"Bukan cinta jika selalu ada kata maaf di ujung penyesalan"
"H--".
"Anjir, lo harus bantu Gue. Beneran bantuin Gue. Anjrit emang".
Belum juga Sanee mengatakan halo sudah dapat umpatan dari si Beruang teddy. Sanee mendengus sebal, kalau bisa dia suntik mati aja itu si Beruang teddy teman Shae.
"Lo misuh-misuh kenapa sih. Lo kalau emang udah sakit, Gue anterin beneran ke Rsj. Gue cariin dokter yang bagus sampai lo sembuh."
"Anjrit. Sanee bangsat. Gue waras Anjir. Elo mesti bantuin Gue San. Detik ini juga!"
"Eh Beruang teddy. Mata Lo gak siwer kan?. Lo punya jam dinding gak sih?. Apa perlu Gue sumbang?".
"Kampret, sialan lo Sanee. Gue samperin lo. Dimana lo?"
"Beruang teddy gila. Gue di rumah sakit, Gue kerja bego, berani nggak Lo ke sini sekarang?" Sanee mematikan telepon dari Beruang Teddy.
Sanee segera menonaktifkan hpnya, agar si Beruang teddy nggak akan menelpon dia kembali. Sanee berlari dan kembali ke ruangannya. Sanee berdiri di depan ruangan dokter spesialis. Dia mengetuk pintu ruangan itu sampai Terdengar suara dari dalam yang mengintrupsi dia masuk.
Sanee tersenyum dan masuk ke ruangan itu. Dia menyerahkan laporan yang dia kerjakan tadi. Dia masih harus berkonsultasi ke ahlinya.
"Mesti banget ya saya jam segini harus kesini?". Sanee cemberut saat lelaki yang memakai sneli itu tersenyum padanya.
"Tentunya cantik. Kita mulai ya". Sanee mengangguk dan berdiskusi dengan 'dr. Anjasdinata sp. Og '
Sanee memutar bola mata malas, dia kembali memusatkan fokusnya pada laporan yang dia bawa tadi.
Anjas memandang wajah cantik Sanee saat dia menjelaskan laporan yang dia bawa tadi.
"Kamu mau gak jadi pacar saya cantik?".
Sanee berdiri dan mengumpulkan semua berkas pasien yang dia bawa tadi, bersiap untuk memukul wajah sok ganteng lelaki di depannya itu. Dia muak dengan beberapa pernyataan cinta semu, yang tidak akan pernah ada ujungnya.
💣💣💣
"Lo kebangetan Anjir. Gue teleponin lo dan Shae berkali-kali, tapi nggak ada yang jawab, kan bangsat".
"Lo lebih bangsat dari kita," umpat Sanee balik pada Laki-laki di depannya itu. Sanee bersidekap dada dan memandang tajam lelaki di depannya itu. "Lo tahu kan kalau kerjaan Gue ini dokter, dan Gue lagi kerja ya, ngerti gak lo arti kata kerja?".
Lelaki itu diam tak bersuara, lalu dia duduk dan mengusap wajahnya dengan gusar. Shae datang dan membawa secangkir kopi arabica dan meletakkannya di depan Bertrand.
"Gue punya kehidupan sendiri ya. Lo nggak wajar, telepon jam 12 malam, kira-kira dong Ber, Gue juga butuh istirahat". Shae menyentil lengan Bertrand.
"Masalahnya nih, Gue di jodohin. Gue di jodohin sama anaknya temen bokap Gue. Kan Anjir, Dikira Gue gak laku aja".
"Emang elo gak laku kan Beruang teddy". Ucap Sanee dan Shae bersamaan. Lalu mereka tertawa terbahak-bahak melihat wajah kecut Bertrand.
"Temen bangsat". Umpat Bertrand lagi.
"Mulut lo harus di sekolahin lagi, biar bener". Ucap Shae.
"Lo belum pernah makan bangku sekolah ya?. Mulut lo perlu di ruqyah". Ucap Sanee.
"Terserah lo berdua. Gue minta pencerahan dong, Otak Gue butek". Bertrand mulai memasang wajah memelasnya, berharap mereka berdua mau membantunya.
"Lo terima aja. Tante Mer sama Om Chris udah pilihin lo yang terbaik. Coba aja lo pendekatan dulu sama dia, tapi jangan lo incipin". Peringat Shae.
"Lo kira Gue buaya buntung kek mantannya dia". Tunjuk Bertrand ke Sanee.
Sanee berdecak malas saat lagi-lagi Bertrand mengingatkannya pada mantan pacarnya yang paling bangsat sejagat raya ini. Bagaimana tidak bangsat, dengan tidak tahu malunya mengajak Sanee untuk pergi ke hotel disaat mereka baru saja berpacaran selama dua bulan.
Sanee tidak bodoh, pacarnya yang berprofesi sebagai vocalis band ternama itu langsung menduakan dirinya dengan manajernya sendiri.
Sanee saat itu mendapat telepon dari Bertrand, bahwa dia melihat si Julian ada di klub malam bersama manajernya yang selalu berpakaian kurang bahan.
Dan lebih bangsatnya lagi, mereka berdua sedang making out di dalam ruangan khusus.
Hati Sanee hancur lebur melihatnya, dia sudah berharap jauh jika kehidupan Percintaannya akan berjalan mulus seperti Shae dengan Billal. Nyatanya harus kandas. Layu sebelum berkembang haaaahhh.
Buanglah mantan pada tempatnya. Gumam Sanee.
💣💣💣
Sanee sedang duduk manis dan sibuk dengan hapenya. Dimana seorang gadis cantik yang masih berusia 25 tahun ini betah jomblo.
Seorang lelaki muda seusianya duduk di depannya tiba-tiba dan menopang dagunya.
Sanee yang merasa ada sesuatu maklhuk sedang menatapnya, kini dia mendongak dan melihat seonggok manusia berpakaian coklat di depannya. Memperhatikan dirinya.
"Siapa?".
"Kamu apa kabar Shae?". Sanee melotot saat lelaki didepannya menyebut nama Shae. "Kamu lupa sama saya?". Sanee hanya diam. "Saya Tama, ingat?".
Sanee berdiri dan memandang maklhuk berpakaian coklat itu tajam. Dia menghembuskan nafas berat dan mengeram tertahan.
Ada aja kenalannya si Shae, maklhuk apalagi ini. Batin Sanee
"Sorry. Saya bukan Shae, saya saudaranya".
Sanee melenggang pergi tanpa rasa bersalah sama sekali, dia sudah terlalu lelah untuk meladeni beberapa teman Shae yang selalu menjawab pertanyaan seperti itu berulang kali.
💣💣💣
Gusti Irwanda Laksmana, lelaki matang dengan segala pesona dan arogansinya yang membumbung tinggi di atas langit. Berjalan dengan angkuh menuruni tangga. Langkahnya yang panjang, membuat dirinya cepat sampai ke ruang makan. Dia duduk dengan angkuhnya, melihat beberapa hidangan yang telah tersedia di meja makan. Dia mengamati kursi di sampingnya, dan wajah arogannya berubah menjadi sendu. Sungguh dia sangat merindukan masa itu.Diah berjalan dari arah dapur dan meletakkan secangkir kopi di samping Gusti. Dia menunduk untuk undur diri, dan berjalan menuju halaman belakang. Setiap pagi memang Diah akan berada disana, bersama perempuan itu. Ah, perempuan itu. Kata apa yang pantas untuk disebutkan, memang benar mereka telah menikah, tapi bagi Gusti, ini adalah pernikahan yang sangat terpaksa dia jalani. Dia ba
Aku kuat jikalau hanya sebentar....Aura duduk di atas sofa berwarna coklat, dan memandang jendela di depannya, ini sudah pukul delapan malam dan orang yang dia tunggu, belum datang juga. Aura menghela napas berat, kenapa harus seperti ini? Kenapa harus setiap hari? Dia menggeleng pelan. Lalu mengecek handphone miliknya yang tergeletak di meja. Sepi dan sunyi, tidak ada panggilan atau pesan dari orang yang dia tunggu. Pesan? Bahkan sepatah katapun tidak pernah diucapkan di depan Aura. Dia diam dan berharap lelaki itu segera pulang dengan selamat.Deru mobil dan ban yang berdecit memasuki garasi, Aura bisa tersenyum lega. Dia menata rambutnya agar rapi, membenarkan pakaiannya yang lecek, agar terlihat rapi. Langkah kaki berderap di depan pintu, rasanya jantung Aura berdetak berkali-kali lipat. Suara pintu terbuka membuat Aura menoleh ke arah pintu dan disana ada seseorang yang dia tunggu sedari tadi. Lelaki berbadan te
Cinta sejati akan tetap bersatu, walaupun awalnya akan menyakitkan."Sanee duduk di taman sendirian. Dia Memaksa Shae untuk mengantarkan dirinya menikmati angin disana.Gusti mendekat dan bersimpuh di depan Sanee. Dia hanya diam dan tak bergerak.Ini orang gak ada bosennya apa. Batin Sanee.Ini sudah ke 10 kalinya Gusti menemui dirinya. Selalu mengaku sebagai mantan suaminya.Menikah dengannya pun Sanee tidak ingat. Bagaimana dia bisa punya mantan suami seperti Gusti."Aku mohon, please ingat aku San". Lirihnya. Bahkan Gusti sudah memasang wajah nelangsanya.Sanee mencoba mengingat memori antara dirinya dan Gusti, tapi nihil. Dia merasakan sakit kepala yang luar biasa saat ini."San?"Sanee memegangi kepalanya dan meringis kesakitan. Tidak ada memori tentang Gusti, walaupun dia berusaha mengingat. Hanya
"Kepergianku untuk selamanya, meninggalkan kamu untuk cinta yang lain".Gusti menjadi pribadi tak tersentuh, dia kembali menjadi pribadi yang dingin. Tapi segala kenangan tentang Sanee tidak pernah berubah.Bahkan dia mengunci ruangan khusus tempat dia menyimpan semua barang milik Sanee, bahkan foto Sanee ada disana semua. Tidak ada yang boleh masuk ke kamar itu. Hanya dirinya yang bisa kesana."Gusti". Gumamnya pelan.Dia kembali bersembunyi di ruangan Shae, saat melihat Gusti masuk ke dalam bersamaan dengan seorang Pria yang berpakaian sama dengannya menenteng laptop dan beberapa map.Sanee bahkan mengurungkan niatnya untuk pergi Dari sini. Dia tidak ingin bertemu Gusti, atau dia bahkan bisa dengan mudahnya untuk menghancurkan hubungannya dengan Rayyan.JanganSanee memilih sibuk dengan hapenya, saat sebuah artikel di Google muncul di hapenya.
Tasanee PovApa yang kalian rasakan, jika kalian jadi diriku. Saat kalian mencoba menerima semuanya dengan lapang dada, tapi kenyataan pahit menghampiri Ku.Gusti-- suamiku telah mengatakan jika dia pernah berhubungan badan dengan mantan pacarnya dulu sebelum kami menikah, dan sekarang telah menghasilkan anak yang sedang di kandungnya.Aku sangsi jika Dora benar-benar hamil anak Gusti. Sedangkan dirinya dan Gusti telah berpisah dua bulan lamanya sebelum pernikahan kami berlangsung.Kan anehKalau dia hamil, lalu kenapa saat Gusti menyiapkan semua pernikahan mereka, dia kabur. Dan Gusti menyeretku untuk menjadi pengantin penggantinya.Kan BrengsekBahkan Gusti dengan rela melepaskan diriku jika aku benar-benar tidak hamil anaknya.Kan BangsatTadi pagi saat aku berangkat kerja, Ku sempatkan diriku untuk
"Aku takut untuk mencintai orang yang sama".Kedekatan antara Rayyan dan Sanee, sudah tercium oleh Billal dan kawan-kawannya.Bahkan saat Sanee berjalan untuk mengambil vaksin, melewati beberapa tentara yang sedang berdiri mengawasi sekitar."Permisi"."Eh bu dokter, mau cari Lettu Rayyan ya?". Sanee memutar bola mata malas. bahkan ini sudah kesekian kalinya."Heh, siapa yang suruh kalian godain calon istri saya. Lari keliling lapangan 20 kali". Teriak Rayyan."Siap Komandan". Mereka ngacir menuju lapangan.Sanee mendengus sebal saat Rayyan mendekat, tapi dia berjalan masuk ke ruangan untuk mengambil vaksin.Rayyan mengikuti dirinya dari belakang. Sanee bahkan tahu. Dia memberikan vaksin itu pada teman sejawatnya, lalu berjalan menuju belakang barak. Disana terdapat tempat duduk beserta mejanya.