TRANG! TRANG! Rawindra mati-matian menahan kekuatan serangan pedang yang dilakukan oleh gadis berpakaian merah yang sudah kalap ingin melukai Rawindra untuk membuatnya jera. "Nona! Ini hanya pertarungan biasa, jangan terlalu serius!" seru Sagara yang cemas melihat serangan tanpa henti yang dilakukan gadis ini dengan kekuatan penuh. "Tidak apa-apa, Kak Sagara! Aku masih bisa mengatasinya!" sahut Rawindra. Walaupun terlihat kalau Rawindra terdesak hebat oleh serangan pedang gadis berpakaian merah yang penuh kemarahan ini, pemuda ini tetap tenang dan masih bisa berbicara dengan Sagara. Kondisi ini semakin membuat gadis berpakaian merah ini marah besar dan meningkatkan serangannya. Saat mulai terdesak hebat, kekuatan tersembunyi Rawindra muncul dan mementalkan gadis berpakaian merah hingga beberapa langkah ke belakang dengan pedangnya yang terlepas dari tangannya. "Kekuatan apa itu? Kenapa kamu bisa tiba-tiba sekuat itu?" tanya gadis berpakaian merah ini keheranan. "Kamu sudah ka
"Rawindra!" panggil Sagara saat pemuda ini hendak menuju kapal yang akan membawa mereka ke Pulau Pedang. "Kak Sagara! Mana Adista?" tanya Rawindra. "Aku di sini, Windra!" sahut Adista yang kewalahan membawakan barang-barang Sagara. "Hahaha! Sini aku bantu!' ujar Rawindra sambil membantu mengangkat barang-barang yang tadi dibawa Adista. Kapal yang mengangkut peserta seleksi Perguruan Pedang Patah ini sangat besar karena mengangkut banyak peserta seleksi yang juga berasal dari daerah-daerah sekitar Desa Matahari. "Berapa lama perjalanan dengan kapal ini?" tanya Rawindra. "Hanya beberapa jam saja kalau tidak salah, tapi pemandangan lautnya sangat indah! Itu yang pernah kudengar dari peserta seleksi sebelumnya yang telah pulang ke Desa Matahari!" sahut Adista. "Wah! Ramai sekali!" seru Rawindra yang mulai merasa kecil di antara banyaknya pesrta seleksi yang cukup sempurna yang mungkin akan dihadapinya saat seleksi di Pulau Pedang. Untungnya, perjalanannya cepat dan terasa menyenan
Seleksi Perguruan Pedang Patah akhirnya resmi dimulai.Perguruan Pedang Patah sangat ramai dipadati seluruh peserta seleksi Perguruan Pedang Patah yang berasal dari berbagai negeri.Ketenaran Jurus Pedang Patah membuat seluruh kalangan ingin mempelajari jurus pedang sakti ini, yang uniknya hanya bisa dipelajari di perguruan ini.Apabila ada yang mencoba meniru Jurus Pedang Patah dan mempelajarinya, maka jurus yang terbentuk tidak akan sama.Keunikan Jurus Pedang Patah ini membuat ruang seleksi dipenuhi anak-anak muda yang berumur antara 15 tahun sampai 18 tahun yang merupakan batas usia pendaftaran seleksi Perguruan Pedang Patah ini."Lihat! Ada orang cacat mau ikut seleksi!" teriak seorang pemuda yang berpakaian rapi terhadap Rawindra yang sedang mengikuti seleksi."Kenapa kamu nekad mengikuti seleksi Perguruan Pedang Patah ini, pemuda tangan satu?" tanya salah satu peserta seleksi terhadap Rawindra dengan sinis."Apa ada aturannya kalau pemuda cacat tidak boleh mengikuti seleksi?" t
"Pertandingan berikutnya akan mempertemukan Pendekar Tangan Satu Rawindra melawan Pendekar Pulau Tengkorak Raditya!" seru petugas seleksi."Giliranmu, Windra! Jangan sampai kalah!" seru Sagara."Semangat, Windra!" teriak Adista.Rasa gugup mulai menghinggapi Rawindra begitu namanya dipanggil untuk mengikuti seleksi pertandingan.Apalagi saat dia melihat lawannya, Raditya.Ternyata Raditya ini adalah pemuda berpakaian rapi yang menghina Rawindra sebelumnya."Ketemu lagi Pendekar Cacat! Aku akan menghabisimu dalam satu pukulan saja! Kekasihmu tidak akan bisa melindungimu kali ini!" ancam Raditya."Jangan hiraukan dia, Rawindra! Ayo, kamu bisa!" seru Adista."Aku tidak takut padamu! Biasanya hanya pengecut yang berani menindas orang cacat!" seru Rawindra.HAHAHA ...Suara tertawa peserta seleksi semakin membuat kebencian Raditya bertambah terhadap Rawindra."Bertingkah sekali kamu, pemuda cacat! Dasar tangan buntung!" hina Raditya."Lebih baik diriku apa adanya, daripada Pendekar Pulau T
Sebuah bayangan berkelabat turun dari atas pepohonan.Raditya berhasil membawa Rawindra ke dalam Hutan Terlarang yang tidak boleh dimasuki oleh anggota Perguruaan Pedang Patah.Sosok perempuan berpakaian hijau dengan rambut panjang tergerai menambah anggunnya pendekar wanita ini. Hanya saja perempuan ini menggunakan cadar yang menutupi sebagian wajahnya selain topi caping yang menutupi kepalanya."Ternyata hanya pendekar wanita yang suka ikut campur urusan orang lain!" seru Raditya."Aku sudah muncul! Lepaskan pemuda itu! Dia haarus bertanding besok!" sahut perempuan misterius ini."Pergi saja, kau! Jangan ganggu kesenanganku untuk menyiksa pemuda cacat ini! Dia telaah mempermalukanku ... sudah sepantasnya aku membalas penghinaannya ini!" usir Raditya."Kau melanggar janjimu, Raditya! Aku tidak suka orang yang melanggar janji!" seru perempuan misterius ini.Rawindra yang masih terikat dan tertutup kepalanya oleh kantong kain ini berharap perempuan misterius ini bisa melepaskan dirinya
"WINDRA!"Terdengar oleh Pendekar Tangan Satu ini suara Adista yang sangat dikenalnya."Adista?" tanyanya."Kamu tidak apa-apa, Windra? Siapa yang mengikatmu di sini?" tanya Adista."Kenapa kalian bisa tahu kalau aku ada di Hutan Terlarang ini?" tanya Rawindra.Adista dengan cekatan melepaskan semua ikatan di tubuh Rawindra."Kami mendapat pesan misterius dari orang tidak dikenal yang meminta kami untuk memeriksa Hutan Terlarang!" saahut Adista."Kak Sagara tidak ikut?" tanyaa Rawindra."Tuan Muda memeriksa Hutan Terlarang lainnya karena ada beberapa hutan terlarang di Pulau Pedang ini!" jelas Adista.Gadis ini memeriksa kondisi tubuh Rawindra yang lemah dan memberikan minum kepadanya yang kehausaan berat."Apa kamu melihat adanya pendekar wanita misterius di Pulau Pedang ini saat mencariku?' tanya Rawindra."Apa pendekar wanita misterius ini yang menculikmu?' tanya Adista."Bukan! Kamu tahu siapa yang menculikku?' tanya balik Rawindra."Tidak mungkin pengecut itu berani menculikmu!'
Tubuh Rawindra tiada hentinya mengeluarkabn cahaya yang besar yang langsung memancar ke atas langit.Energi dari kekuatan cahaya ini melindungi Pendekar Tangan Satu ini dari jangkauaan siapapun yaang berusaahaa mendekatinya."Kekuatan apa itu?" tanya Adista yang berusaha bangkit setelah terpental menabrak pepohonan di dalam Hutan terlarang."Kekuatan Rawindra besar sekali! Berasal darimana kekuatan sebesar itu?" ujar Sagara penuh tanda taanya.Pendekar Matahari ini tercengang dengan energi cahaaya besaar yaang tiba-tiba keluar dari daalam tubuh Rawindra tanpa henti hingga sekaraang."Bagaimana cara kita mendekari Windra, Tuan Muda? Kondisinya baru pulih dari raacun pelemas tulang tapi sudah bisa mengeluarkan kekuaatan sebesar itu! Siapa yang menyembuhkannya? Apa kekuatab Rawindra tidak sengaja terbuka oleh penyembuhan yang dilakukan orang asing ini?" tanya Adista."Kita harus segera mengamankan Rawindra sebelum anggota Perguruan Pedang Patah memergoki Windra dalam kondisi seperti seka
Sagara dan Adista berhasil membawa Rawindra kembali ke paviliun tanpa ketahuan oleh anggota Perguruan Pedang Patah, karena sebagian besar anggota perguruan bergerak ke Hutan Terlarang."Hufh! Akhirnya kita berhasil kembali juga! Peserta seleksi lainnya masih tidur, jadi kita aman untuk istirahat sejenak. Kamu tidak apa-apa kami tinggal di sini, Windra?" tanya Adista."Tidak apa-apa! Terima kasih, sahabat!" sahut Rawindra.Adista memeluk Rawindra kemudian pergi meninggalkan Rawindra seorang diri.Ada perasaan aneh yang mengalir di dalam diri Rawindra, saat Adista memeluknya.Perasaan senang sekaligus merasakan getaran di dalam tubuhnya yang belum pernah dirasakannya."Apa yang sedang terjadi? Apa aku menyukai Adista tanpa aku sadari?" batinnya dalam hati.Rawindra benar-benar memanfaatkan waktu sehari sebelum babak selanjutnya untuk beristirahat memulihkan kondisi tubuhnya, walaupun sebenarnyaa kondisi tubuhnya sudah sehat dan bugar.Tidak ada kejadian apapun selama waktu istirahat ini