Share

Bab 7 | Hubungan Ferdi dan Yulia

Ferdi tersenyum saat mobilnya akhirnya sampai di parkiran rumah sakit.

Saat ia baru saja keluar dari mobilnya, Roni sudah menatapnya sedari tadi.

Sebagai satpam, memang sudah menjadi tugasnya untuk berjaga di tempat itu.

Saat Ferdi akan masuk, pria itu sempat tersenyum kepada Roni.

Namun, Roni menatapnya malas. "Apa yang kamu ingin lakukan di sini?" 

"Apakah kau tidak melihat aku babak belur?" tanya Ferdi balik.

"Tapi, bukankah itu sudah akan sembuh?"

"Memangnya masalah? Apakah aku tidak boleh berobat di rumah sakit ini?" 

Roni kemudian terdiam--tidak bisa berkata-kata.

Melihat itu, Ferdi tersenyum dan menepuk pundak Toni dan kembali berkata, "Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Kau adalah orang hebat di mataku." 

Roni kemudian menatap Ferdi tapi langsung mengalihkan pandangannya satu detik kemudian. Dia tidak mengerti ucapan pemuda penuh kebohongan ini.

"Baiklah, aku akan masuk dan memeriksakan kesehatanku. Kau bekerja ah dengan baik. Kau tahu? Kau adalah idolaku!" kata Ferdi.

Bingung, Roni hanya bisa menaikkan alisnya sebelah merasa keheranan.

"Sejak kapan bocah ini berubah drastis seperti ini? Tidak seperti biasanya." Roni memperhatikan Ferdi yang sudah masuk.

Sayangnya, ia sama sekali tidak merasa curiga bahwa  Ferdi ingin menemui Yulia, orang yang ia cintai.

*****

Di dalam rumah sakit, sebuah bangsal khusus, Ferdi terlihat sudah terbaring di sana dengan Yulia yang berada di sampingnya.

Yulia memegang kapas dan berbagai peralatan medis lainnya untuk mengobati luka memar ringan.

"Kau kenapa seperti ini? Siapa yang memukulimu?" tanya Yulia.

"Huft, aku dipukuli karena tidak bisa membayar hutang. Rasanya, sangat tidak berdaya." Sebelumnya Ferdi sempat berbohong dan mengatakan kepada Yulia bahwa dirinya adalah seorang pengusaha. Kemudian, beberapa minggu lalu berbohong lagi bahwa dia sudah jatuh bangkrut.

"Semenjak bangkrut, hidupmu benar-benar sangat menyedihkan. Kenapa kamu tidak beritahu aku saja? Aku akan membantumu, aku akan membayarkan hutangmu," kata Yulia.

"Tidak! Jangan kau lakukan itu. Jika kau meminta uang kepada Ayahmu untuk melunasi hutangku, maka kelak penyamaran ku akan terungkap. Ayahmu akan tahu kalau aku sudah bangkrut dan hanyalah seorang miskin dan pengangguran. Jika sudah seperti itu, Ayahmu mungkin tidak akan merestui hubungan kita lagi. Kau dan aku akan dijauhkan. Apakah kau ingin hal seperti ini terjadi?" tanya Ferdi.

Memang, Yulia memiliki tempat khusus di hati Ferdi. Maka dari itu, dia tak ingin berpisah dari perempuan ini.

"Tapi, mau sampai kapan kamu seperti ini? Apakah kamu tidak merasa lelah dengan hidupmu yang penuh dengan kebohongan ini? Mau sampai kapan kamu terus berbohong agar Ayahku mengira kamu masih orang kaya?" kata Yulia. Ia sepertinya sangat menyayangi dan mengkhawatirkan Ferdi.

"Maaf, aku masih belum rela kehilangan dirimu. Bagiku, kau sudah seperti nyawaku, kau adalah hidupku. Aku tidak akan sanggup jika Ayahmu memisahkan kita."

Ferdi kemudian memegang wajah Yulia yang putih bersih dan mulus.

Yulia adalah seorang anak konglomerat pemilik rumah sakit ini. Entah kenapa, Yulia sangat ingin menjadi dokter. Sehingga akhirnya bekerja sebagai dokter di rumah sakit milik Ayahnya sendiri. Yang jelas, Ferdi tidak berniat menipunya. Saat Yulia ingin membayar hutangnya, Ferdi selalu menolak secara halus.

"Tapi, mau sampai kapan kamu terus seperti ini? Kamu sekarang sudah jatuh miskin, tapi tetap saja berpura-pura kaya. Pengeluaranmu setiap harinya tidak sebanding dengan pemasukanmu." 

"Lagian aku tidak masalah kok kalau kamu miskin," kata Yulia lagi.

Ucapan menohok Yulia membuat Ferdi terdiam.

"Mau sampai kapan? Sampai kamu menyelesaikan masa residensimu di rumah sakit ini. Pada saat itulah, aku akan langsung melamarmu. Setelah menikah, terserah jika Ayahmu tahu kebenaran ini pada akhirnya. Jika sudah terlanjur menikah, Ayahmu tidak mungkin tidak merestui hubungan kita lagi." 

Seketika, Yulia menunduk. "Maaf, ini semua karena diriku. Kau sudah menunggu selama setahun ini." 

Yulia merasa sangat bersalah. Sebelumnya, Ferdi sudah akan melamar Yulia. Namun, ia menolak dan menyuruh Ferdi menunggu sampai Yulia menyelesaikan masa residensi nya di rumah sakit ini.

Ferdi kemudian segera bangkit dari posisi tidur dan langsung memeluk Yulia.

"Tidak masalah, aku akan menunggu sampai masa residensimu selesai."

Keduanya kemudian menghabiskan waktu bersama mengobrol berduaan. Yulia tidak perlu khawatir soal pekerjaannya, lagi pula rumah sakit ini milik Ayahnya. Jadi, Yulia bebas mau melakukan apapun.

'Aku mempunyai janji dengan Jennifer Maghrib nanti. Aku harus pulang sekarang,' kata Ferdi dalam hati.

"Kau kenapa?" tanya Yulia menyadarkan Ferdi dari lamunan.

"Ekhem ... Yulia, rasanya tidak baik aku mengganggu pekerjaanmu. Sepertinya, kamu telah banyak meninggalkan pekerjaan mu demi menemuiku kan?" kata Ferdi.

"Tidak masalah, aku akan segera kembali bekerja setelah ini. Lagi pula, ada lebih banyak dokter lain selain aku. Rumah sakit ini juga adalah milik Ayahku, tidak akan ada yang berani memarahiku di sini." 

"Kau benar-benar sangat perhatian kepadaku. Tapi jika seperti ini terus, aku akan merasa tidak enak hati. Mari kita bertemu lain kali." 

Yulia kemudian menghela napas. "Aku akan selalu menunggumu, besok jika ada waktu datanglah lagi. Aku akan senang melihat mu." 

Ferdi tersenyum. "Terima kasih atas pengobatan gratisnya. Yang paling penting adalah, kau benar-benar sangat membuatku semakin senang sekarang. Hanya dengan melihatmu tersenyum saja sudah bisa membuat aku bahagia." 

"Gombal lagi nih? Udah deh, udah nggak mempan." 

"Baiklah, aku akan pulang. Kau jagalah dirimu baik-baik. Jangan bekerja terlalu keras." 

"Biarkan aku mengantarmu sampai keluar," kata Yulia kemudian.

Ferdi tentu tidak keberatan. Keduanya berjalan beriringan selayaknya pasangan penuh cinta.

Saat keduanya sudah berada di sebuah lorong pertigaan, seorang suster sedang mendorong kursi roda di depan Ferdi dan Yulia.

Kali ini, jantung Ferdi berdetak sangat cepat. Matanya melotot seakan mau melompat keluar. Ia ketar-ketir saat melihat gadis cantik di kursi roda itu.

"Jenifer?" 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Jernita S. Nita
keren, agak gemas-gemas gimana, soalnya pakai marga orang Batak.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status