Sakya Kumara telah sadar kembali, rasa sakit di tubuhnya sudah tidak sesakit sebelumnya bahkan bisa dikatakan mulai hilang.
Dia tidak tahu apa yang dilakukan ayah Kirani ini, tapi Sakya Kumara sangat berterima kasih padanya.
Berkat pertolongan dari keluarga petani ini, dia masih hidup sampai sekarang.
Matanya mulai bisa melihat lebih jelas, hanya saja memang tubuhnya yang masih lemah untuk bergerak membuatnya hanya bisa tidur diam saja.
Sakya Kumara masih mencoba mengingat-ingat masa lalunya. tapi tidak ada bayangan sama sekali yang membantunya untuk mengingat sipa dirinya selain namanya yang hanya dia kenal. Selebihnya dia tidak tahu sama sekali.Tampak oleh Sakya Kumara seorang gadis cantik yang tersenyum padanya. Gadis remaja yang sangat cantik ini sedang menatap dirinya. Baru kali ini dia melihat sesuatu yang membuat hatinya terasa nyaman sekali.
"Perasaan apa ini? Kenapa senyuman gadis ini sangat menenangkan hatinya?"
“Kamu sudah sadar? Siapa namamu? Aku Kirani Isvara,” katanya memperkenalkan diri.
“Aku Sakya Kumara,” jawab pemuda ini.
“Kamu sepertinya bukan berasal dari desa sekitar sini ya? Karena tidak mungkin ada warga desa lain yang bisa terdampar di persawahan terpencil seperti ini," ujar Kirani.
“Aku sepertinya berasal dari tempat yang jauh dari sini ya... Aku ada di mana?" tanya Sakya Kumara.
“Aku menemukanmu saat mengantar makanan untuk ayah di sawah," jelas Lastri.
“Sawah? Apa itu sawah?”tanya Sakya Kumara, yang pikirannya baru saja menemukan kata baru yang sama sekali tidak dikenalnya.
“Hihihi ... aku lupa kamu bukan berasal dari desa ini,” tawa gadis ini sambil memperlihatkan gigi putih kecilnya yang rapi.
Deg ...!
Hati Sakya Kumara berdegub kencang saat mendengar tawa Kirani yang terdengar sangat merdu olehnya.
“Tapi masa pemuda kota tidak mengetahui apa itu sawah sih?” tanya Kirani lagi.
“Aku juga tidak tahu kenapa aku lupa sama sekali tentang diriku selain namaku yang masih kuingat! Bahkan mungkin sekarang aku tidak akan mengenali diriku sendiri jika bisa melihatnya," ujar Sakya Kumara.
Kirani terdiam sejenak dan tiba-tiba tertawa lagi dengan suara tertawa khasnya yang tanpa malu-malu, membuat Sakya Kumara seakan menemukan gadis impiannya dan jatuh hati kepada gadis penolongnya ini.
“Kamu sedang bergurau atau memang otakmu mungkin sudah rusak, Sakya Kumara,” kata Kirani yang benar-benar bingung dengan pemuda yang ditolongnya ini.
Kirani kemudian pergi meninggalkan kamar sejenak. Saat kembali lagi, gadis ini membawa sesuatu yang disodorkan kepada Sakya Kumara. Benda yang bentuknya bulat ini tampaknya berfungsi layaknya matanya karena apa terlihat oleh matanya terlihat juga jika menggunakan benda ini yang sepertinya menyimpan semua yang terlihat olehnya di dalam benda ini. Benda ini bernama cermin, dan keberadaan benda ini di dunia tempatnya terdampar ini masih menjadi misteri baginya karena baru pertama kali Sakya Kumara melihat benda ini.
“Ini lihat wajahmu sendiri ... sama diri sendiri kok lupa ... aneh sekali kamu," kata Kirani sambil menyodorkan cermin di depan wajah Sakya Kumara.
Betapa terkejutnya Sakya Kumara saat melihat wajahnya sendiri.
Tampak olehnya pemuda remaja yang tampan tapi wajahnya sama sekali asing baginya.
“Kenapa dengan wajahku? Kemana wajahku yang asli?” teriaknya dalam hati. Entah kenapa, Sakya Kumara merasakan kalau yang tampak di benda ajaib ini bukanlah dirinya yang sebenarnya.
“Bagaimana? Sudah puas mengagumi wajahmu sendiri?” tanya Kirani menggodanya.
Gadis ini jarang menemui orang lain selain ayahnya sendiri. Alasannya juga masih menjadi misteri dan belum jelas. Kenapa hanya mereka berdua yang tinggal di tempat terpencil yang dikellingi hutan, dan memiliki persawahan yang luas. Tapi tidak ada satupun warga desa yang tinggal di dekat mereka berdua. Hanya satu rumah saja yang terlihat di sepanjang hutan ini, yaitu rumah tempat Sakya berada saat ini dan terbaring lemah tidak berdaya.
Sakya Kumara tidak menjawab gurauan Kirani. Kejadian yang menimpanya membuatnya sulit berpikir jernih saat ini. Hatinya sangat kesal dan marah karena sekuat apapun dia berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi, tetap saja tidak ada satu ingatanpun yang muncul.
“Kenapa aku merasakan kalau pemuda tampan yang aku lihat di benda aneh itu bukanlah diriku yang sebenarnya? Atau aku ini sebenarnya sudah benar-benar bingung dengan diriku sendiri sehingga diriku sendiri tidak bisa kukenal ini?”
Berbagai pertanyaan terus berkecamuk di dalam hati Sakya Kumara. Rasa panik mulai menyerangnya, karena dia juga tidak tahu siapa sebenarnya Kirani yang hanya tinggal bersama seseorang yang disebutnya Ayah ini.
Namun sepertinya dia tidak akan menemukan jawabannya sekarang. Berkata-kata saja dia sulit, apalagi harus menanyakan secara rinci kepada dua makhluk hidup yang baru dijumpainya ini, yang menolongnya tanpa pamrih.
Tapi benarkah demikian? Benarkah tidak ada tujuan tertentu dari gadis bernama Kirani ini dengan menolong Sakya Kumara? Apakah mereka hanya keluarga petani biasa saja, atau mereka berasal dari kalangan yang lebih tinggi, setingkat pendekar yang ingin dicapainya?
“Nanti saja aku baru mencari tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya dengan diriku dan juga siapa sebenarnya keluarga petani misterius ini! Sekarang aku harus berusaha untuk menyembuhkan dahulu tubuhku yang lemah ini ... terlepas ini tubuhku atau bukan,” tekad Sakya Kumara dalam hatinya.
Sakya Kumara sangat berharap bisa memulihkan kekuatan tubuhnya seperti semula. Dia juga berharap keluarga petani ini bukanlah makhluk jahat yang akan memanfaatkan dirinya untuk tujuan mereka.
"Ya, semoga..." ucapnya lirih.
Sakya Kumara masih saja terbaring lemah di tempat tidurnya. Kelihatannya luka bakar parah yang dialaminya membuat tubuhnya sulit untuk pulih kembali lagi seperti sedia kala. Bahkan untuk sekedar bergerak sajapun dia tidak bisa. Tubuhnya seakan sudah mati rasa akibat rasa sakit yang luar biasa dari luka bakar di tubuhnya.Pemuda ini masih mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Kenapa dia bisa hilang ingatan seperti ini? Kalau dilihat dari nama dirinya, dia bukanlah berasal dari rakyat jelata biasa. Kemungkinan besar dia berasal dari keluarga bangsawan, atau paling tidak berasal dari keluarga yang cukup berada.Namun, terkapar di tengah pematang sawah yang airnya kotor juga menjadi tanda tanya besar baginya, apalagi pematang sawah ini terletak di tengah hutan yang jauh dari tempat tinggal penduduk. Saat ini, Sakya Kumara melihat Kirani yang masih saja tetap setia menjaga Sakya Kumara. Mungkin, perempuan ini di sini hanya karena menuruti perintah ayahnya atau mungki
Sakya Kumara masih tertidur pulas saat Kirani kembali menemuinya. Gadis ini sebenarnya sangat menyukai Sakya Kumara karena selama ini hanya pemuda ini yang dekat dengannya, yang bisa dia ajak bicara. Sedangkan, anak-anak sebayanya saat dia berpindah-pindah tempat, tidak diijinkan sama sekali oleh ayahnya untuk bergaul dengan mereka.“Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku Sakya Kumara? Seandainya kita bertemu di waktu dan tempat yang berbeda, mungkin kita bisa menjadi sahabat ataupun kekasih. Tapi sekarang hal itu sangat tidak mungkin! Ayahku tidak mungkin akan membebaskanmu begitu saja! Dia menolongmu karena ingin mengetahui rahasiamu. Setelah rahasiamu terbongkar, maka kamu akan dibunuhnya demi menutupi rahasia keluarga kami.”Kirani menatap wajah Sakya Kumara yang masih tertidur lelap, selah tidak hendak berpisah dengan pemuda ini. Namun perpisahan adalah jalan terbaik untuk menyelamatkan nyawa pemuda ini."Sakya ... kamu sudah sadar? Bisa bangun tidak, ada yang hendak aku bic
Raksa Wangsa, ayah Kirani, yang merasakan pemberontakan di hati Kirani, mulai mengawasi anak gadisnya ini dengan ketat.Dia melihat Kirani yang sedang menolong Sakya Kumara untuk keluar dari rumah, tapi dia membiarkannya karena firasatnya mengatakan sudah saatnya Kirani menemukan seseorang yang bisa melindunginya, daripada terus-terusan bersamanya hidup dalam pelarian yang tidak jelas.Raksa juga sudah merasakan hawa kegelapan yang dibawa anggota Sekte Teratai Merah yang sudah mengetahui keberadaan rumahnya yang sekarang.“Paling tidak, Kirani aman untuk sementara ... dia tidak tahu seberapa pentingnya dia bagi kelanjutan kehidupan manusia di Dunia Mortal ini. Aku sudah menduga kalau pemuda bernama Sakya Kumara itu pendekar sakti yang sedang kehilangan kekuatannya. Semoga dia bisa melindungi Kirani kelak," harap Raksa.Belum sempat Raksa berpikir lagi, pintu rumahnya sudah didobrak dari luar dengan kerasnya.Braakk ...!“Raksa Wangsa ... kamu sembunyikan dimana pusaka Sekte Teratai Me
Abimanyu berkata-kata sendiri seakan hati kecilnya sangat mengagumi kehebatan Raksa Wangsa.Traaang ...!Pedang yang tiba-tiba diayunkan Abimanyu langsung ditangkis oleh tangan baja Raksa.Wuussh ... Buuuk .... Duaarr ....Sebuah pukulan langsung didaratkan Raksa Wangsa ke dada Abimanyu saat celah pertahanannya terbuka yang menimbulkan ledakan kecil.Pedang terlepas dari tangan Abimanyu, sedangkan dirinya terdorong jauh ke belakang oleh tenaga pukulan geledek dari Raksa Wangsa."Uhuk ...!"Abimanyu terbatuk mengeluarkan darah dari mulutnya, menandakan kalau pukulan tangan geledek dari Raksa Wangsa tepat mengenai organ dalamnya."Kamu memang hebat ... Raksa Wangsa! Aku menyerah! Seharusnya aku melindungi keluargamu, bukannya menuruti perintah Bimasena!" kata Abimanyu sambil tersenyum.Raksa Wangsa terkejut mendengar pengakuan dari Abimanyu. tapi dia tidak bisa begitu percaya saja terhadap mulut manis Pendekar Pedang Setan ini."Jangan-jangan dia lagi melakukan muslihatnya yang terkenal
Sakya Kumara terbangun dengan sinar matahari terik yang masuk melalui celah dedaunan pohon-pohon di hutan, yang menyinari matanya membuat penglihatannya menjadi silau oleh cahaya matahari ini.Posisi Sakya Kumara saat ini dalam keadaan terduduk bersandar pada salah satu pepohonan besar di hutan ini. Matanya juga masih belum terbiasa dengan suasana terang akibat terik matahari ini.Pandangannya masih belum jelas akibat teriknya cahaya matahari yang masuk ke hutan melalui celah-celah dedaunan ini.“Aku di mana? Kenapa aku tidak berada di dalam rumah petani itu lagi?” Sakya merasa heran dengan kondisinya sekarang yang berada di dalam hutan belantara yang dia tidak tahu ada di mana.Badannya masih terasa lemas dan sakit di seluruh punggungnya. Kaki dan tangannya hampir tidak bisa digerakkan seakan tubuh manusia ini sudah mati. Sakya menyesali dirinya, kenapa harus masuk ke dalam tubuh manusia yang sepertinya sudah mati ini.Saat tertidur tadi, dia telah mendapatkan kembali sedikit ingatan
Setelah rasa sakit itu, Sakya Kumara tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai. Dia harus segera berangkat ke Kota Singkarak hanya dalam waktu tiga hari saja karena kemampuan Kirani hanya bisa membuat tubuh mati ini bergerak bebas selama itu. Jika dia gagal, maka butuh minimal empat hari lagi untuk membuatnya kembali segar bugar kembali.Rasa sakit yang luar biasa dirasakan Sakya Kumara saat energi Kirani memasuki seluruh tubuhnya. Tubuhnya terasa terbakar hingga hendak berteriak sekencang-kencangnya seperti tadi. Untung saja, hasilnya sepadan dengan yang didapatkannya. Sekarang, semua kekuatannya kembali lagi kepadanya walaupun hanya sementara waktu saja. Setidaknya, sampai Tabib Sakti Adheswara bisa menyembuhkan dirinya dengan mengembalikan tubuh aslinya di Dunia Mortal ini.Untung saja, kemampuan Kirani terbatas membangkitkannya saja. Bau busuk orang mati masih melekat di tubuh yang digunakan Sakya ini bisa dinetralisir, sehingga tidak menyebar keluar lagi. *****"Maaf, Sakya
Kota Singkarak merupakan salah satu kota di Dunia Mortal yang sangat padat penduduknya. Semua kegiatan perdagangan berlangsung terus menerus di kota ini tanpa henti seharian penuh. Jadi Kota Singkarak adalah kota yang hidup terus menerus. Jika malam tiba, pusat hiburan bertebaran di kota ini yang buka sampai pagi hari.Kota ini masih berada di gugusan pulau Nusantara yang merupakan gugusan pulau terpadat di Dunia Mortal. hampir semua penduduk Dunia Mortal memilih tinggal di gugusan pulau Nusantara yang serba lengkap dibandingkan gugusan pulau lainnya.Hampir semua penduduk Dunia Mortal terutama yang menghuni gugusan pulau Nusantara tinggal di sini."Ramai sekali kota ini, Sakya!" ujar Kirani. "Baiknya kamu beli pakaian ganti, karena badanmu sudah bau sekali!""Memangnya ada yang jual pakaian di kota ini? Setahuku pakaian itu kita buat sendiri!" ujar Sakya."Kalau di sini, kamu bisa beli pakaian dengan beberapa perak saja!" jelas Kirani.Kirani kemudian membawa Sakya ke salah satu pen
Setelah seharian menelusuri Kota Singkarak, akhirnya Sakya Kumara menemukan iblis bernama Thaxos yang bisa mengantarnya ke iblis juga yang mengetahui seluk beluk Kota Singkarak ini.“Kita sudah sampai!” ujar Thaxos saat mereka tiba di pinggiran kota dekat hutan yang jauh dari keramaian kota."Aku hanya lihat hutan saja, Thaxos! memangnya iblis ini tinggal di mana?" tanya Kirani."Ikuti saja aku ... dia tidak tinggal di dalam hutan tapi di bawah hutan!" jawab Thaxos."Maksudnya?" tanya Kirani lagi.Sakya tetap waspada, khawatir Thaxos menipunya karena mereka belum benar-benar kenal dengan iblis ini."Ikuti saja langkahku ... banyak jebakan di dalam hutan ini,jadi jangan sampai melangkah di luar langkah kakiku!" kata Thaxos memperingatkan Sakya dan Kirani."Kenapa mesti menaruh jebakan? Apa temanmu ini banyak diincar pendekar atau iblis?" tanya Sakya penasaran."Tidak begitu Pangeran ... hanya iuntuk berjaga-jaga saja dari perampok dan sejenisnya!' jelas Thaxos.Thaxos kemudian bergerak