Share

Preman Berulah Lagi

Penulis: Falisha Ashia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-05 19:11:38

Rajendra tersenyum lembut. Ia mengerti betapa pentingnya aroma wangi bagi Kirana, apalagi sebagai seorang wanita yang selalu ingin tampil prima di hadapan suaminya.

"Ya, boleh. Ayo kita cari parfum terlebih dahulu. Aroma tubuhmu selalu wangi, Kirana, bahkan tanpa parfum sekalipun," Rajendra mengedipkan sebelah matanya, membuat Kirana tersipu.

Kirana memegang lengan Rajendra, menggandengnya erat, seolah tak ingin melepaskannya. "Yang Mulia memang yang terbaik!"

Akhirnya, rombongan mereka pun bergerak, mengikuti langkah Kirana yang bersemangat mencari penjual parfum. Rajendra berjalan di tengah, dengan Kirana di satu sisi dan Ranjani di sisi lain, sementara Tama, Surapati, dan prajurit lainnya membentuk barisan di sekeliling mereka, menjaga jarak, mata mereka awas mengamati setiap pergerakan di pasar.

Sepanjang perjalanan mereka masuk ke dalam pasar, mata para pedagang berbinar melihat rombongan Rajendra. Meskipun pakaian Rajendra dan istrinya sudah sedikit kusam akibat perjalanan panja
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Serbuk Tidur[?]

    Guntur, dengan mata terbelalak, segera menunduk dan mulai menghitung ulang dengan tergesa-gesa."Satu, dua, tiga ... delapan," gumam Guntur, suaranya tercekat. Ia mengangkat wajahnya, menatap Rajendra dengan ekspresi tak percaya yang sama dengan Sarta."Yang Mulia, benar-benar hanya delapan ekor! Bagaimana ini bisa terjadi?" Guntur panik.Sarta menggaruk kepalanya, kebingungan melukis jelas di wajahnya. "Oh iya, cuma delapan. Apakah sapinya lepas atau dicuri, Yang Mulia?"Rajendra mendengus, kesabarannya menipis. Cahaya rembulan yang samar-samar menerangi area itu memperlihatkan urat-urat menonjol di pelipisnya."Jangan banyak berpikir! Cepat cari keburu pencurinya jauh!" serunya, suaranya tajam dan penuh perintah, memecah keheningan malam yang mencekam.Sarta dan Guntur tidak membuang waktu sedetik pun. Mereka langsung bergerak, berlari tergesa-gesa ke arah belakang rumah, tempat jalan setapak yang sempit membentang.Jalan itu adalah salah satu jalur yang bisa menghindari pos keaman

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Menuju Puncak Bersama Ranjani

    Rajendra menoleh ke arah Ranjani, sebuah kerutan tipis di dahinya. "Entahlah, Ranjani. Aku terbangun tiba-tiba. Perasaanku tidak enak."Ranjani, melihat kekhawatiran di mata suaminya, segera bangun juga. Ia berdiri di samping Rajendra, tangannya menggapai dan menggenggam tangan hangat sang pangeran."Itu hanya perasaanmu saja, Yang Mulia," kata Ranjani, mencoba menenangkan. "mungkin bagian dari bunga tidurmu, mimpi buruk yang tak sempat terwujud.""Ya, aku berharap seperti itu," kata Rajendra, tatapannya beralih dari jendela ke wajah Ranjani.Cahaya rembulan yang menembus celah jendela menerangi paras cantik Ranjani, membuatnya tampak bagai bidadari.Mereka saling menatap, mata mereka bertemu dalam keheningan malam yang intim. Tatapan Rajendra begitu dalam, menyiratkan kekaguman dan gairah yang terpendam."Ranjani, kamu cantik sekali malam ini," puji Rajendra, suaranya rendah dan penuh kekaguman, seperti bisikan angin malam yang membelai lembut.Ranjani, yang biasanya pemalu dan cangg

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Terpukau Dengan Tinta Ajaib

    Suara deru kaki kuda dan ringkikan sapi memecah keheningan Desa Gunung Jaran. Rombongan yang membawa sapi akhirnya tiba, diiringi obor-obor yang menari-nari dalam gelap.Rajendra, yang telah menunggu di beranda rumahnya, segera melangkah keluar, wajahnya diterangi cahaya rembulan. Sepuluh ekor sapi terlihat gemuk dan sehat, napas mereka mengepul tipis di udara malam yang dingin.“Akhirnya kalian tiba!” seru Rajendra, suaranya dipenuhi kelegaan. “syukurlah kalian selamat sampai sini. Bagaimana perjalanan kalian? Apakah ada kesulitan di jalan tadi?”Rajendra menatap satu per satu wajah para pengikutnya, memastikan tidak ada tanda-tanda kelelahan atau masalah.Surapati, yang memimpin rombongan, maju selangkah. Senyum lebar terukir di wajahnya yang berkeringat.“Tidak ada kesulitan berarti, Yang Mulia. Jalanan lancar, dan kami bertemu dengan Aji dan Layung di tengah perjalanan. Jadi, kami bisa pulang bersama, membuat perjalanan terasa lebih ringan,” terang Surapati.Rajendra mengangguk-an

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Membuat Kapok

    Anugraha merasa Marwah Amukti Pener bernama Rajendra, seorang pedagang, atas ketidakbecusan Giriprana. Ini adalah noda yang tak termaafkan."Kamu tidak bisa melawannya? Tidak becus sekali! Sebagai Amukti Muda, kau seharusnya bisa mengatasi sampah rendahan seperti itu tanpa berkeringat!" geram sang Amukti Utama, nada suaranya penuh kekecewaan dan kemarahan. Ia merasa Giriprana telah mempermalukannya.Giriprana berusaha membela diri, suaranya bergetar. "Mohon ampun, Yang Mulia Amukti Utama! Bukan hamba tidak becus! Tapi orang itu ... dia benar-benar bukan orang biasa. Saya hanya membawa sedikit pengawal saat itu. Dan yang paling parah, pengawal terbaik saya, Kundala, pun harus kalah telak di tangannya! Kekuatannya tak terduga, Yang Mulia. Saya tidak punya pilihan lain selain kembali ke kerajaan untuk melapor dan menyusun strategi baru."Ia melanjutkan, nadanya kembali penuh semangat, mencoba mendapatkan kembali kepercayaan Prabu Anugraha. "Oleh sebab itu, sekarang saya menghadap Yang Mu

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Amukti Utama

    "Tidak. Aku harus bertanya kepada Asmaran dulu," jawab Rajendra. "Sebab dia memiliki luka hebat di masa lalu yang membuatnya trauma. Aku tidak ingin memaksanya jika dia belum siap. Pertemuan seperti ini bisa jadi pedang bermata dua baginya.""Jadi, apakah Asmaran mau bertemu?" tanya Arwan, penasaran. Ia tahu betapa tertutupnya Asmaran selama ini."Ya, dia mau setelah aku bujuk," kata Rajendra, senyum tipis terukir di bibirnya. "dia memang sangat merindukan Brajadipa. Besok orangku akan memberikan kabar kepada Juragan Brajadipa. Dan mungkin saja, jika tidak ada halangan, mereka akan bertemu di hari yang sama."***Sementara itu, jauh di pusat kerajaan, di istana megah Kerajaan Angkara, suasana malam tidak membawa kedamaian.Di sebuah ruangan pribadi yang megah, remang-remang diterangi oleh obor minyak, Amukti Muda Giriprana menghadap kepada Amukti Utama.Amukti Utama, seorang pria yang sudah paruh baya namun memiliki wibawa yang sangat kuat, duduk di kursi kebesarannya. Nama aslinya ad

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Strategi Arwan

    Arwan tersenyum tipis, sorot matanya menunjukkan kepercayaan diri yang tinggi. Ia mengambil sepotong roti manis madu yang hangat dari piring di meja rendah, menggigitnya pelan sebelum mulai berbicara."Begini, Yang Mulia," kata Arwan, "saya tidak akan menanggung semua upah itu sendirian, meskipun secara pribadi saya sanggup. Namun, itu tidak akan efisien dan akan membuat saya kesulitan dalam jangka panjang.”Ia melanjutkan, "Saya akan mengajak para saudagar besar di Desa Gunung Jaran ini untuk menyumbang. Mereka melihat potensi besar di kerajaan baru ini, Yang Mulia. Mereka tahu investasi di sini berarti keuntungan berlipat di masa depan."Arwan menghela napas, lalu melanjutkan dengan senyum bangga. "Dan saya punya kabar baik! Saat ini, Juragan Manadipa telah setuju untuk membantu. Beliau sangat antusias setelah saya menjelaskan visi Yang Mulia. Untuk awal, beliau akan memberikan sepuluh Orun sebagai sumbangan dana pembangunan."“Dan beliau berjanji akan memberikan lagi, lebih banyak,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status