Share

Raja bandit

Author: Sandoos
last update Huling Na-update: 2024-02-29 17:54:26

Setelah kejadian di kota, segerombolan bandit yang dikalahkan oleh Takeshi merasa malu dan marah. Pemimpin mereka, seorang bandit bertubuh besar dan kejam bernama Goro, merasa terhina oleh kegagalan mereka dalam mencuri dan menguasai kota tersebut. Dengan wajah yang merah padam oleh kemarahan, dia memutuskan untuk melaporkan kejadian itu ke bosnya, seorang raja bandit yang dikenal dengan nama Shingetsu.

Goro berkumpul dengan para pengikutnya di kamp mereka yang terletak di tengah hutan yang gelap dan angker. Dengan langkah-langkah berat, dia mendekati tenda besar tempat Shingetsu tinggal. Dia menelan ludah, merasa tegang karena harus menyampaikan berita buruk kepada bosnya.

Dengan hati yang berdebar, Goro masuk ke dalam tenda sambil menelan ludah karena takut dan menemukan Shingetsu duduk di singgasana yang mewah. Raja bandit itu memandang Goro dengan tatapan tajam, menunggu laporan tentang kejadian di kota.

"Goro, apa yang terjadi di kota itu?" tanya Shingetsu dengan suara yang tenang tetapi berbahaya.

Goro menelan ludah lagi sebelum akhirnya berbicara. "Maafkan saya, Tuan. Kami disergap oleh seorang pemuda... dia... dia mengalahkan kami semua."

Wajah Shingetsu mengekspresikan kekecewaan yang mendalam. "Seorang pemuda? Apakah kamu memberi tahuku bahwa kau dan

Anak buah mu dikalahkan oleh seorang pemuda?" suaranya meningkat, memenuhi tenda dengan kekuatan dan otoritasnya.

Goro menundukkan kepala, merasa malu dan tidak berdaya. "Ya, Tuan. Saya mohon maaf atas kegagalan kami."

"Tidak apa apa Goro, aku memaafkan mu." Ucap Shingetsu sambil tersenyum.

Tanpa sepatah kata lagi, Shingetsu berdiri dari singgasananya. Dia mengangkat tangan kirinya, memberi isyarat kepada pengikutnya yang setia. Dalam sekejap, Goro dikepung oleh para bandit.

"Tunggu dulu tuan!" Ucap Goro, terkejut karena di kepung. "Bukannya saya sudah dimaafkan?"

Shingetsu menjawab dengan senyuman. "Ya, aku akan memberikan belas kasih ku untuk lalat tidak berguna yang tidak bisa mengalahkan 1 pemuda saja." Wajahnya kembali marah mengingat laporan Goro. "Sudahlah, kau matilah dengan bangga karena dibunuh oleh ku."

Dengan satu gerakan tajam, pedang Shingetsu memotong kepala Goro tanpa ampun.

"Kegagalan tidak dapat diterima," ucap Shingetsu dengan suara yang dingin. "Ini adalah harga yang harus kamu bayar atas ketidakmampuan mu. Siapa pun yang menghina kehormatan kita akan menemui nasib yang sama."

Dengan kepala Goro yang digantung di depan tenda sebagai peringatan bagi siapa pun yang berani menantang kekuasaannya, Shingetsu bersumpah untuk membalas dendam atas kehormatannya.

Setelah menjatuhkan hukuman terhadap Goro, Shingetsu segera memanggil salah satu dari anggota "Yami", organisasi bandit yang bisa diandalkannya, dengan beranggotakan 4 orang. Salah satu anggota bernama kuro, dipanggil menghadap Shingetsu. Dengan wajah yang gelap dan tegas, kuro datang dengan hormat ke hadapan Shingetsu.

"Tuan Shingetsu, apa perintahmu?" tanya Kuro dengan suara yang dalam.

Shingetsu menatapnya dengan tajam. "Takeshi, bedebah yang telah menghina kehormatan kita, masih hidup. Dia harus dihancurkan sebelum dia menjadi ancaman yang lebih besar bagi kita."

Kuro menanggapi dengan hormat, "Aku mengerti, Tuan. Aku akan menemukan Takeshi dan membawanya kepadamu, dalam keadaan hidup atau mati."

Shingetsu mengangguk puas. "Lakukanlah. Jangan biarkan siapapun menghalangi mu. Hancurkan segala yang berani berdiri di jalanmu."

Dengan kepercayaan dan tekad yang kuat, Kuro meninggalkan tenda Shingetsu untuk menemukan dan menghadapi Takeshi. Di dalam hatinya, dia bersumpah untuk membuktikan kesetiaannya kepada Shingetsu dan memastikan bahwa tidak ada yang bisa mengganggu kedaulatan kelompok bandit mereka.

Sementara itu, Takeshi melanjutkan perjalanannya dengan tekad yang kuat. Meskipun dia tidak tahu bahwa Shingetsu telah memanggil pembantunya untuk menghancurkannya, dia siap menghadapi segala rintangan yang mungkin ada di depannya. Dengan hati yang penuh semangat dan mata yang bersinar penuh tekad, dia melangkah maju, siap menghadapi apa pun yang mungkin menunggunya di depan.

Setelah melewati berjalan jalan mengelilingi kota, dia akhirnya menemukan Dojo yang bernama Hiten Ryu. Dengan hati yang penuh harap, dia memasuki kawasan Dojo yang terkenal di kota itu, tempat di mana dia pernah mengalami berbagai pengalaman baik dan buruk.

Saat dia melangkah masuk ke dalam Dojo, kesan masa lalunya langsung menyapanya. Dia ingat saat-saat di mana dia dihina dan diremehkan oleh sesama murid di sini, tetapi juga ingat saat-saat di mana dia merasa bangga atas kemajuan yang dia capai melalui latihan yang keras.

'Aku kembali ke tempat seperti ini setelah sekian lama. Apa yang aku cari di sini?' Apa yang bisa 'aku dapatkan dari tempat ini?' pikir Takeshi sambil memandang sekeliling.

Dia hanya melihat-lihat dan merasakan atmosfer di Dojo itu, mencoba menemukan inspirasi atau petunjuk yang mungkin membantunya dalam perjalanannya menjadi lebih kuat. Saat dia berjalan-jalan di sekitar Dojo, dia memperhatikan murid-murid yang sedang berlatih dengan tekun di bawah bimbingan guru-guru yang bijaksana. Dia merasa kagum melihat kemampuan mereka dan juga merasa sedikit cemburu atas ketegasan mereka dalam mengejar impian mereka.Takeshi duduk di sudut ruangan, menatap latihan dengan mata penuh kagum.

'Mereka begitu tekun. Begitu fokus pada tujuan mereka. Aku juga harus memiliki tekad seperti mereka.' Pikir Takeshi.

Salah seorang di Dojo itu memperhatikan Takeshi, dia berjaga jaga kalau Takeshi adalah orang jahat, Takeshi tidak menyadari kalau dia di perhatikan oleh seseorang. Meskipun dia tidak aktif berpartisipasi, dia merasa energi dan semangatnya tumbuh saat dia menyaksikan semangat dan dedikasi para murid di Dojo tersebut. Ketika matahari mulai terbenam dan latihan berakhir, Takeshi meninggalkan Dojo itu dengan perasaan yang berbeda.

Meskipun dia tidak bergabung dalam latihan, pengalaman singkatnya di sana telah memberinya semangat dan inspirasi baru untuk melanjutkan perjalanannya. Dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, dia melangkah keluar dari Dojo itu, siap menghadapi apa pun yang mungkin menunggunya di masa depan.

Setelah meninggalkan Dojo, Takeshi berjalan di sepanjang jalan kota dengan pikiran yang masih dipenuhi oleh pengalaman di Dojo tadi. Dia berjalan tanpa tujuan yang jelas, hanya mengikuti alur jalanan yang ramai.

Saat dia melintasi sebuah gang sempit, dia tiba-tiba merasakan kehadiran seseorang di dekatnya. Instingnya memberitahunya bahwa ada seseorang yang sangat kuat berada di dekatnya. Takeshi berhenti sejenak dan memperhatikan sekelilingnya dengan hati-hati.

Tiba-tiba, dari ujung gang, muncul seorang pria bertubuh tegap dan berwajah serius yang berjalan dengan langkah mantap. Pria itu adalah Kuro, anak buah Shingetsu, tetapi Takeshi tidak menyadari identitasnya, begitu juga sebaliknya. Meskipun keduanya tidak saling menyadari satu sama lain, Takeshi bisa merasakan aura yang kuat dan menakutkan terpancar dari pria itu.

'Pria itu terlihat berbahaya,' pikir Takeshi dengan hati-hati, mengamati setiap gerakan dan ekspresi pria itu dari kejauhan.

Dengan hati-hati, Takeshi berjalan berpapasan dengan Kuro, mata mereka bertemu saling pandang secepat kilat, Takeshi merasa ada sesuatu yang tidak biasa tentang pria itu, dan itu membuatnya merasa waspada. Keringat dingin mengalir dari wajah Takeshi, dia merasa tertekan oleh aura yang di pancarkan oleh Kuro.

Takeshi berhenti sejenak menunggu Kuro lewat, Setelah dia melintas, Takeshi melanjutkan langkahnya, meneruskan perjalanannya dengan perasaan yang tidak biasa di hatinya. Meskipun dia tidak tahu siapa pria itu, kehadirannya meninggalkan kesan yang kuat pada Takeshi, memicu ketegangan dan kekhawatiran di hatinya. Dengan tekad yang lebih kuat dari sebelumnya, Takeshi melangkah maju, siap menghadapi apa pun yang mungkin menunggunya di masa depan.

Setelah bertemu dengan Kuro tanpa menyadarinya, Takeshi melanjutkan langkahnya dengan hati-hati. Langit senja mulai menggantikan cahaya terang matahari, menciptakan bayangan yang panjang di jalanan kota yang sibuk.

Takeshi terus berjalan, membiarkan langkah-langkahnya membawanya ke sudut-sudut kota yang tidak biasa baginya. Dia memperhatikan sekelilingnya dengan cermat, mencari tanda-tanda petunjuk atau kesempatan untuk meningkatkan kemampuannya sebagai seorang pendekar.

Di sepanjang jalan, dia melihat berbagai jenis orang: pedagang yang sibuk, pekerja yang pulang dari hari kerja, dan bahkan beberapa samurai yang berpatroli. Setiap orang memiliki cerita dan tujuan mereka sendiri, dan Takeshi merasa di antara mereka, sebagai seorang pendekar yang sedang mencari jalan hidupnya.

Takeshi melanjutkan langkahnya dengan tekad yang kuat, meskipun keberadaan Kuro masih menghantuinya di pikirannya. Dia merasa ada sesuatu yang tidak biasa tentang pria itu, dan dia tahu bahwa jika mereka bertemu lagi, pertemuan itu tidak akan berlangsung tanpa konsekuensi.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Akhir Dari Perjalanan Menjadi Yang Terkuat

    Sore itu, Takeshi kembali ke dojo dengan semangat yang diperbarui. Dia bertemu dengan Hiroshi yang sedang berlatih sendirian. Melihat sahabatnya berlatih dengan tekun, Takeshi merasa bahagia memiliki teman yang selalu mendukungnya."Hiroshi," panggil Takeshi, "mari kita berlatih bersama."Hiroshi tersenyum dan mengangguk. "Tentu, Takeshi."Mereka berlatih bersama, berbagi teknik dan strategi, sambil mengingat masa lalu dan merencanakan masa depan. Takeshi merasa lebih kuat dengan dukungan Hiroshi dan murid-murid lainnya. Dia tahu bahwa perjalanan ini bukanlah perjalanan yang dia lakukan sendirian.Menjelang senja, ketika latihan selesai, Takeshi mengumpulkan murid-muridnya. Cahaya matahari senja memancar melalui jendela dojo, menciptakan suasana yang tenang dan indah. Takeshi menatap mereka dengan penuh rasa bangga."Kalian semua telah berlatih dengan sangat baik," kata Takeshi. "Ingatlah bahwa menjadi seorang pendekar bukan hanya tentang menguasai teknik bertarung, tetapi juga tentan

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Guru

    Takeshi merasa terkejut namun juga terhormat dengan tawaran tersebut. Dia memandang ke sekeliling, melihat wajah-wajah penuh harapan dan semangat dari para murid yang kini menantikan jawabannya. Dia merasakan ikatan yang kuat dengan dojo ini, tempat di mana dia tumbuh dan belajar menjadi pendekar sejati.Setelah beberapa saat merenung, Takeshi menatap gurunya dengan penuh tekad. "Guru Katsuo, saya merasa sangat terhormat dengan tawaran ini. Saya akan dengan senang hati menerima tanggung jawab sebagai guru di Dojo Byakko Battodo dan berusaha untuk membimbing murid-murid kita dengan sebaik mungkin."Kerumunan murid-murid bersorak gembira, dan Hiroshi, yang berdiri di dekatnya, menepuk bahu Takeshi dengan bangga. Kaito juga tersenyum tulus, menyadari bahwa dojo ini akan mendapat manfaat besar dari bimbingan Takeshi.Katsuo mengangguk dengan penuh penghargaan. "Bagus, Takeshi. Aku yakin kau akan menjadi guru yang luar biasa. Mari kita bersama-sama memastikan bahwa Dojo Byakko Battodo teta

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Penebusan

    Setelah beberapa saat menghabiskan waktu bersama Hiroshi dan merasakan kembali suasana Dojo Byakko Battodo, Takeshi merasa sudah waktunya untuk bertemu dengan gurunya, Katsuo. Katsuo adalah sosok yang sangat dihormati dan telah memainkan peran penting dalam membentuk Takeshi menjadi pendekar seperti sekarang. Takeshi mendengar bahwa Katsuo kini berusia 58 tahun dan ingin mengetahui kabarnya.Suatu sore, ketika sinar matahari menerobos melalui daun-daun pohon sakura, Takeshi berjalan menuju rumah kecil di ujung dojo, tempat Katsuo tinggal. Ketukan pelan di pintu diikuti oleh suara berat namun lembut yang mempersilakan masuk. Takeshi masuk dan melihat gurunya duduk di lantai tatami, dikelilingi oleh buku-buku kuno dan gulungan-gulungan yang penuh dengan ajaran seni pedang.Katsuo mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar ketika melihat Takeshi. "Takeshi! Aku sangat senang melihatmu kembali," katanya dengan nada suara penuh kehangatan.Takeshi membungkuk hormat, matanya berbinar melihat g

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Dojo Byakko Battodo

    Setelah berbulan-bulan menghabiskan waktu di Dojo Hiten Ryu, Takeshi akhirnya merasa panggilan dari masa lalunya. Meskipun mencintai murid-muridnya dan nilai-nilai yang ditanamkan di Dojo Hiten Ryu, ada sesuatu yang memanggilnya kembali ke Dojo Byakko Battodo, tempat di mana petualangan pedangnya dimulai.Dengan berat hati, Takeshi mengumpulkan murid-muridnya dan memberi tahu mereka tentang keputusannya untuk pergi. Meskipun sedih meninggalkan mereka, mereka memahami bahwa panggilan hati Takeshi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari."Danzo, Hiroshi, Yuki, dan semua murid yang terhormat," kata Takeshi dengan suara yang penuh rasa. "Saya telah memutuskan untuk kembali ke Dojo Byakko Battodo, tempat perjalanan pedang saya dimulai. Namun, saya akan selalu mengingat dan menghormati nilai-nilai yang telah kita pelajari bersama di sini."Murid-muridnya mengangguk dengan penuh pengertian, meskipun kehilangan Takeshi adalah hal yang menyedihkan bagi mereka.Hiroshi, dengan rasa hormatnya

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Teman Lama

    Takeshi dan Hiromi melanjutkan perjalanan mereka setelah pertarungan yang mengesankan di dojo. Takeshi melihat potensi besar dalam muridnya, dan Hiroshi semakin termotivasi untuk mengasah kemampuannya.Danzo, seorang murid lain yang diam-diam mengamati pertarungan, mendekati Takeshi setelah pertarungan. "Guru," katanya dengan hormat, "saya juga ingin menantang Anda."Takeshi menatap Danzo dengan penuh perhatian. "Danzo, kau memiliki keberanian yang luar biasa. Tetapi mengapa kau ingin menantangku?"Danzo menunduk. "Saya telah mendengar banyak cerita tentang Anda, Guru. Tentang bagaimana Anda mengalahkan raja bandit, memenangkan pertarungan melawan Hatamoto, dan menyelamatkan klan Fujikawa. Saya ingin menguji diri saya sendiri dan belajar dari Anda."Takeshi tersenyum. "Baiklah, Danzo. Pertarungan kita akan menjadi pengalaman berharga. Mari kita lakukan ini dengan kehormatan dan semangat yang tinggi."Danzo mengayunkan pedangnya dengan tekad. Takeshi menghindari serangan dengan gerakan

  • Perjalanan Menjadi Yang Terkuat   Tantangan

    Ketika Takeshi kembali ke Dojo Hiten Ryu, dia disambut dengan berita yang pahit. Guru Fujiwara, yang telah menjadi mentor dan pemandu bagi banyak pendekar, termasuk Takeshi, telah meninggal dunia beberapa minggu sebelumnya. Kesedihan menyelimuti dojo, dan murid-muridnya berkumpul untuk memberi penghormatan terakhir kepada guru yang mereka kasihi.Dalam suasana berkabung itu, Takeshi bertemu dengan Yuki, seorang wanita yang dulu dikenal karena keahliannya dalam seni pedang. Namun, sekarang dia berdiri di hadapan Takeshi dengan lengan kanan yang buntung, sebuah luka dari pertarungan yang tragis dengan Shingetsu, seorang pendekar yang telah berpaling ke jalan kegelapan.Yuki, dengan mata yang tenang namun penuh kekuatan, menceritakan kisahnya kepada Takeshi. "Pertarungan itu sengit," katanya. "Shingetsu telah kehilangan jalan kehormatan dan mencari kekuatan di tempat yang salah. Kita berusaha menghentikannya, tetapi itu berakhir dengan pengorbanan ini." Dia mengangkat lengan buntungnya s

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status