Share

Seperti Tabib Dewa

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-06-04 20:28:36

Guntur terbaring di tanah, bahunya robek, napasnya pendek-pendek, dan tubuhnya mulai dingin. Darah segar terus merembes, membasahi tanah hutan. Kekuatan fisiknya, yang selama ini menjadi andalan, kini tak berdaya menghadapi luka yang dalam.

Rajendra segera berlutut di sampingnya. Tangannya memeriksa luka itu dengan tenang, tanpa ada sedikit pun rasa jijik atau gentar melihat darah. Sorot matanya tajam, fokus, tak goyah sedikit pun oleh darah yang menetes dari tubuh bawahannya itu.

"Aku butuh Daun Seribu, Getah Pohon Mur, dan Akar Kunir," ucap Rajendra, suaranya tenang namun jelas, mengarahkan pandangannya ke prajurit lain.

Beberapa prajurit saling pandang, bingung. Nama-nama tanaman itu tidak asing, namun mereka tak tahu persis wujudnya atau di mana menemukannya.

"Maksudnya, daun, getah, dan akar, apa Yang Mulia? Yang seperti apa?" tanya Tama, mewakili kebingungan mereka.

Rajendra menoleh, ekspresinya serius. "Aku melihat semuanya saat berjalan ke sini. Semuanya tumbuh liar di sepanja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Aku Berbeda!

    Dahana berdiri angkuh di tengah gudang beras, matanya menyapu para prajurit Rajendra dengan tatapan meremehkan.“Kalian selanjutnya," kata Dahana, suaranya dipenuhi ejekan. "Ayo maju, prajurit rendahan. Rasakan kekuatan sejati!"Tama adalah orang pertama yang tidak bisa menahan diri. Melihat pangerannya tergeletak tak berdaya, dan mendengar kata-kata Dahana yang begitu menghina, darahnya mendidih.Tama melangkah maju, pedang di tangannya terhunus, matanya menyala."Jangan karena kamu bisa mengalahkan Pangeran Rajendra, kamu berpikir telah menang," kata Tama, suaranya bergetar menahan amarah. "aku akan memberikanmu tamparan kenyataan kalau kamu tidak ada apa-apanya!"Namun, baru saja Tama menutup mulutnya, Dahana telah menghilang dan muncul lagi di depan wajahnya. Kecepatannya sungguh mengerikan. Sebuah serangan kilat dilakukan, pukulan yang nyaris tak terlihat, dan mengenai Tama dengan telak di dada.BUUUHG!Tama terpelanting ke belakang, tubuhnya menghantam tiang kayu dengan keras, r

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Kekuatan Dahana Yang Mengagumkan

    Sangat aneh ketika seorang Rajendra dikenali oleh orang lain di luar Kerajaan Bharaloka, apalagi sampai tahu gelarnya sebagai pangeran. Bahkan di dalam wilayah kerajaan Bharaloka sendiri, banyak rakyat biasa yang tidak mengenali wajah Rajendra. Mereka hanya mengenal cerita-cerita buruk tentang "Pangeran Rajendra si pecinta wanita" yang bahkan tidak segan merebut istri orang dan membunuh suaminya.Reputasi itu adalah duri yang selalu menusuk hati Raka, jiwa yang kini mendiami tubuh Rajendra."Aku bahkan mengenal semua kebusukanmu, Pangeran," kata Dahana, seringai dingin terukir di bibirnya yang tersembunyi.Nada bicaranya penuh dengan penghinaan dan ejekan, seolah ia adalah hakim yang tahu setiap noda dalam hidup Rajendra.Dahana tahu, Rajendra saat ini tidak memiliki kekuatan politik atau militer apa pun karena jauh dari kerajaannya. Dan dia juga tidak memiliki cukup pasukan untuk bisa mengalahkannya karena kerajaannya sudah dikudeta.Di matanya saat ini, Rajendra hanyalah harimau omp

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Dahana Mengenali Rajendra

    Arwan, Kepala Desa yang terikat kuat di tiang, tidak menyerah untuk tetap hidup. Di tengah keputusasaannya, otaknya berputar cepat, mencari celah, secercah harapan. Ia harus bernegosiasi lagi, meskipun nyawanya berada di ujung tanduk."Sungguh, aku tidak punya uang sebanyak itu, Tuan!" kata Arwan, suaranya bergetar, namun ada sedikit ketegasan di dalamnya. "jika kamu mau dua Orun, aku akan berikan! Dua Orun adalah jumlah yang sangat besar bagiku dan itu setara dengan seluruh harta yang kupunya!"PLAAAK!Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Arwan, meninggalkan jejak merah yang langsung membengkak. Kepala Desa itu tersentak, rasa perih menjalar di seluruh wajahnya."Jangan macam-macam denganku!" Dahana menggeram, matanya menyala dalam kegelapan.Dahana marah karena merasa diremehkan oleh tawaran Arwan yang jauh di bawah permintaannya. Bagi Dahana, angka dua Orun itu adalah sebuah penghinaan.“Nyawamu ada di tanganku sekarang ini! Jangan kau coba bermain-main dengan kesabaranku!" geram

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Rencana Licik Dahana

    Rajendra menatap lekat-lekat wajah pria yang cadarnya baru saja ia singkap. Dahi Rajendra berkerut dalam, ia berusaha keras mengingat. Para pasukannya, Surapati, Tama, Layung, dan Banyu, juga mendekat, mencoba mengamati wajah itu."Aku seperti tidak asing dengan pria ini..." gumam Rajendra lagi, suaranya pelan, seolah berbicara pada dirinya sendiri.Tiba-tiba, mata Tama melebar. Ia menunjuk ke arah pria itu dengan jari telunjuk. "Oh iya, dia! Dia adalah anak buahnya Suryakusuma, Yang Mulia!"Seketika itu juga, rahang Rajendra mengeras. Matanya memancarkan kemarahan yang membara. Ia mengepalkan tangannya dengan sangat keras, buku-buku jarinya memutih. Amarah yang selama ini ia pendam terhadap Suryakusuma, kini meledak."Dia memang benar-benar keterlaluan!" geram Layung, nada suaranya dipenuhi kebencian. "berani-beraninya menyerang kita!"Surapati, dengan pengalaman hidupnya yang panjang, menyadari implikasi dari penemuan ini. Ia menatap Rajendra dengan serius."Yang Mulia, apakah ini b

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Seperti Tabib Dewa

    Guntur terbaring di tanah, bahunya robek, napasnya pendek-pendek, dan tubuhnya mulai dingin. Darah segar terus merembes, membasahi tanah hutan. Kekuatan fisiknya, yang selama ini menjadi andalan, kini tak berdaya menghadapi luka yang dalam.Rajendra segera berlutut di sampingnya. Tangannya memeriksa luka itu dengan tenang, tanpa ada sedikit pun rasa jijik atau gentar melihat darah. Sorot matanya tajam, fokus, tak goyah sedikit pun oleh darah yang menetes dari tubuh bawahannya itu."Aku butuh Daun Seribu, Getah Pohon Mur, dan Akar Kunir," ucap Rajendra, suaranya tenang namun jelas, mengarahkan pandangannya ke prajurit lain.Beberapa prajurit saling pandang, bingung. Nama-nama tanaman itu tidak asing, namun mereka tak tahu persis wujudnya atau di mana menemukannya."Maksudnya, daun, getah, dan akar, apa Yang Mulia? Yang seperti apa?" tanya Tama, mewakili kebingungan mereka.Rajendra menoleh, ekspresinya serius. "Aku melihat semuanya saat berjalan ke sini. Semuanya tumbuh liar di sepanja

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Pertarungan Melawan Para Penghalang

    Ketiga orang misterius itu, dengan penutup wajah yang menyembunyikan identitas mereka, langsung bersiap. Aura berbahaya terpancar kuat dari tubuh mereka. Mereka memasang kuda-kuda kokoh, sorot mata yang terlihat dari celah cadar begitu tajam, memancarkan niat membunuh yang tak terbantahkan. Mereka adalah prajurit terlatih, atau mungkin, lebih dari itu.Seorang pria, yang tampaknya menjadi pemimpin mereka dan mengenakan pedang panjang di punggungnya, melangkah maju.Suara pria itu serak dan dingin, "Jangan berpikir kamu akan menang. Kami bukanlah orang sembarangan. Sudah puluhan orang mati di tangan kami. Kau hanyalah penguasa desa yang lemah, tak lebih."Rajendra menyeringai. Senyum tipis yang penuh percaya diri, bahkan sedikit ejekan, muncul di bibirnya. Dia tidak butuh omong kosong seperti itu. Di dunia modern, hal seperti ini disebut "pep talk" untuk menakuti lawan, tapi bagi Rajendra, itu hanya buang-buang waktu."Aku berikan kesempatan terakhir untuk kalian menyerah," ucap Rajend

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status