공유

Bab 5 : Pertemuan

작가: W. Soetisna
last update 최신 업데이트: 2023-11-06 16:13:46

Alisa dan Frenska membaca pesan yang dikirimkan melalui cincin Angkenya. Ternyata benar tebakan mereka. Itu adalah pesan misi yang disampaikan pada keduanya.

Perintah kepada Alisa Garbareva dari Kelas 2-F dan Frenska Albertovia dari kelas 2-F agar segera berkumpul di aula sekolah. Tertanda Ny. Rumia Firlidina.

Salah seorang guru telah memanggil mereka berdua untuk berkumpul di aula sekolah. Oleh karena itu, mereka pun harus menaati perintahnya. Keduanya lalu mengganti pakaian tidur mereka dan bergegas pergi ke aula.

Sesampainya di aula sekolah, terlihat ada 6 orang siswi yang sudah berkumpul di tempat itu, dan 3 diantaranya adalah senior mereka dari kelas 3-E yang terkenal arogan itu, yakni Sophie Alkatiri beserta dua temannya, Rinka Sukhova dan Jouiria Valderlia. Melihat kedatangan Alisa dan Frenska, ketiganya menatap mereka dengan sinis, apalagi setelah peristiwa tadi siang.

“Cih ..., kenapa dua bocah itu kemari?” gumam Sophie dengan suara pelan.

Tak lama berselang, sang pengirim pesan yang juga merupakan guru mereka, Rumia Firlidina muncul tepat di depan panggung layaknya angin. Perhatian kedelapan siswi langsung teralihkan pada sang guru.

“Selamat malam, anak-anakku.”

“Nyonya Rumia,” ucap seorang siswi

“Sebelumnya saya ingin meminta maaf karena memanggil kalian pada malam yang sejuk ini. Namun ada satu misi yang harus kalian laksanakan,” ujar sang guru.

“Misi?”

Rumia kembali melanjutkan penjelasannya.

“Sebagaimana dari hasil pengawasan radar kami, ada sejumlah pergerakan mencurigakan di sekitar Hutan Tovnik, 15 kilometer arah tenggara dari sini. Karena merupakan hal yang tak terlalu mendesak, saya hanya memerintahkan kalian saja untuk memeriksa daerah itu. Namun jika menemukan hal yang mencurigakan, segera laporkan kemari dan kami akan mengirimkan bantuan. Mengerti?”

“Siap, Nyonya Rumia.”

“Oke. Kalau begitu bergegaslah. Saya harap kalian bisa pulang dengan baik-baik saja.”

Para gadis penyihir pun berangkat menuju tempat yang dituju.

Tiga puluh menit berlalu. Tak terasa Alisa dan Frenska sudah sampai di wilayah Hutan Tovnik. Mereka berjalan di sebuah jalan tanah kecil yang memiliki dua persimpangan, satu jalan menuju perkampungan penduduk dan satu jalan lagi menuju reruntuhan bangunan kuno.

“Sejauh ini masih aman, tapi kita harus tetap waspada,” ucap Alisa kepada Frenska.

Yes,” jawabnya sambil mengeluarkan senjata miliknya yang berupa sebuah tongkat hijau yang ia beri nama ‘Green Elder’.

Semuanya tampak biasa saja, tidak ada yang aneh. Suara jangkrik di malam hari dan angin dingin berhembus menemani misi mereka. Tapi hal itu tak bertahan lama sampai sebuah pergerakan terlihat di depan mereka, atau lebih tepatnya dari balik semak-semak persimpangan itu. Keduanya lalu mempersiapkan senjata untuk bertarung, namun ternyata orang yang tak asing bagi mereka keluar dari semak-semak itu.

“Huh ..., bagaimana kalau kita selesaikan disini saja, Alisa Garbareva?”

Tiga orang gadis keluar dari semak-semak itu yang tak lain adalah senior mereka, Sophie Alkatiri, Rinka Sukhova, dan Jouiria Valderlia. Ketiganya menatap Alisa dan Frenska dengan tatapan sinis.

“Kak Sophie?”

“Aku masih belum bisa memaafkanmu soal yang tadi siang. Dan sekaranglah saatnya bagi kami untuk memberimu pelajaran.”

Sophie mengarahkan pedang miliknya pada Alisa dan Frenska. Sementara itu Rinka mengeluarkan sebuah tombak abu-abu dan Jouiria memanggil sepucuk senjata api berjenis shotgun.

“Tunggu Kak. Sekarang bukan saatnya kita bertarung,” Alisa berusaha menahan mereka.

“Dia benar. Tujuan kita di sini 'kan hanya untuk memeriksa daerah ini saja,” tambah Frenska.

“Diam kalian!! Aku akan beri kalian pelajaran karena telah mencari masalah dengan kami.”

Tak mengindahkan perkataan mereka berdua, Sophie langsung berlari ke arah Alisa dan Frenska untuk menyerang keduanya. Baik Alisa maupun Frenska, keduanya juga terpaksa mengambil posisi bertahan. Namun tanpa diduga, langkah kaki Sophie terhenti oleh hembusan angin yang aneh. Angin itu terasa lebih dingin dari biasanya.

“Cih, apalagi ini?” Sophie terkejut.

“Angin yang aneh. Apa jangan-jangan ...”

Belum sepenuhnya mereka sadar, angin dari arah selatan itu tiba-tiba bertiup kencang disertai kemunculan kabut asap yang sangat pekat. Kabut itu rupanya diciptakan oleh sihir air. Jarak pandang pun terhalang olehnya.

Dalam suasana yang mengejutkan tersebut, Alisa langsung melompat ke atas dahan pohon yang tinggi di belakangnya dan menutup kepalanya untuk menghindari kabut itu, khawatir kabut sihir tersebut mengandung racun berbahaya.

“Apa yang sebenarnya terjadi?” ia bertanya-tanya.

Pandangannya terfokus pada kabut tebal itu sebelum akhirnya dia menyadari sesuatu.

“Oh iya. Frenska?”

Kabut sihir itu perlahan menghilang dari permukaan tanah, namun Frenska beserta tiga seniornya itu menghilang entah ke mana.

“Hah? Hilang? Ke mana mereka?”

Alisa tampak kebingungan mencari rekannya. Dalam kondisi tersebut, kemampuan sensorik sihirnya mendeteksi musuh yang siap menyerangnya. Ia pun menengok ke berbagai arah.

“Di mana dia? Depan, kiri, kanan, belakang, bawah ...,”

Alisa mencari keberadaan musuh sebelum akhirnya menyadarinya.

“Atas!!”

Tepat saat dirinya menengadah ke langit, terlihat sesosok bayangan manusia yang menutupi sebagian purnama.

“Musuh!!”

Alisa sontak melompat dengan cepat dari dahan pohon itu sebelum sosok misterius tersebut menghantamnya hingga patah. Alisa bersiap melawan dengan belatinya. Diterangi cahaya bulan Folmane, wujud nyata dari sosok tersebut akhirnya terlihat.

Dia adalah seorang gadis dengan wajah tertutup jubah yang hampir sama seperti yang dipakai Alisa. Tangannya memegang sebuah pedang berukuran cukup besar menyerupai pisau daging dengan dua lubang kotak di bagian matanya. Kilatannya terlihat dari sinar rembulan. Dari penampilannya sudah dapat dipastikan bahwa dia merupakan seorang gadis penyihir Vitania.

“Siapa kau? Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Alisa dengan kondisi wajah yang tertutup jubah.

Gadis misterius itu sempat terkejut karena mendengar suara Alisa, seakan mendengar suara yang tak asing baginya. Tetapi dia tak terlalu menghiraukannya dan malah menyerang Alisa dengan pedang yang ia genggam. Adu senjata pun tak terhindarkan.

TRINGG TRINGG

Disaat ada peluang bagi Alisa untuk menyerang kakinya, dengan cepat gadis misterius itu melompat salto ke belakang. Posisi kedua tangannya terlihat seperti burung yang sedang terbang. Tidak salah lagi, itu adalah 'Teknik Angsa Langit Timur’, salah satu gaya ‘Dancing Art’ paling dikenal di Vitania.

Gadis misterius itu bertumpu pada batang pohon sebelum melesat untuk menyerang balik Alisa. Untungnya ia dengan cepat menyadari hal itu dan langsung menggunakan teknik bertarung tangan kosong istimewanya, ‘Tarian Angin Puyuh Musim Dingin’.

‘Dancing Art’ tersebut memanfaatkan angin yang dihasilkan dari serangan lawan untuk membuatnya berputar dan melancarkan serangan balik. Alisa pun berhasil menghindari serangannya dan menendang bagian punggung atas gadis itu hingga membuatnya terpental cukup jauh. Namun gaya bela dirinya tersebut belum sempurna sehingga Alisa sempat kehilangan keseimbangan.

“Uhh ...”

Seakan tak menyerah, gadis misterius itu bersiap untuk melancarkan serangan kembali. Namun kali ini dia menundukkan tubuhnya, mengambil ancang-ancang dengan kedua tangan memegang pedang di sebelah kirinya. Tubuhnya terlihat berada di atas genangan air. Dirinya lalu merapalkan sebuah mantra sebelum terdengar suara tetesan air. Sepertinya dia akan menggunakan teknik sihir.

“Ryst Silka!!”

Benar saja perkiraannya. Gadis misterius itu langsung melesat dengan cepat ke arah Alisa dengan memanfaatkan genangan air tersebut sebagai pegas. Alisa yang terkejut melihatnya langsung memutar belatinya dan mengarahkannya ke depan dengan telapak tangan kiri yang terbuka, sebelum dirinya merapalkan mantra penahan serangan.

“Vaia!!”

Sebuah tameng sihir yang terbuat dari pusaran angin sempat terbentuk sebelum gadis misterius itu menghantamnya. Karena serangannya cukup kuat, keduanya terpental jauh sampai penutup jubah mereka terlepas.

“Aghh ...”

Alisa terhempas ke belakang dan menghantam pohon di belakangnya. Untungnya hantaman tersebut tak terlalu berarti baginya. Ia masih bisa berdiri meskipun sedikit terpapah-papah seraya mendekati gadis misterius itu yang terhalang oleh debu akibat serangan tadi.

Gadis misterius itu tertunduk lelah akibat sihir yang diciptakan Alisa. Terlihat sedikit luka di pipinya. Debu pun perlahan menghilang tertiup angin dan membuat kepala sang gadis makin terlihat jelas.

“Kau?”

Alisa terkejut setelah ia melihat wujud aslinya. Gadis itu lalu menoleh ke arah Alisa. Wajahnya yang cantik nan dingin itu akhirnya terlihat dengan jelas. Mereka pun saling bertatap muka. Alisa terpaku melihat wajahnya. Mulutnya terbuka lebar dan hampir tak bisa berkata apa-apa.

“Flo?”

***

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Witha
cerita yang seru
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Catatan Penulis

    Pembaca yang terhormat, penulis ingin ucapkan banyak-banyak terima kasih karena telah mendukung penulis dengan membaca cerita "Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin" ini. Novel ini adalah cerita pertama yang penulis buat, sekaligus cerita pertama yang penulis selesaikan.Banyak sekali hal-hal menarik yang penulis temukan dan pikirkan selama menulis cerita ini, hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan salah satu bagian dari semesta Kaminaverse yang sedang penulis kembangkan.Iya. Kisah Alisa Garbareva dan Floria Fresilca dalam cerita "Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin" ini merupakan bagian kecil dari kisah para Hamu Kamina, umat manusia Planet Kamina yang dengan berbagai suka dukanya mengembangkan peradaban di planet ini.Kaminaverse merupakan sebuah dunia di mana para manusia menjalani kehidupannya yang penuh dengan dinamika, suka duka, pesta, hingga peperangan. Dan mereka akan terus berkembang sejalan dengan zaman dan issue yang juga berkembang di lingkungan masyarakatnya.Akhir kata

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 77 : Bersamamu, Selamanya

    Awan gelap mulai menutupi sinar Formalha, pertanda hujan akan turun di ibukota Sentralberg. Angin pun berhembus walau tak kencang.Sementara itu di pusat kota, suara ledakan, tembakan, hingga adu sihir sudah tak terdengar lagi. Menyerahnya Rocky Calais menjadi penanda bahwa operasi pembebasan itu telah selesai. Mereka semua sudah menang.Putri Inori menghampiri Rocky Calais yang sudah tertunduk lesu tanpa kedua tangannya. Cucu terakhir Sazali Fatir itu mengambil mahkota yang sudah berlumuran darah di samping pria tersebut.“Dengan ini semuanya sudah berakhir, Rocky Calais,” tegas Inori.Pria itu tak menanggapinya dan hanya tertunduk lesu.Angin pun berhenti berhembus. Suasana menjadi hening. Akan tetapi, teriakan seorang gadis tomboy tiba-tiba memecah kesunyian.“HEI, KAK ALISA!! KAK ALISA!!”Inori menoleh ke arah sumber suara. Terlihat seorang gadis penyihir dengan pakaian biru crop top dan celana pendek serta topi sailor putih berusaha membangunkan seorang gadis lain di depannya. Mel

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 76 : Penghakiman

    WUSHHPusaran angin yang sangat kencang itu tiba-tiba menghilang tanpa sebab. Lingkaran sihir yang sebelumnya berputar di udara juga lenyap tak bersisa. Kini yang terlihat hanyalah seorang Alisa Garbareva yang tengah mengangkat belatinya ke langit tanpa dikelilingi sihir apapun, serta Linne Helenawicz yang sedang memegangi kaki seniornya itu. Tak lama kemudian gadis Telhi itu menurunkan tangannya dan melepaskan belatinya. Mereka pun selamat.“Huh, syukurlah, aku berhasil,” ucap Linne sambil ngos-ngosan.Semua orang sontak terpaku, sebagiannya lagi menghela napas setelah peristiwa yang hampir meluluhlantakkan seluruh permukaan Planet Kamina itu nyaris terjadi.“Huff...”Putri Inori menghela napas dengan tangan di dada. Ia tak mampu berkata apapun melihat tindakan berani gadis tomboy itu.Suasana pun mendadak sunyi, akan tetapi kesunyian itu terhapus setelah dua orang mendobrak pintu bawah istana. Terlihat seorang pria berjas hitam dengan topi homburg yang ditemani seorang gadis penyihi

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 75 : Senyap

    Angin berhembus semakin kencang. Suara adu senjata hingga ledakan sihir masih terdengar di seantero ibukota Sentralberg. Namun tidak ada hal lain yang bisa dilakukan oleh seorang Alisa Garbareva. Gadis Telhi itu hanya tersimpuh dengan tatapan kosong. Di depannya terbaring kaku tubuh sahabatnya, Floria Fresilca yang sudah tak memiliki cincin Angke di jemarinya.Sementara itu di depannya berdiri seorang pria dengan gagah jumawa lengkap dengan pakaian kebesarannya. Dirinya tersenyum lebar seakan dia telah memenangkan pertarungan itu.“Keren sekali,” ujarnya.Tak lama kemudian dari pintu di belakang Alisa keluarlah sejumlah orang dengan berbagai senjata lengkap, para gadis penyihir dengan Posacca mereka serta sejumlah pemuda bersenjatakan Politia. Muncul juga seorang wanita muda yang merupakan pemimpin dari gerakan itu.“Rocky Calais.”Di samping wanita muda itu terlihat pula seorang gadis penyihir bersenjatakan pistol perak yang langsung menyahut begitu melihat dua orang yang tak asing b

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 74 : Sang Raja yang Serakah

    “Uhuk... uhuk...”Debu yang berterbangan dari reruntuhan itu membuat keduanya terbatuk-batuk. Kedua gadis itu terjatuh dari lantai atas akibat sebuah ledakan hingga terhempas ke lantai bawah. Namun untungnya mereka masih selamat.Perlahan debu pun menghilang dan mereka berdua bisa melihat apa yang sedang terjadi di sekitarnya.“Hah? Jadi ini...”Alisa dan Floria begitu tercengang melihat pertempuran besar yang sedang terjadi tepat di depan mata kepala mereka sendiri. Askar, Patrol, gadis penyihir, hingga masyarakat biasa, semuanya saling bersatu dalam pertarungan melawan para penjaga Sentralberg.Alisa menoleh ke berbagai arah. Terlihat beberapa orang saling bertarung dengan menggunakan senjata. Masyarakat biasa beserta Patrol dan Askar menggunakan Politia, sementara gadis penyihir dengan Posacca. Sementara itu di atas langit terlihat pula sihir perisai 'Skyoldir' yang mengurung mereka semua disana.Dirinya juga menoleh ke arah samping. Terlihat sejumlah orang yang tergeletak tak berda

  • Perjalanan Si Gadis Penyihir Angin   Bab 73 : Ruangan Sebelah

    Hawa dingin menembus kulit mereka berdua. Perlahan keduanya pun membuka mata.“Dimana ini?”Dua gadis itu mendapati diri mereka terbaring di atas lantai dalam sebuah ruangan yang dingin dan cukup gelap. Mereka menengok ke sekitar. Terlihat ada sejumlah peralatan aneh berwarna perak yang tersimpan di sebuah lemari berwarna putih.“Ini, laboratorium?”Alisa perlahan berusaha bangkit. Begitu pula dengan Floria yang juga terbaring di sampingnya. Mereka nampak masih kebingungan dengan apa yang terjadi, kenapa mereka bisa ada di tempat itu.“Ah, sial. Si Iskarius itu.”Flo sepertinya sudah menyadarinya.“Flo? Siapa?” Alisa bertanya-tanya apa maksud sang sahabat.“Iskarius, penasehat Gubernur Karelia itu. Dia ternyata mata-mata kerajaan pusat. Dan dia berhasil menculik kita ke tempat ini,” jelas Flo.“Oh begitu ya.”Alisa hanya bergeming mendengarnya.“Eh iya, ngomong-ngomong kita dimana?” tanya gadis Telhi itu lagi.Flo menggelengkan kepala.“Aku juga tidak tahu. Tapi sepertinya ini suatu t

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status