Share

04. Meminta izin pada kakek

“Hahaha, tentu bisa saja. Siapa bilang cucuku tidak bisa menjadi lebih kuat dari kakek? Kamu mungkin lebih kuat nanti dari kakek, hanya perlu usaha dan juga kakek pasti akan mendukungmu dengan semua kemampuan kakek!” Jawab Kakek Xiao Chen dengan sangat bangga karena mendapatkan pujian dari cucunya.

“Tch!” Paman XIao Chen merasa tidak senang dengan kata-kata dari kakek Xiao, menurutnya ayahnya ini benar-benar seorang berandalan bukan hanya sekarang saja tapi dari semenjak dia kecil seluruh sekte sudah paham bagaimana otak dari ayahnya ini jika membuat masalah. Dan pembuat masalah ini berhenti hanya di saat bertemu dengan istrinya yang sekarang sangat ditakuti olehnya, bahkan paman Xiao Chen juga takut dengan ibunya itu sendiri. 

Xiao Chen berharap kakeknya dapat mengizinkan dia masuk ke dalam perpustakaan seni beladiri, di awal mereka masih tidak mau mengizinkan Xiao Chen untuk kesana tapi setelah melihat Xiao Chen akan menangis keduanya sontak menjadi cemas dan tanpa pikir panjang memberi izin kepada Xiao Chen untuk pergi ke perpustakaan. Tentu akan ditemani oleh pelayan Xiao Chen secara langsung dengan membawa token perintah dari kepala keluarga langsung sehingga Xiao Chen dapat masuk tanpa harus menunggu persetujuan orang lain. Xiao Chen yang mendapatkan token itu sangat senang, sampai-sampai ia melompat ke arah pelukan kakeknya dan mencium pipi sang kakek.

Dia benar-benar sangat senang mempunyai kakek yang seperti ini, pamannya juga tidak buruk karena dia sama-sama menyayangi Xiao Chen. Hanya saja sifatnya sedikit nakal saat berada di luar, pernah sekali Xiao Chen melihat kakeknya menendang pamannya karena berani bermain wanita di luar. Tentu jika itu anak lain tidak paham apa yang sedang dibicarakan oleh orang dewasa ini, tapi Xiao Chen berbeda dengan anak-anak berumur lima tahun biasa. Ia sudah pernah mati dan hidup kembali jadi lebih paham daripada yang lain soal kenakalan meskipun di masa hidupnya yang dulu tidak seperti itu.

“Eh! Cucuku, tampaknya hari ini ada kabar bagus dari orangtuamu. Apa kamu ingin dengar?” Tanya kakek Xiao Chen menatap cucunya itu dengan penuh senyuman. Entah kenapa Xiao Chen merasa kalau kedua orangtuanya ini hanya akan memberikan kabar buruk meski mereka paling memanjakan dan menyayanginya, Xiao Chen lebih sering melihat mereka bermesraan daripada memanjakannya sejak berumur lima tahun ini. 

“Apa itu kakek? Apa ayah dan ibu akan pulang?” Tanya Xiao Chen terpaksa untuk berpura-pura penasaran.

“Hehehe, tidak lama lagi kamu akan punya adik. Jadi, kamu harus siap menjadi seorang kakak saat adikmu lahir nanti!” Xiao Chen terdiam sesaat sebelum hatinya terkejut mendengar kalau ia akan punca adik. DI masa lalu dirinya memang memiliki banyak saudara tapi semuanya tidak pernah ada di saat ia sedang susah tapi disaat mereka yang menderita malah datang padanya. Itu membuat Xiao Chen tidak pernah ingin bertemu mereka lagi, saat mendengar ia akan punya saudara kecil hatinya sedikit takut. Takut perhatian berubah kepada adiknya lalu takut semuanya malah melupakan dirinya yang terlahir biasa-biasa saja ini. 

“Hm? Nak! Jangan takut, percayalah kalau semua perasaan kami terhadap kamu dan adikmu nanti itu sama! Kami tidak akan pernah membedakan kamu atau adikmu,” Ucapan paman Xiao Chen membuat retakan dalam hatinya yang gelap itu. Seolah ada cahaya yang menghancurkan penghalang kegelapan sehingga ia bisa melihat cahaya lagi, ditambah dengan setiap kalimat tulus dari kakeknya membuat Xiao Chen membalas mereka dengan senyuman. Entah kenapa ia bisa yakin kalau kali ini bisa memberikan semuanya untuk keluarga ini, jika memang harus memiliki adik kecil maka ia berjanji dalam hatinya akan melindungi adiknya itu dengan nyawanya.

“Baiklah, pelayan! Bawa cucuku ke perpustakaan, katakan kepada tetua Zho untuk membiarkan si kecil melakukan apapun disana!” Pelayan Xiao Chen dipanggil dan diberitahukan apa tugasnya saat menemani cucunya ke perpustakaan. Mendengar perintah dari kakek Xiao Chen, kedua pelayan dengan senang hati mematuhinya. Mereka menggendong Xiao Chen lalu pergi menuju ke perpustakaan setelah diberi izin untuk pergi. 

“Hei, apa menurutmu cucu kita lebih seperti takut tadi? Apa itu sebabnya kamu mengatakan hal kecil itu?” Tanya Kakek Xiao Chen pada anaknya yang tadi berbicara aneh seolah dia paham apa isi hati Xiao Chen.

“Hahaha, ayah! Apa kamu tidak sadar kalau keponakan lebih pintar dan cepat memahami sesuatu dari anak seusianya? Aku mengatakan itu juga bukan karena sengaja tapi dari wajahnya yang murung aku merasakan kesedihan yang jelas. Itulah aku menghiburnya!” Jawaban dari anaknya membuat sang ayah terdiam dan memikirkan itu, memang benar jika dia pikir-pikir umur lima tahun cucunya sudah sangat pintar dan sudah bisa membaca di umurnya yang belum empat tahun saat itu. 

“Apa kamu merasakan sesuatu dari tubuh Chen’er tadi?” Tanya ayahnya itu sambil tersenyum. 

“Iyaa, sedikit! Tapi mungkin itu masih pada tahap awal, mari kita lihat dalam beberapa bulan lagi. Jika memang keponakan punya bakat maka tidak ada masalah untuk memberikan semua yang dia butuhkan!” Jawaban dari paman Long Chen adalah jawaban paling diinginkan olehnya. Cucu pertamanya sangat pintar dan dia merasa tidak akan ada masalah nanti untuk cucunya itu mencari jati diri sendiri tapi dia akan tetap mengawasi bagaimanapun dia tidak ingin cucunya jatuh ke dalam masalah.

“Ayah, apa benar kakak akan punya anak lagi? Ini terbilang jaraknya masih kecil loh dengan Xiao Chen? Kenapa mereka terburu-buru?” Tentu saja sebagai seorang ayah dia paham maksud dari anaknya tapi memikirkan anak pertamanya itu yang benar-benar selalu memamerkan cintanya kepada sang istri hampir membuat dia mual. Dia juga tidak dapat untuk mencegah anaknya untuk memiliki anak lagi karena itu adalah sesuatu yang mereka inginkan dan dia juga tidak berhak melarang mereka. 

“Yah… Berharap saja mereka mulai berubah saat punya satu anak lagi. Jika masih belum mari bicara dengan mereka dulu!” Balas kakek Xiao Chen sambil menghela nafas hanya dengan memikirkan anak dan menantunya yang saat ini berada dalam tugas luar. 

Dan saat itu, wajah mereka berdua berubah jika mengingat acara tahun besok yang disebut sebagai ajang unjuk diri generasi muda mereka. Karena mulut beberapa orang luar, membuat mereka Keluarga Xiao harus menunjukan generasi muda mereka kepada semua orang nantinya. Hal ini juga menjadi alasan keduanya sedikit bermasalah karena biasanya dalam acara tahunan tidak ada yang namanya orang luar ikut campur dengan urusan keluarga mereka.

“Kita tidak punya cara lain, mari lakukan seperti itu saja. Dan jika mereka masih tidak puas maka biarlah mereka tidak puas yang penting mereka tidak mengganggu kita! Jika mereka berani mempermasalahkannya, satu atau dua dari mereka masih sanggup kita lawan,”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status