Share

2. Pertolongan

Sakya Kumara telah sadar kembali, rasa sakit di tubuhnya sudah tidak sesakit sebelumnya bahkan bisa dikatakan mulai hilang.

Dia tidak tahu apa yang dilakukan ayah Kirani ini, tapi Sakya Kumara sangat berterima kasih padanya.

Berkat pertolongan dari keluarga petani ini, dia masih hidup sampai sekarang.

Matanya mulai bisa melihat lebih jelas, hanya saja memang tubuhnya yang masih lemah untuk bergerak membuatnya hanya bisa tidur diam saja.

Sakya Kumara masih mencoba mengingat-ingat masa lalunya. tapi tidak ada bayangan sama sekali yang membantunya untuk mengingat sipa dirinya selain namanya yang hanya dia kenal. Selebihnya dia tidak tahu sama sekali.

Tampak oleh Sakya Kumara seorang gadis cantik yang tersenyum padanya. Gadis remaja yang sangat cantik ini sedang menatap dirinya. Baru kali ini dia melihat sesuatu yang membuat hatinya terasa nyaman sekali. 

"Perasaan apa ini? Kenapa senyuman gadis ini sangat menenangkan hatinya?"

“Kamu sudah sadar? Siapa namamu? Aku Kirani Isvara,” katanya memperkenalkan diri.

“Aku Sakya Kumara,” jawab pemuda ini.

“Kamu sepertinya bukan berasal dari desa sekitar sini ya? Karena tidak mungkin ada warga desa lain yang bisa terdampar di persawahan terpencil seperti ini," ujar Kirani.

“Aku sepertinya berasal dari tempat yang jauh dari sini ya... Aku ada di mana?" tanya Sakya Kumara.

“Aku menemukanmu saat mengantar makanan untuk ayah di sawah," jelas Lastri.

“Sawah? Apa itu sawah?”tanya Sakya Kumara, yang pikirannya baru saja menemukan kata baru yang sama sekali tidak dikenalnya.

“Hihihi ... aku lupa kamu bukan berasal dari desa ini,” tawa gadis ini sambil memperlihatkan gigi putih kecilnya yang rapi.

Deg ...!

Hati Sakya Kumara berdegub kencang saat mendengar tawa Kirani yang terdengar sangat merdu olehnya.

“Tapi masa pemuda kota tidak mengetahui apa itu sawah sih?” tanya Kirani lagi.

“Aku juga tidak tahu kenapa aku lupa sama sekali tentang diriku selain namaku yang masih kuingat! Bahkan mungkin sekarang aku tidak akan mengenali diriku sendiri jika bisa melihatnya," ujar Sakya Kumara.

Kirani terdiam sejenak dan tiba-tiba tertawa lagi dengan suara tertawa khasnya yang tanpa malu-malu, membuat Sakya Kumara seakan menemukan gadis impiannya dan jatuh hati kepada gadis penolongnya ini.

“Kamu sedang bergurau atau memang otakmu mungkin sudah rusak,  Sakya Kumara,” kata Kirani yang benar-benar bingung dengan pemuda yang ditolongnya ini.

Kirani kemudian pergi meninggalkan kamar sejenak. Saat kembali lagi, gadis ini membawa sesuatu yang disodorkan kepada Sakya Kumara. Benda yang bentuknya bulat ini tampaknya berfungsi layaknya matanya karena apa terlihat oleh matanya terlihat juga jika menggunakan benda ini yang sepertinya menyimpan semua yang terlihat olehnya di dalam benda ini. Benda ini bernama cermin, dan keberadaan benda ini di dunia tempatnya terdampar ini masih menjadi misteri baginya karena baru pertama kali Sakya Kumara melihat benda ini.

“Ini lihat wajahmu sendiri ... sama diri sendiri kok lupa ... aneh sekali kamu," kata Kirani sambil menyodorkan cermin di depan wajah Sakya Kumara.

Betapa terkejutnya Sakya Kumara saat melihat wajahnya sendiri.

Tampak olehnya pemuda remaja yang tampan tapi wajahnya sama sekali asing baginya.

“Kenapa dengan wajahku? Kemana wajahku yang asli?” teriaknya dalam hati. Entah kenapa, Sakya Kumara merasakan kalau yang tampak di benda ajaib ini bukanlah dirinya yang sebenarnya.

“Bagaimana? Sudah puas mengagumi wajahmu sendiri?” tanya Kirani menggodanya.

Gadis ini jarang menemui orang lain selain ayahnya sendiri. Alasannya juga masih menjadi misteri dan belum jelas. Kenapa hanya mereka berdua yang tinggal di tempat terpencil yang dikellingi hutan, dan memiliki persawahan yang luas. Tapi tidak ada satupun warga desa yang tinggal di dekat mereka berdua. Hanya satu rumah saja yang terlihat di sepanjang hutan ini, yaitu rumah tempat Sakya berada saat ini dan terbaring lemah tidak berdaya.

Sakya Kumara tidak menjawab gurauan Kirani. Kejadian yang menimpanya membuatnya sulit berpikir jernih saat ini. Hatinya sangat kesal dan marah karena sekuat apapun dia berusaha mengingat apa yang sebenarnya terjadi, tetap saja tidak ada satu ingatanpun yang muncul.

“Kenapa aku merasakan kalau pemuda tampan yang aku lihat di benda aneh itu bukanlah diriku yang sebenarnya? Atau aku ini sebenarnya sudah benar-benar bingung dengan diriku sendiri sehingga diriku sendiri tidak bisa kukenal ini?”

Berbagai pertanyaan terus berkecamuk di dalam hati Sakya Kumara. Rasa panik mulai menyerangnya, karena dia juga tidak tahu siapa sebenarnya Kirani yang hanya tinggal bersama seseorang yang disebutnya Ayah ini.

Namun sepertinya dia tidak akan menemukan jawabannya sekarang. Berkata-kata saja dia sulit, apalagi harus menanyakan secara rinci kepada dua makhluk hidup yang baru dijumpainya ini, yang menolongnya tanpa pamrih.

Tapi benarkah demikian? Benarkah tidak ada tujuan tertentu dari gadis bernama Kirani ini dengan menolong Sakya Kumara? Apakah mereka hanya keluarga petani biasa saja, atau mereka berasal dari kalangan yang lebih tinggi, setingkat pendekar yang ingin dicapainya?

“Nanti saja aku baru mencari tahu apa yang sedang terjadi sebenarnya dengan diriku dan juga siapa sebenarnya keluarga petani misterius ini! Sekarang aku harus berusaha untuk menyembuhkan dahulu tubuhku yang lemah ini ... terlepas ini tubuhku atau bukan,” tekad Sakya Kumara dalam hatinya.

Sakya Kumara sangat berharap bisa memulihkan kekuatan tubuhnya seperti semula. Dia juga berharap keluarga petani ini bukanlah makhluk jahat yang akan memanfaatkan dirinya untuk tujuan mereka. 

"Ya, semoga..." ucapnya lirih.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Joe Parman
Seru bos ....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status