnya. Beruntung tempat Haidar saat ini agak tertutup dengan dinding pembatas sehingga Meta tidak bisa menemukannya.Ia pun segera beranjak dari tempatnya, menyudahi acara minum kopi sendirian ini dan kembali pulang ke rumah. Tentu setelah memastikan jika Meta juga sudah pulang lebih dulu. Namun langkahnya terhenti ketika melihat wanita itu berdiri tepat di samping mobilnya, dia menatapnya penuh tanda tanya seakan butuh penjelasan. Haidar hanya tersenyum tipis menghampiri wanita yang terus menatapnya itu.“ Sudah aku duga.” Meta tersenyum kecil ketika Haidar berdiri tepat di depannya. “ Sejak masuk ke dalam kafe, aku merasa seperti ada yang memperhatikan. Ternyata itu kamu.”Haidar mengusap tengkuknya,
Haidar menatap kalender yang berada di atas meja kerjanya. Ia menghela nafas demi meredakan sesak yang ada di rongga dadanya. Lusa adalah pesta pertunangan Rasya dan Meta. Hari bahagia mereka berdua sementara ia sendiri masih berlarut dalam masa lalu yang entah kapan usai. Padahal ia selalu berjanji pada dirinya sendiri untuk segera bangkit dan menerima semuanya, tapi keesokan harinya rasa sakit itu kembali terasa.Cklek!Pintu ruangan Haidar terbuka dan Keanu masuk sembari membawa dua gelas kopi di tangannya yang ia beli dari kafe rumah sakit. “ Buat lo. Kurang pengertian apa coba gue sebagai sahabat.” Ia meletakkan satu gelas latte di depan Haidar lalu ia duduk di kursi yang biasa ditempati oleh pasien- pasien dari sahabatnya itu. “ Biar seger. Muka lo tuh kusut banget.”Haidar memutar bola matanya dengan malas. “ Lusa lo dateng?”“ Kemana?” tanya Keanu dengan wajah polos.“ Ke pesta pertunang