Share

Ketahuan

Author: Sandoos
last update Last Updated: 2024-03-01 12:00:34

Setelah berjalan cukup jauh dan merasa lelah dari perjalanan yang panjang, Takeshi memutuskan untuk mencari penginapan di kota itu untuk beristirahat. Dia menelusuri jalan-jalan yang ramai, mencari tanda-tanda penginapan yang sesuai dengan anggaran dan kebutuhannya.

Akhirnya, setelah beberapa waktu berjalan, Takeshi menemukan sebuah penginapan kecil yang terletak di sudut jalan yang sepi. Bangunan itu terlihat cukup sederhana, tetapi terawat dengan baik. Takeshi memutuskan untuk memeriksanya, harapannya untuk menemukan tempat yang nyaman untuk beristirahat.

Dia memasuki penginapan dan disambut oleh pemiliknya, seorang pria paruh baya dengan senyum ramah di wajahnya. "Selamat datang, tuan. Apakah Anda mencari tempat untuk bermalam?" tanya pemilik penginapan dengan suara hangat.

Takeshi mengangguk. "Ya, saya mencari tempat untuk beristirahat malam ini. Apakah Anda memiliki kamar yang tersedia?"

Pemilik penginapan tersenyum. "Tentu saja, kami memiliki beberapa kamar yang kosong. Silakan ikuti saya."

Takeshi mengikuti pemilik penginapan ke dalam penginapan. Mereka melewati lorong-lorong yang tenang dan tangga yang sempit menuju lantai atas, di mana kamar-kamar tidur terletak. Akhirnya, mereka sampai di depan sebuah kamar yang kecil dan sederhana namun bersih.

"Ini adalah kamar yang tersedia untuk malam ini," kata pemilik penginapan. "Apakah ini cocok untuk Anda?"

Takeshi mengamati kamar dengan cermat dan mengangguk. "Ya, ini akan baik-baik saja. Terima kasih."

"Sebelum itu apakah saya boleh mengetahui nama tuan ini siapa? Tanya pemilik penginapan, untuk memastikan.

"Boleh saja, nama lengkap ku Miyamoto Takeshi." Jawabnya.

"Baiklah tuan, selamat beristirahat."

Pemilik penginapan memberikan kunci kamar kepadanya dan mengucapkan selamat tinggal. Takeshi masuk ke dalam kamar dan melemparkan kantong berisi persediaan nya ke atas tempat tidur. Dia merasa lega bahwa dia telah menemukan tempat untuk beristirahat setelah perjalanan yang panjang.

Dengan cepat, dia membersihkan diri dan mengganti pakaian, kemudian merebahkan diri di tempat tidur yang nyaman. Meskipun pikirannya masih dipenuhi oleh pertemuan dengan Kuro dan petualangannya yang belum selesai, Takeshi merasa lega bahwa dia akhirnya bisa beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan menuju kekuatan yang lebih besar. Dalam sekejap, dia tenggelam dalam tidur yang tenang, siap untuk menantang hari yang baru di pagi hari.

Pagi itu, sinar matahari masuk melalui jendela kecil di kamar penginapan Takeshi, membangunkannya dari tidurnya yang lelap. Dengan perlahan, dia membuka matanya dan duduk di tempat tidur, mencoba mengumpulkan pikirannya setelah malam yang panjang.

Setelah beberapa saat, Takeshi bangkit dari tempat tidur dan menuju pintu kamar untuk memulai hari barunya. Namun, ketika dia membuka pintu, dia terkejut melihat sosok yang berdiri di luar kamar sebelah.

Di depannya, berdiri Kuro, anak buah Shingetsu, yang tampak sama terkejutnya seperti Takeshi. Wajah mereka saling bertatapan, di antara mereka terjadi momen keheningan yang tegang. Mata mereka saling pandang, memastikan pergerakan.

'Orang ini...,' gumam Takeshi dalam hati, merasakan detak jantungnya yang meningkat. Dia tidak pernah mengharapkan untuk bertemu lagi dengan pria itu begitu cepat setelah pertemuan yang singkat di jalan kemarin.

Kuro juga terlihat terkejut melihat Takeshi di depannya. Dia memandang Takeshi dengan tatapan yang tajam, mencoba memahami siapa orang ini yang tiba-tiba muncul di hadapannya.

Mereka saling diam untuk beberapa saat, ketegangan terasa di udara di antara mereka. Takeshi merasa jantungnya berdegup kencang, tidak tahu apa yang harus dia lakukan dalam situasi yang menegangkan ini.

Akhirnya, dengan suara yang agak tegang, Takeshi berbicara, "Maafkan gangguan ini, saya tidak tahu bahwa Anda juga menginap di sini."

Kuro hanya mengangguk singkat sebagai tanggapannya, tetapi ekspresi wajahnya tetap serius. Tidak ada yang dikatakan lebih lanjut, tetapi kedua pria itu bisa merasakan ketegangan yang masih ada di antara mereka. Kuro pergi ke lantai bawah sementara Takeshi, Dengan rasa tidak nyaman, Takeshi menarik diri kembali ke dalam kamar dan menutup pintu perlahan-lahan.

Dia duduk di atas tempat tidur, memikirkan pertemuan tiba-tiba itu dan apa artinya itu bagi perjalanannya yang sedang berlangsung.Takeshi tahu bahwa dia harus tetap waspada, terutama dengan keberadaan Kuro di dekatnya. Dalam diam, dia bersumpah untuk tetap waspada dan siap menghadapi apa pun yang mungkin terjadi di masa depan. Dengan perasaan yang bercampur aduk, dia mempersiapkan diri untuk menghadapi hari yang tidak terduga di hadapannya.

Dalam keheningan pagi yang tegang, Takeshi duduk di atas tempat tidur dalam kamar penginapannya, berusaha meredakan detak jantungnya yang berdebar-debar. Setelah pertemuan yang tidak terduga dengan Kuro di luar pintu, dia merasa ketegangan semakin meningkat.

Namun, sebelum dia bisa mencerna situasi lebih lanjut, suara keras terdengar dari luar. Takeshi melompat dari tempat tidurnya dengan cepat, terkejut oleh suara tersebut. Dengan cepat, dia berlari ke pintu dan membukanya, hanya untuk menemukan pemandangan yang mengejutkan.

Di hadapannya, Kuro berdiri dengan sikap yang mengesankan, wajahnya dipenuhi dengan ekspresi marah yang tak terbendung. Tanpa berkata sepatah kata pun, pria itu mendorong pintu kamar Takeshi dengan kekuatan yang tak terbantahkan, membuat pintunya retak dan terlempar dari tempatnya.

Takeshi terperanjat oleh kekerasan tindakan Kuro, tetapi segera menyadari bahwa situasinya semakin berbahaya. Dia segera mempersiapkan diri untuk bertindak, namun sebelum dia bisa bereaksi, Kuro sudah masuk ke dalam kamar dengan sikap yang menakutkan.

Dengan tatapan mata yang dingin, Kuro menatap Takeshi dengan penuh penekanan. "Kau adalah orang yang aku cari," kata Kuro dengan suara yang berat, menciptakan atmosfer yang mencekam di dalam kamar.

Saat Kuro pergi ke bawah dia menanyakan, siapa yang menginap di depan kamarnya ke pemilik penginapan.

'Orang yang aku cari?' pikir Takeshi. 'Memangnya apa yang aku lakukan'

Takeshi menyadari bahwa dia berada dalam situasi yang sangat berbahaya. Meskipun dia merasa tegang dan takut, dia memilih untuk tidak menunjukkan ketakutan di depan Kuro.

'Aku harus tenang dan mencari cara untuk keluar dari situasi ini.' Pikir Takeshi, menarik nafas dalam-dalam.

Dengan perasaan tegang, Takeshi memperhatikan setiap gerakan Kuro. mencoba mencari celah untuk bertindak. Dia tahu bahwa dia harus bertindak cepat jika dia ingin keluar dari situasi ini dengan selamat. Namun, sebelum dia bisa merencanakan langkah selanjutnya, Kuro sudah bergerak dengan cepat. Dengan gerakan yang halus namun kuat, dia menyerang Takeshi dengan pukulan yang mematikan, menunjukkan kekuatan dan keahliannya sebagai seorang prajurit yang ditakuti.

Dengan refleks yang cepat, Takeshi menghindari pukulan itu, tetapi dia sadar bahwa dia berada dalam bahaya nyata. Dengan hati yang berdegup kencang, dia bersiap untuk melawan, mengetahui bahwa pertarungan dengan Kuro akan menjadi pertarungan yang sulit dan mematikan.

Dengan gerakan refleks yang cepat, Takeshi meraih katana nya yang tergeletak di samping tempat tidur. Dia merasa beruntung masih membawa senjata-senjata itu bersamanya, mengingat situasi yang tiba-tiba ini.Tanpa ragu, Takeshi melompat menuju jendela yang terbuka, memilih untuk melarikan diri daripada menghadapi Kuro yang terlalu kuat. Dengan penuh keberanian, dia mendorong jendela itu dan melompat keluar dari kamar, mendarat dengan mantap di tanah di luar.

Segera setelah mendarat, Takeshi merasa kesadarannya penuh dengan rasa takut. Dia tahu bahwa dia harus segera melarikan diri dari tempat itu sebelum Akatsuki menemukannya lagi. Tanpa ragu, dia berlari melewati lorong-lorong sempit dan gang-gang kota, mencari tempat untuk bersembunyi sementara.

Saat dia berlari, pikirannya terus memutar tentang pertarungan yang hampir terjadi di dalam kamar. Dia merasa gemetar oleh kekuatan dan kebrutalan Kuro, dan menyadari bahwa pria itu merupakan ancaman yang jauh lebih besar daripada Youkai yang dilawannya di gua.

'Dia lebih kuat daripada yang aku bayangkan,' pikir Takeshi dalam hati, tetapi dia menolak untuk menyerah pada rasa takut. 'Aku harus menjadi lebih kuat jika ingin menghadapinya.' Dengan tekad yang kuat, Takeshi terus berlari melewati jalan-jalan kota, mencoba menemukan tempat perlindungan yang aman dari kejaran Kuro.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Akhir Dari Perjalanan Menjadi Yang Terkuat

    Sore itu, Takeshi kembali ke dojo dengan semangat yang diperbarui. Dia bertemu dengan Hiroshi yang sedang berlatih sendirian. Melihat sahabatnya berlatih dengan tekun, Takeshi merasa bahagia memiliki teman yang selalu mendukungnya."Hiroshi," panggil Takeshi, "mari kita berlatih bersama."Hiroshi tersenyum dan mengangguk. "Tentu, Takeshi."Mereka berlatih bersama, berbagi teknik dan strategi, sambil mengingat masa lalu dan merencanakan masa depan. Takeshi merasa lebih kuat dengan dukungan Hiroshi dan murid-murid lainnya. Dia tahu bahwa perjalanan ini bukanlah perjalanan yang dia lakukan sendirian.Menjelang senja, ketika latihan selesai, Takeshi mengumpulkan murid-muridnya. Cahaya matahari senja memancar melalui jendela dojo, menciptakan suasana yang tenang dan indah. Takeshi menatap mereka dengan penuh rasa bangga."Kalian semua telah berlatih dengan sangat baik," kata Takeshi. "Ingatlah bahwa menjadi seorang pendekar bukan hanya tentang menguasai teknik bertarung, tetapi juga tentan

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Guru

    Takeshi merasa terkejut namun juga terhormat dengan tawaran tersebut. Dia memandang ke sekeliling, melihat wajah-wajah penuh harapan dan semangat dari para murid yang kini menantikan jawabannya. Dia merasakan ikatan yang kuat dengan dojo ini, tempat di mana dia tumbuh dan belajar menjadi pendekar sejati.Setelah beberapa saat merenung, Takeshi menatap gurunya dengan penuh tekad. "Guru Katsuo, saya merasa sangat terhormat dengan tawaran ini. Saya akan dengan senang hati menerima tanggung jawab sebagai guru di Dojo Byakko Battodo dan berusaha untuk membimbing murid-murid kita dengan sebaik mungkin."Kerumunan murid-murid bersorak gembira, dan Hiroshi, yang berdiri di dekatnya, menepuk bahu Takeshi dengan bangga. Kaito juga tersenyum tulus, menyadari bahwa dojo ini akan mendapat manfaat besar dari bimbingan Takeshi.Katsuo mengangguk dengan penuh penghargaan. "Bagus, Takeshi. Aku yakin kau akan menjadi guru yang luar biasa. Mari kita bersama-sama memastikan bahwa Dojo Byakko Battodo teta

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Penebusan

    Setelah beberapa saat menghabiskan waktu bersama Hiroshi dan merasakan kembali suasana Dojo Byakko Battodo, Takeshi merasa sudah waktunya untuk bertemu dengan gurunya, Katsuo. Katsuo adalah sosok yang sangat dihormati dan telah memainkan peran penting dalam membentuk Takeshi menjadi pendekar seperti sekarang. Takeshi mendengar bahwa Katsuo kini berusia 58 tahun dan ingin mengetahui kabarnya.Suatu sore, ketika sinar matahari menerobos melalui daun-daun pohon sakura, Takeshi berjalan menuju rumah kecil di ujung dojo, tempat Katsuo tinggal. Ketukan pelan di pintu diikuti oleh suara berat namun lembut yang mempersilakan masuk. Takeshi masuk dan melihat gurunya duduk di lantai tatami, dikelilingi oleh buku-buku kuno dan gulungan-gulungan yang penuh dengan ajaran seni pedang.Katsuo mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar ketika melihat Takeshi. "Takeshi! Aku sangat senang melihatmu kembali," katanya dengan nada suara penuh kehangatan.Takeshi membungkuk hormat, matanya berbinar melihat g

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Dojo Byakko Battodo

    Setelah berbulan-bulan menghabiskan waktu di Dojo Hiten Ryu, Takeshi akhirnya merasa panggilan dari masa lalunya. Meskipun mencintai murid-muridnya dan nilai-nilai yang ditanamkan di Dojo Hiten Ryu, ada sesuatu yang memanggilnya kembali ke Dojo Byakko Battodo, tempat di mana petualangan pedangnya dimulai.Dengan berat hati, Takeshi mengumpulkan murid-muridnya dan memberi tahu mereka tentang keputusannya untuk pergi. Meskipun sedih meninggalkan mereka, mereka memahami bahwa panggilan hati Takeshi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari."Danzo, Hiroshi, Yuki, dan semua murid yang terhormat," kata Takeshi dengan suara yang penuh rasa. "Saya telah memutuskan untuk kembali ke Dojo Byakko Battodo, tempat perjalanan pedang saya dimulai. Namun, saya akan selalu mengingat dan menghormati nilai-nilai yang telah kita pelajari bersama di sini."Murid-muridnya mengangguk dengan penuh pengertian, meskipun kehilangan Takeshi adalah hal yang menyedihkan bagi mereka.Hiroshi, dengan rasa hormatnya

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Teman Lama

    Takeshi dan Hiromi melanjutkan perjalanan mereka setelah pertarungan yang mengesankan di dojo. Takeshi melihat potensi besar dalam muridnya, dan Hiroshi semakin termotivasi untuk mengasah kemampuannya.Danzo, seorang murid lain yang diam-diam mengamati pertarungan, mendekati Takeshi setelah pertarungan. "Guru," katanya dengan hormat, "saya juga ingin menantang Anda."Takeshi menatap Danzo dengan penuh perhatian. "Danzo, kau memiliki keberanian yang luar biasa. Tetapi mengapa kau ingin menantangku?"Danzo menunduk. "Saya telah mendengar banyak cerita tentang Anda, Guru. Tentang bagaimana Anda mengalahkan raja bandit, memenangkan pertarungan melawan Hatamoto, dan menyelamatkan klan Fujikawa. Saya ingin menguji diri saya sendiri dan belajar dari Anda."Takeshi tersenyum. "Baiklah, Danzo. Pertarungan kita akan menjadi pengalaman berharga. Mari kita lakukan ini dengan kehormatan dan semangat yang tinggi."Danzo mengayunkan pedangnya dengan tekad. Takeshi menghindari serangan dengan gerakan

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Tantangan

    Ketika Takeshi kembali ke Dojo Hiten Ryu, dia disambut dengan berita yang pahit. Guru Fujiwara, yang telah menjadi mentor dan pemandu bagi banyak pendekar, termasuk Takeshi, telah meninggal dunia beberapa minggu sebelumnya. Kesedihan menyelimuti dojo, dan murid-muridnya berkumpul untuk memberi penghormatan terakhir kepada guru yang mereka kasihi.Dalam suasana berkabung itu, Takeshi bertemu dengan Yuki, seorang wanita yang dulu dikenal karena keahliannya dalam seni pedang. Namun, sekarang dia berdiri di hadapan Takeshi dengan lengan kanan yang buntung, sebuah luka dari pertarungan yang tragis dengan Shingetsu, seorang pendekar yang telah berpaling ke jalan kegelapan.Yuki, dengan mata yang tenang namun penuh kekuatan, menceritakan kisahnya kepada Takeshi. "Pertarungan itu sengit," katanya. "Shingetsu telah kehilangan jalan kehormatan dan mencari kekuatan di tempat yang salah. Kita berusaha menghentikannya, tetapi itu berakhir dengan pengorbanan ini." Dia mengangkat lengan buntungnya s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status