“Kenapa aku harus mendarat di tempat yang kotor seperti ini? Aku berasal dari mana sebenarnya? Kenapa sekarang aku hanya ingat namaku saja, Sakya Kumara?" gumam seorang pria yang pakaiannya compang camping dan robek di mana-mana.
Saat ini, dia tampak terdampar di sebuah ladang persawahan yang tidak dikenal.
Air sawah yang kotor mengenangi seluruh tubuhnya yang baru saja mengalami dampak terbakar yang hebat. Bekas-bekas luka bakar yang menimbulkan luka yang cukup parah tampak di sekujur tubuh pria ini. Bahkan wajahnya juga memerah seperti pernah terkena panas yang lumayan kuat.
Pria ini masih tampak muda, tapi menggerakkan tubuhnya saja dia tidak mampu. Masih belum jelas kenapa pemuda ini bisa terdampar di area persawahan yang luas dan jauh sekali dari pemukiman penduduk.
Tidak tampak seorang pun yang bisa membantu pemuda yang tampak mulai sekarat ini. Hidupnya sudah di ujung tanduk.
Dilihat dari luka bakarnya yang parah, hampir dipastikan kalau Sakya Kumara pernah melewati panasnya api yang mirip api neraka. Namun, masih menjadi misteri kenapa sekarang pemuda ini malahan terdampar di area persawahan yang terpencil.
"Apa yang sebenarnya terjadi pada diriku? Kenapa tenaga dalamku hilang semuanya?" pikir Sakya Kumara.
Tubuhnya terasa sakit sekali. Pakaiannya tampak berantakan karena sebagian terbakar oleh api membara yang mungkin telah dia lewati, tapi dia sendiri tidak tahu kapan dan dimana api membara ini membakar tubuhnya.
Sakya Kumara benar-benar kehilangan ingatan masa lalunya. Hanya namanya yang masih tertinggal di benaknya, selebihnya dia lupa sama sekali kejadian yang dialaminya. Tapi ada lagi satu kata yang melintas di benaknya. 'Pendekar' yang merupakan jagoan pembela kebenaran yang menjadi tujuan hidupnya.
Tempat ini begitu indah dengan pepohonan hijaunya membuat Sakya Kumara merasa tenang berada di tempat ini, walaupun sudah banyak air kotor persawahan yang telah masuk ke dalam mulutnya, karena dia terdampar dengan posisi tengkurap sehingga wajahnya sebagian tertutup oleh kotornya air sawah.
Seekor kerbau hitam tampak mulai mendekati Sakya Kumara dan mengendus-endus dirinya membuat dirinya terpaksa merangkak untuk menyeret tubuhnya sedikit menjauh. Dia belum sanggup untuk berdiri dan berjalan menjauhi persawahan ini.
“Di sini begitu banyak sekali jenis makhluk hidup," ujar Sakya. “Kenapa aku merasa baru kali ini aku melihat banyaknya kehidupan ya? Sebenarnya asalku ini darimana?"
Sakya Kumara terus berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Tapi kondisi tubuhnya yang lemah membuatnya berpikir saja susah dan kepalanya mulai terasa pusing lagi.
Rasa sakit yang dideritanya membuat Sakya Kumara mulai pingsan lagi dengan sebagian tubuhnya tertutup air di persawahan. Kekuatan hidupnya berangsur-angsur menghilang seiring dengan makin melemahnya kondisi tubuhnya.
Sebelum dirinya pingsan, sempat dia melihat sosok perempuan cantik yang mendekatinya. Sosok perempuan yang seperti sudah dikenalnya lama, tapi dia tidak tahu pernah bertemu dimana.
Setelah itu pikiran Sakya Kumara kosong dan hanya diisi kegelapan.
Apakah pemuda ini sudah meninggal?
*****
Perlahan-lahan Sakya Kumara membuka matanya kembali setelah tersadar dari pingsannya yang cukup lama.
Hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit rumah.
“Berarti aku sudah tidak berada di atas air kotor tadi lagi. Apa ini dunia setelah mati? Kalau bukan, siapa yang yang begitu baik hati menolongku? Tadi aku tidak melihat adanya kehidupan selain makhluk hitam yang terus-terusan mengendus tubuhku tadi," gumam Sakya Kumara dalam hatinya.
“Ayah ... pemuda asing ini sudah sadar!" Terdengar olehnya teriakan seorang gadis yang sedari tadi berada di dekatnya. Pandangannya yang masih belum jelas mengenali gadis ini yang datang kepadanya sebelum dia tidak sadarkan diri dan memasuki dunia yang gelap gulita.
Derap kaki seseorang terdengar mendekatinya dari arah luar kamar.
Tapi dirinya belum sadar betul untuk membuka keseluruhan matanya.
Pandangannya masih kabur dan akan membuatnya pusing kepala jika terus melihat dalam keburaman.
“Anak muda ... siapa orangtuamu? Kenapa kamu bisa terkapar dengan luka bakar serius di sekujur tubuhmu?" tanya pria yang dipanggil ayah oleh gadis tadi.
Sakya Kumara ingin menjawab pertanyaan penolongnya ini, tapi suara yang keluar dari mulutnya hanyalah berupa lirihan saja tanpa kata-kata. Kondisinya sangat lemah, bahkan untuk berkata-kata saja dia tidak mampu sama sekali.
“Keadaannya masih lemah ... kita biarkan saja dia beristirahat saja dahulu," tegas pria yang dipanggil ayah ini kepada anak gadisnya.
“Kirani ... kamu jaga pemuda ini ya ... ayah kasihan padanya! Ayah tahu dia bukan pemuda yang jahat ... Mungkin dia mengalami bencana atau dirampok, nanti kita tanyakan setelah dia sadar,” ujar pria yang dipanggil ayah oleh gadis cantik ini.
“Baik Ayah ... Rani akan jaga pemuda asing ini," jawab gadis ini.
Terdengar olehnya percakapan gadis yang bernama Kirani ini dengan ayahnya.
"Beruntungnya diriku mereka ini bukan orang jahat ... Entah kenapa, aku merasa banyak makhluk jahat di sekitarku tapi aku sepertinya merasa aman berada di rumah ini," pikir Sakya Kumara yang hanya bisa mendengar tanpa bisa melihat untuk saat ini.
Setelah itu Sakya Kumara tidak sadarkan diri lagi. Kondisinya yang memang sangat lemah tidak memungkinkan untuknya tersadar terus menerus.
Sakya Kumara kehilangan segalanya. Mungkin saja sebelumnya dia adalah pendekar ternama seperti yang banyak terdapat di dunia tempatnya terdampar ini. Mungkin juga dia hanyalah rakyat jelata yang barusan dirampok dan dibuang ke tempat terpencil. Atau bisa saja Sakya Kumara berasal dari desa yang barusan dirampok dan dibakar oleh sekelompok bandit yang banyak terdapat di dunia ini.
Sakya Kumara telah sadar kembali, rasa sakit di tubuhnya sudah tidak sesakit sebelumnya bahkan bisa dikatakan mulai hilang. Dia tidak tahu apa yang dilakukan ayah Kirani ini, tapi Sakya Kumara sangat berterima kasih padanya.Berkat pertolongan dari keluarga petani ini, dia masih hidup sampai sekarang.Matanya mulai bisa melihat lebih jelas, hanya saja memang tubuhnya yang masih lemah untuk bergerak membuatnya hanya bisa tidur diam saja.Sakya Kumara masih mencoba mengingat-ingat masa lalunya. tapi tidak ada bayangan sama sekali yang membantunya untuk mengingat sipa dirinya selain namanya yang hanya dia kenal. Selebihnya dia tidak tahu sama sekali.Tampak oleh Sakya Kumara seorang gadis cantik yang tersenyum padanya. Gadis remaja yang sangat cantik ini sedang menatap dirinya. Baru kali ini dia melihat sesuatu yang membuat hatinya terasa nyaman sekali. "Perasaan apa ini? Kenapa senyuman gadis ini sangat menenangkan hatinya?"“Kamu sudah sadar? Siapa namamu? Aku Kirani Isvara,” katanya
Sakya Kumara masih saja terbaring lemah di tempat tidurnya. Kelihatannya luka bakar parah yang dialaminya membuat tubuhnya sulit untuk pulih kembali lagi seperti sedia kala. Bahkan untuk sekedar bergerak sajapun dia tidak bisa. Tubuhnya seakan sudah mati rasa akibat rasa sakit yang luar biasa dari luka bakar di tubuhnya.Pemuda ini masih mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Kenapa dia bisa hilang ingatan seperti ini? Kalau dilihat dari nama dirinya, dia bukanlah berasal dari rakyat jelata biasa. Kemungkinan besar dia berasal dari keluarga bangsawan, atau paling tidak berasal dari keluarga yang cukup berada.Namun, terkapar di tengah pematang sawah yang airnya kotor juga menjadi tanda tanya besar baginya, apalagi pematang sawah ini terletak di tengah hutan yang jauh dari tempat tinggal penduduk. Saat ini, Sakya Kumara melihat Kirani yang masih saja tetap setia menjaga Sakya Kumara. Mungkin, perempuan ini di sini hanya karena menuruti perintah ayahnya atau mungki
Sakya Kumara masih tertidur pulas saat Kirani kembali menemuinya. Gadis ini sebenarnya sangat menyukai Sakya Kumara karena selama ini hanya pemuda ini yang dekat dengannya, yang bisa dia ajak bicara. Sedangkan, anak-anak sebayanya saat dia berpindah-pindah tempat, tidak diijinkan sama sekali oleh ayahnya untuk bergaul dengan mereka.“Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku Sakya Kumara? Seandainya kita bertemu di waktu dan tempat yang berbeda, mungkin kita bisa menjadi sahabat ataupun kekasih. Tapi sekarang hal itu sangat tidak mungkin! Ayahku tidak mungkin akan membebaskanmu begitu saja! Dia menolongmu karena ingin mengetahui rahasiamu. Setelah rahasiamu terbongkar, maka kamu akan dibunuhnya demi menutupi rahasia keluarga kami.”Kirani menatap wajah Sakya Kumara yang masih tertidur lelap, selah tidak hendak berpisah dengan pemuda ini. Namun perpisahan adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan nyawa pemuda ini."Sakya ... kamu sudah sadar? Bisa bangun tidak, ada yang hendak aku bic
Raksa Wangsa, ayah Kirani, yang merasakan pemberontakan di hati Kirani, mulai mengawasi anak gadisnya ini dengan ketat.Dia melihat Kirani yang sedang menolong Sakya Kumara untuk keluar dari rumah, tapi dia membiarkannya karena firasatnya mengatakan sudah saatnya Kirani menemukan seseorang yang bisa melindunginya, daripada terus-terusan bersamanya hidup dalam pelarian yang tidak jelas.Raksa juga sudah merasakan hawa kegelapan yang dibawa anggota Sekte Teratai Merah yang sudah mengetahui keberadaan rumahnya yang sekarang.“Paling tidak, Kirani aman untuk sementara ... dia tidak tahu seberapa pentingnya dia bagi kelanjutan kehidupan manusia di Dunia Mortal ini. Aku sudah menduga kalau pemuda bernama Sakya Kumara itu pendekar sakti yang sedang kehilangan kekuatannya. Semoga dia bisa melindungi Kirani kelak," harap Raksa.Belum sempat Raksa berpikir lagi, pintu rumahnya sudah didobrak dari luar dengan kerasnya.Braakk ...!“Raksa Wangsa ... kamu sembunyikan dimana pusaka Sekte Teratai Me
Abimanyu berkata-kata sendiri seakan hati kecilnya sangat mengagumi kehebatan Raksa Wangsa.Traaang ...!Pedang yang tiba-tiba diayunkan Abimanyu langsung ditangkis oleh tangan baja Raksa.Wuussh ... Buuuk .... Duaarr ....Sebuah pukulan langsung didaratkan Raksa Wangsa ke dada Abimanyu saat celah pertahanannya terbuka yang menimbulkan ledakan kecil.Pedang terlepas dari tangan Abimanyu, sedangkan dirinya terdorong jauh ke belakang oleh tenaga pukulan geledek dari Raksa Wangsa."Uhuk ...!"Abimanyu terbatuk mengeluarkan darah dari mulutnya, menandakan kalau pukulan tangan geledek dari Raksa Wangsa tepat mengenai organ dalamnya."Kamu memang hebat ... Raksa Wangsa! Aku menyerah! Seharusnya aku melindungi keluargamu, bukannya menuruti perintah Bimasena!" kata Abimanyu sambil tersenyum.Raksa Wangsa terkejut mendengar pengakuan dari Abimanyu. tapi dia tidak bisa begitu percaya saja terhadap mulut manis Pendekar Pedang Setan ini."Jangan-jangan dia lagi melakukan muslihatnya yang terkenal
Sakya Kumara terbangun dengan sinar matahari terik yang masuk melalui celah dedaunan pohon-pohon di hutan, yang menyinari matanya membuat penglihatannya menjadi silau oleh cahaya matahari ini.Posisi Sakya Kumara saat ini dalam keadaan terduduk bersandar pada salah satu pepohonan besar di hutan ini. Matanya juga masih belum terbiasa dengan suasana terang akibat terik matahari ini.Pandangannya masih belum jelas akibat teriknya cahaya matahari yang masuk ke hutan melalui celah-celah dedaunan ini.“Aku di mana? Kenapa aku tidak berada di dalam rumah petani itu lagi?” Sakya merasa heran dengan kondisinya sekarang yang berada di dalam hutan belantara yang dia tidak tahu ada di mana.Badannya masih terasa lemas dan sakit di seluruh punggungnya. Kaki dan tangannya hampir tidak bisa digerakkan seakan tubuh manusia ini sudah mati. Sakya menyesali dirinya, kenapa harus masuk ke dalam tubuh manusia yang sepertinya sudah mati ini.Saat tertidur tadi, dia telah mendapatkan kembali sedikit ingatan
Setelah rasa sakit itu, Sakya Kumara tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai. Dia harus segera berangkat ke Kota Singkarak hanya dalam waktu tiga hari saja karena kemampuan Kirani hanya bisa membuat tubuh mati ini bergerak bebas selama itu. Jika dia gagal, maka butuh minimal empat hari lagi untuk membuatnya kembali segar bugar kembali.Rasa sakit yang luar biasa dirasakan Sakya Kumara saat energi Kirani memasuki seluruh tubuhnya. Tubuhnya terasa terbakar hingga hendak berteriak sekencang-kencangnya seperti tadi. Untung saja, hasilnya sepadan dengan yang didapatkannya. Sekarang, semua kekuatannya kembali lagi kepadanya walaupun hanya sementara waktu saja. Setidaknya, sampai Tabib Sakti Adheswara bisa menyembuhkan dirinya dengan mengembalikan tubuh aslinya di Dunia Mortal ini.Untung saja, kemampuan Kirani terbatas membangkitkannya saja. Bau busuk orang mati masih melekat di tubuh yang digunakan Sakya ini bisa dinetralisir, sehingga tidak menyebar keluar lagi. *****"Maaf, Sakya
Kota Singkarak merupakan salah satu kota di Dunia Mortal yang sangat padat penduduknya. Semua kegiatan perdagangan berlangsung terus menerus di kota ini tanpa henti seharian penuh. Jadi Kota Singkarak adalah kota yang hidup terus menerus. Jika malam tiba, pusat hiburan bertebaran di kota ini yang buka sampai pagi hari.Kota ini masih berada di gugusan pulau Nusantara yang merupakan gugusan pulau terpadat di Dunia Mortal. hampir semua penduduk Dunia Mortal memilih tinggal di gugusan pulau Nusantara yang serba lengkap dibandingkan gugusan pulau lainnya.Hampir semua penduduk Dunia Mortal terutama yang menghuni gugusan pulau Nusantara tinggal di sini."Ramai sekali kota ini, Sakya!" ujar Kirani. "Baiknya kamu beli pakaian ganti, karena badanmu sudah bau sekali!""Memangnya ada yang jual pakaian di kota ini? Setahuku pakaian itu kita buat sendiri!" ujar Sakya."Kalau di sini, kamu bisa beli pakaian dengan beberapa perak saja!" jelas Kirani.Kirani kemudian membawa Sakya ke salah satu pen