Share

Lari

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2024-09-25 13:29:43

Seorang pria tampan menoleh ke belakang membuat tatapan mereka bertemu.

Afifah tersenyum manis di balas senyum manis yang sama oleh pria itu.

“Ayang!” seru seorang gadis dari tengah aula dan pria dengan senyum manis tadi segera saja mengalihkan pandangannya ke depan.

“Yaaaa, ada monyetnya.” Afifah bergumam.

Naraya mulai latihan menari jaipong, sebuah tarian yang tidak pernah bisa Afifah kuasai tapi melihat bagaimana Naraya menari seolah setiap gerakannya sangat mudah.

Jemari-jemari Naraya yang lentik, gerakan pinggulnya, pundak dan kepalanya yang seirama selalu berhasil membuat Afifah terkagum-kagum termasuk kakak angkatan Naraya yang sedang melatih.

Pria muda bernama Khafi itu selalu menjadikan Naraya contoh agar bisa mengambil kesempatan menyentuh pinggang, pundak dan bagian tubuh Naraya lainnya yang kebetulan gerakan tersebut harus dilakukan.

Afifah berdecak kesal, menatap malas Khafi yang kini sedang mengaitkan tangannya di pinggang Naraya.

“Menang banyak doi,” gumam Afifah menatap malas Khafi.

Afifah adalah sahabat yang paling posesif yang tidak suka sahabatnya dimanfaatkan seorang pria.

Dua jam lamanya Naraya melakukan latihan tari Jaipong dan menurut Afifah, di antara empat orang penari hanya Naraya yang paling luwes gerakannya.

“Ayo Peh, udah sore.” Naraya melap lehernya yang berkeringat menggunakan tissue.

“Minum dulu,” kata Afifah mengeluarkan tumbler dari tas Naraya.

“Nay, pulang sama siapa?” Khafi yang menyandang tas di satu pundaknya sengaja menghampiri Naraya dulu sebelum mencapai pintu keluar.

“Sama aku, Mas.” Afifah yang menjawab.

“Oke … hati-hati ya!” Pria itu berpesan.

Naraya dan Afifah tersenyum menanggapi tapi hanya Naraya yang tersenyum tulus.

“Apaan sih!” Naraya melempar tissue bekas ke pangkuan Afifah.

“Kenapa sih, kalian enggak pacaran aja?” sindir Afifah sewot.

“Mas Khafi ‘kan anak Rektor, mamanya juga anggota DPR … kamu bisa langsung jadi artis kalau nikah sama dia,” sambung Afifah berceloteh.

“Enggak ada hasrat,” jawab Naraya enteng sembari memasukan barang-barangnya ke dalam tas.

“Tadi hape kamu bunyi terus.” Afifah memberitahu.

“Ya ampun aku lupa, ibu sama bapak datang dari Bandung hari ini … ayo, Peh kita pulang cepetan.” Naraya berlari lebih dulu menuju pintu keluar.

Afifah berjalan gontai dengan ekspresi masam menyusul Naraya malas-malasan.

“Ngebut, Peh … ayo cepetan ngebut!”

Naraya tidak sabaran ingin sampai ke rumah kontrakannya karena tadi bapak mengirim pesan kalau beliau dan ibu sudah sampai.

Dia memilih rumah kontrakan yang jaraknya cukup jauh dari kampus karena harganya murah.

Sedangkan untuk pergi dan pulang dia bisa menebeng Afifah jadi tidak mengeluarkan ongkos.

“Iya, elaaaah ….” Afifah jadi grogi menyetir mobilnya di antara ribuan kendaraan di jam pulang kantor.

“Makasih ya sayang, besok jemput jam delapan.”

Naraya mengecup pipi Afifah, membuka pintu kemudian turun dari mobil sang sahabat yang telah berhenti sempurna di depan gang rumah kontrakannya.

Dia lantas berlari menuju rumah kontrakannya yang mungil tipe dua satu di dalam gang.

“Sore Bu, sore Pak.” Naraya menyapa para tetangganya yang sedang berada di luar.

Mereka mengangkat tangan ada yang tersenyum membalas sapaan Naraya.

“Ibuuu, Bapak!” Naraya berseru bahagia dari teras saat membuka pintu dan mendapati kedua orang tuanya duduk di ruang tamu yang merangkap ruang televisi dan ruang makan.

Mereka tentu memiliki kunci cadangan rumah kontrakan Naraya sehingga bisa masuk kapan saja meski Naraya masih berada di kampus.

“Iiih, baru pulang … ibu sudah dari tadi dateng.”

Ibu Hernita mendapat pelukan Naraya.

“Iya, Nay lupa kalau sore ini ada latihan Jaipong buat acara minggu depan.” Naraya mengecup punggung tangan bapak Agus lalu mengecup pipinya.

“Makan dulu, Ibu bawa masakan dari Bandung …,” kata bapak mengusap-ngusap kepala Naraya yang bersandar di pundaknya.

“Ibu sama Bapak berapa hari di sini?” Naraya bertanya dengan mulut penuh makanan.

Bapak dan Ibu saling menatap.

“Bapak lagi ambil cuti, Nay … boleh ‘kan Bapak sama Ibu beberapa hari tinggal di sini?” Ibu yang menjawab.

“Boleh donk, Nay seneng … jadi ada yang masakin Nay sama mijitin badan Nay.” Tanpa curiga Naraya berujar demikian lalu matanya melirik bapak yang duduk bersila di lantai.

“Iya, nanti bapak pijitin.” Bapak Agus mengerti arti tatapan Naraya.

“Asyiiiiikkk, Bapak memang terbaik.”

Naraya tidak tahu kalau kedua orang tuanya sedang lari dari kejaran rentenir yang memaksa mereka membayar sejumlah uang yang pernah dipinjam bapak Agus untuk biaya kuliah putrinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Perjalanan Menuju Cinta   TAMAT

    Satu topik pembicaraan yang sampai saat ini tidak pernah berani Ghazanvar dan Naraya bahas adalah tentang keterlibatan Ghazanvar dalam dunia hitam sebagai penerus sang papi.Naraya bisa mengijinkan Ghazanvar touring bersama teman-teman ghenk motornya tapi melakukan sesuatu yang berhubungan dengan dunia hitam—Naraya sulit sekali memberi ijin kepada Ghazanvar untuk pergi.“Sayang ….” Ghazanvar mengikuti Naraya ke kamar Zion karena dari Baby monitor terdengar suara Zion menangis.“Nan, Zion sama saya aja …,” kata Naraya alih-alih merespon panggilan suaminya yang telah menggunakan pakaian stelan jas lengkap padahal hari sudah larut malam.“Nanny keluar aja,” pinta Naraya agar Nanny tidak mendengar percakapan mereka. Nanny mengangguk tanpa membantah lalu keluar dari kamar Zion tidak lupa menutup pintu.“Sayang …,” panggil Ghazanvar lagi meminta perhatian Naraya.Naraya membuka kancing di dadanya untuk menyusui Zion, dia lantas duduk di single sofa khusus ibu menyusui yang bisa bera

  • Perjalanan Menuju Cinta   Hajat Besar Gunadhya

    Hari ini Gunadhya menggelar hajat besar untuk pernikahan Zyandru-anak bungsu dari om Kama dan tante Arshavina.Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba kakak sepupu Ghazanvar yang baru saja pulang dari menyelesaikan pendidikan S2 di Amerika itu menikah dengan anak pesaing bisnis ayahnya.Menurut gosip yang beredar dari kalangan Gunadhya, calon mempelai pengantin wanita mendapat wasiat dari mendiang ayahnya untuk menikah dengan Zyandru.Dan yang membuat heran adalah om Kama dengan ayah dari calon mempelai wanita sering berseteru karena bersaing ketat dalam bisnis.Karena hal tersebut muncul dugaan kalau ada perjanjian menguntungkan yang dilakukan Zyandru dengan calon istrinya hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.Jadi pagi sekali Naraya sudah didandani oleh Mua ternama langganan para artis dan ibu pejabat yang diundang datang ke rumah. Menurut informasi, Svarga dan Zaviya akan datang saat resepsi jadi Ghazanvar dan Naraya harus datang di akad nikah.Ghazanvar dan Sv

  • Perjalanan Menuju Cinta   Baby Blues

    Beberapa bulan kemudian Anasera melahirkan putri cantik bernama Alenna Keiza Gunadhya.Dan malam minggu ini Arnawarma mengundang keluarga kecil Ghazanvar serta Radeva dan Anggit dengan Latief untuk makan malam di rumahnya.Bayi kecil bernama Keiza itu mendapat banyak kado dari sahabat mommy dan daddynya.Sama dengan Ghazanvar, Arnawarma pun memperlakukan Anasera layaknya Ratu.Ada banyak asisten rumah tangga serta perawat yang mengurus Keiza dan Anasera jadi di saat lemah seperti ini Anasera hanya ongkang-ongkang kaki saja di rumah menikmati kenyamanan yang diberikan suaminya.“Ipeh berapa minggu lagi melahirkan?” cetus Ghazanvar bertanya.“Antara empat atau lima minggu lagi.” Radeva yang menjawab.“Kalian kok anteng-anteng aja jadi orang tua baru, kaya santai banget gitu … memangnya Zion sama Keiza enggak pernah bangun malem? Yang aku denger katanya kalau istri baru melahirkan si suami harus siap sedia membantu istri begadang karena menyusui.” Rad

  • Perjalanan Menuju Cinta   Siksaan Ghazanvar

    Ghazanvar benar-benar memperlakukan Naraya seperti seorang ratu.Setelah dokter menyatakan kalau Naraya sudah diperbolehkan pulang, Ghazanvar langsung mencari Nanny untuk Zion dan suster untuk merawat Naraya.“Bang, Nay ingin ngurus Zion sendiri … Nay juga enggak butuh perawat,” bisik Naraya di telinga suaminya saat dia baru saja sampai di rumah dan bertemu dengan dua orang wanita yang usianya terpaut sekitar sepuluh tahunan lebih tua dari mereka.Ghazanvar tersenyum, memberikan seat car di mana Zion tengah terlelap kepada Nanny.“Nanti kalau dia nangis bawa ke kamar saya ya,” titah Ghazanvar kepada Nanny tanpa merespon ucapan istrinya.“Baik, Pak.” Nanny pergi membawa seat car menuju lantai dua di mana kamar Zion berada.“Air hangat untuk Ibu berendam sudah siap, saya juga tambahkan garam Himalaya agar ibu lebih rileks,” kata sang perawat.“Terimakasih ya Bu, nanti saya panggil kalau butuh sesuatu,” kata Ghazanvar menahan agar sang perawat tidak perlu ikut ke kamar mereka.Na

  • Perjalanan Menuju Cinta   Penuh Drama

    Dia tangkup pipi Naraya kemudian mengusapnya menggunakan ibu jari, setelah itu membungkuk melabuhkan kecupan penyemangat untuk sang istri.Naraya kembali mengejan bersama erangan cukup kuat karena dorong yang dia berikan juga mampu membuat bayi itu keluar sempurna.“Wah ibu hebat.” Dokter sampai takjub.Persalinan ini berjalan lancar tanpa kendala berarti hanya dengan tiga kali dorongan.Suara tangis bayi pecah terdengar hingga ke ruang tunggu.Detik berikutnya terdengar suara riuh di ruangan tunggu, mereka mungkin tahu yang dinanti sudah hadir ke dunia.“Selamat ya Pak, anaknya jagoan.” Dokter itu berujar kembali sembelum akhirnya memberikan bayi laki-laki itu kepada perawat untuk dibersihkan.“Terimakasih Dok,” ucap Ghazanvar lantas mengalihkan tatap pada istrinya.“Terimakasih Dok.” Mami Zara juga tak lupa mengucapkan Terimakasih, beliau sampai berlinang air mata.Mami Zara masih ingat saat di masa lalu dirinya divonis tidak bisa memiliki anak lagi, ternyata Tuhan Maha Bai

  • Perjalanan Menuju Cinta   Tenang

    Sampai di rumah sakit, petugas medis melakukan pengecekan awal terhadap Naraya dan dinyatakan kalau istri dari Ghazanvar itu akan segera melahirkan.Saat ini rumah sakit dipenuhi oleh Gunadhya, kerabat dan tamu undangan gender reveal party.Karena berturut-turut mereka mengunjungi rumah sakit setelah menikmati hidangan yang disajikan di pesta itu.Mereka semua sempat panik saat Ghazanvar berlari sambil menggendong Naraya jadi MC langsung meng-handle acara dengan mempersilahkan para tamu menikmati sajian pesta.Beruntung hari ini adalah hari minggu di mana RS tidak menerima pasien untuk poli klinik, hanya IGD saja yang beroperasi.Dan kedatangan rombongan itu membuat suasana rumah sakit yang sepi menjadi ramai apalagi di ruang tunggu ruang bersalin.Kebetulan paman Rukmana diundang juga ke gender reveal party jadi sesuai dengan harapannya, beliau bisa menunggui Naraya melahirkan.Beserta istri dan ketiga anaknya, paman Rukmana duduk di kursi di sudut ruangan, beliau berdoa dalam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status