Share

Teknologi Maju[?]

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-12 19:56:17

Suryakusuma dan ketujuh anak buahnya tampak bersiap dengan senjata masing-masing. Wajah mereka tegang, mencerminkan campuran antara rasa takut dan kewaspadaan.

“Kalian semua,” bisik Suryakusuma kepada anak buahnya dengan nada memerintah, “jaga aku baik-baik. Perhatikan setiap gerakan dari Rajendra dan anak buahnya itu. Jangan sampai mereka berbuat licik dan mencelakaiku.”

“Siap, Juragan!” jawab serempak ketujuh anak buahnya dengan anggukan mantap.

Di sisi lain, Tama dan kelima pengikut Rajendra yang baru saja kembali dari tugas jaga malam tampak bersemangat. Mereka menghampiri Rajendra dengan tekad bulat.

“Yang Mulia,” kata Tama dengan suara bergetar menahan amarah, “biarkan saya ikut serta. Saya ingin melihat dengan mata kepala sendiri orang yang telah meneror desa ini dan membuat Dipa ketakutan. Saya tidak terima jika ada anggota pasukan kita yang diperlakukan seperti ini.”

Mendengar keberanian Tama, keempat pengikut Rajendra lainnya pun ikut menyuarakan keinginan mereka untuk ikut
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Taruhan Menarik

    Suryakusuma mendekati anak panah yang tertancap di pohon dengan langkah ragu. Matanya memicing, mencoba memahami keanehan benda itu.“Apa maksudnya dengan anak panah besi ini, Pangeran?” tanya Suryakusuma dengan nada bingung.“Tidak ada yang perlu dipikirkan, Juragan,” jawab Rajendra dengan singkat. “lebih baik kita segera mencari keberadaan orang yang telah melakukan semua ini.”Tanpa menunggu jawaban Suryakusuma, Rajendra langsung melangkahkan kakinya, diikuti oleh Tama dan para pengikutnya yang lain. Suryakusuma dan anak buahnya mau tidak mau mengikuti dari belakang.Rajendra terus mengikuti jejak kaki kecil yang terlihat samar di tanah hutan. Jejak itu membawanya hingga ke tepi sebuah lembah yang cukup curam, tempat di mana semalam sosok bertopeng itu menghilang.“Di mana orang itu, Rajendra? Ini sudah di ujung hutan,” tanya Suryakusuma dengan nada tinggi dan penuh keraguan.Rajendra tidak menjawab. Ia sibuk mengamati sekeliling, mencari tanda-tanda ke mana sosok itu mungkin melar

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Teknologi Maju[?]

    Suryakusuma dan ketujuh anak buahnya tampak bersiap dengan senjata masing-masing. Wajah mereka tegang, mencerminkan campuran antara rasa takut dan kewaspadaan.“Kalian semua,” bisik Suryakusuma kepada anak buahnya dengan nada memerintah, “jaga aku baik-baik. Perhatikan setiap gerakan dari Rajendra dan anak buahnya itu. Jangan sampai mereka berbuat licik dan mencelakaiku.”“Siap, Juragan!” jawab serempak ketujuh anak buahnya dengan anggukan mantap.Di sisi lain, Tama dan kelima pengikut Rajendra yang baru saja kembali dari tugas jaga malam tampak bersemangat. Mereka menghampiri Rajendra dengan tekad bulat.“Yang Mulia,” kata Tama dengan suara bergetar menahan amarah, “biarkan saya ikut serta. Saya ingin melihat dengan mata kepala sendiri orang yang telah meneror desa ini dan membuat Dipa ketakutan. Saya tidak terima jika ada anggota pasukan kita yang diperlakukan seperti ini.”Mendengar keberanian Tama, keempat pengikut Rajendra lainnya pun ikut menyuarakan keinginan mereka untuk ikut

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Pembuktian

    Tak lama kemudian, terlihatlah Kepala Desa Arwan berjalan tergesa-gesa menuju kerumunan warga, dengan wajah yang menunjukkan keterkejutan dan kekhawatiran.“Tenang! Tenang semuanya!” seru Kepala Desa Arwan dengan suara lantang, berusaha menenangkan warga yang mulai riuh rendah. “ada apa ini? Kenapa pagi-pagi sudah berkumpul dengan suasana tegang seperti ini?”Suryakusuma segera menghampiri Kepala Desa Arwan dengan nada mendesak. “Kepala Desa Arwan! Syukurlah Anda datang! Pangeran Rajendra ini telah membawa malapetaka ke desa kita! Karena dia membawa masuk orang yang menebang bambu keramat, Rorok Latar kembali meneror!”Kepala Desa Arwan menatap Suryakusuma dengan bingung, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Rajendra. “Rajendra, apa yang sebenarnya terjadi? Rorok Latar itu bagaimana?.”Rajendra menghela napas sebelum menjawab dengan tenang. “Kepala Desa, seperti yang Juragan Suryakusuma katakan, memang benar ada teror yang terjadi. Namun, saya yakin sosok yang meneror itu bukanlah Ro

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Pengusiran

    “Ada apa ini, Juragan Suryakusuma? Kenapa kalian berkumpul dan berteriak-teriak di depan rumah Pangeran Rajendra sepagi ini?” tanya Surapati dengan nada bingung bercampur tegas.Ia baru saja keluar rumah setelah mendengar kegaduhan di luar.Suryakusuma menunjuk ke arah rumah Rajendra dengan jari telunjuknya yang gemetar karena marah. “Kalian! Rajendra inilah biang keladinya! Dia yang bertanggung jawab karena telah membawa Rorok Latar kembali meneror desa kita!”Mendengar teriakan Suryakusuma, satu per satu warga yang penasaran dan terbangun oleh keributan mulai keluar dari rumah mereka, berkumpul di sekitar rumah Rajendra.Suasana pagi yang seharusnya tenang kini dipenuhi dengan ketegangan dan rasa ingin tahu.Rajendra menatap Suryakusuma dan rombongannya dengan tenang.“Juragan Suryakusuma, ada apa sebenarnya? Kenapa Anda dan warga berkumpul di sini dengan nada penuh amarah seperti ini?” tanya Rajendra dengan suara datar namun berwibawa.“Jangan pura-pura tidak tahu, kau!” bentak Sur

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Kebaikan Rajendra

    Ranjani dan para pengikut Rajendra yang lain masih diliputi kekhawatiran mendalam mengenai sosok Rorok Latar yang dianggap sebagai makhluk bambu keramat.Mereka merasa was-was dengan keputusan Rajendra untuk membawa Dipa masuk kembali ke dalam rumah. Ketakutan membayangi benak mereka, khawatir Rorok Latar akan kembali meneror dan bahkan mencelakai mereka semua.“Ya, bawa Dipa masuk. Aku sudah bilang, sosok itu adalah manusia, bukan Rorok Latar sungguhan,” kata Rajendra dengan nada tegas, berusaha meyakinkan mereka.Kirana yang masih ragu mencoba menyanggah, “Tapi, Yang Mulia —”“Tidak ada tapi-tapian, Kirana. Aku ingin dia masuk. Jika dia terus berada di belakang rumah sendirian dalam kegelapan, aku khawatir mentalnya akan semakin tertekan dan rusak karena ketakutannya,” potong Rajendra dengan nada penuh pertimbangan.Banyu tanpa menunggu perintah lebih lanjut segera bergerak menuju pintu dapur. Ia membukanya dan mendapati Dipa sedang meringkuk di pojokan ruangan dengan wajah pucat pa

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Mengelus Kejantanan

    Rajendra menghela napas panjang, mengurungkan niat untuk terus mengejar sosok yang meniru Rorok Latar.Kegelapan hutan yang semakin pekat dan medan yang tidak ia kenali membuatnya sadar bahwa ia bisa tersesat jika terus memaksakan diri. Ia pun memutuskan untuk kembali pulang, meskipun rasa penasaran dan geram masih membayangi benaknya.Namun, saat ia berbalik untuk mencari jalan pulang, ia menyadari bahwa ia terlalu fokus mengejar sosok bertopeng tadi hingga tidak memperhatikan arah jalan. Kegelapan hutan dan pepohonan yang tampak serupa membuatnya kesulitan menentukan arah kembali. Ia meraba-raba dalam kegelapan, mencoba mengingat jalur yang ia lewati tadi.Sementara itu, di pos keamanan sederhana yang baru selesai dibangun, Tama, Sarta, dan beberapa pengikut lainnya masih terjaga dan berbincang-bincang. Mereka tampak segar dan belum memutuskan siapa yang akan memulai jaga malam pertama. Suasana akrab dan sedikit canda tawa menghiasi malam itu.Tiba-tiba, saat mereka sedang asyik me

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Rorok Latar

    Surapati menatap Rajendra dengan sorot mata serius, seolah hendak menyampaikan sebuah rahasia kelam yang telah lama terpendam. “Dulu sekali, Yang Mulia, ada seorang wanita yang tinggal di dekat hutan bambu itu. Namanya Nyi Rorok. Dia adalah seorang pemain seruling yang dianggap aneh oleh penduduk desa. Konon, ia sering melakukan hal-hal ganjil dan berbicara sendiri di tengah hutan,”“Suatu ketika, karena dianggap membawa kesialan dan dituduh sebagai penyihir, Nyi Rorok ditangkap oleh warga desa yang ketakutan. Tanpa belas kasihan, mereka membakarnya hidup-hidup di dekat rumpun bambu itu,”“Namun sebelum api melahapnya, Nyi Rorok mengutuk dengan penuh amarah, ‘Siapa pun yang berani menebang bambu ini tanpa restu darah, akan dikejar oleh kepala ayam pembawa kematian!’” Surapati bercerita dengan nada getir,Mendengar kisah mengerikan itu, Dipa langsung histeris. Tubuhnya gemetar hebat, air mata mengalir deras di pipinya. Pria yang gagah berani di medan perang itu kini tampak seperti ana

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Teror Kepala Ayam

    Saat suara seruling yang semakin dekat itu menusuk ke dalam sunyinya malam, ketiga pengikut Rajendra yang sedang berjalan menuju pos keamanan membeku di tempat mereka berdiri. Rasa takut yang tadinya sedikit mereda kini kembali mencengkeram hati mereka dengan kuat.“A-apa itu hantu bambu?” tanya Banyu dengan suara bergetar, matanya memandang nanar ke arah kegelapan di depan mereka.Kedua temannya tidak menjawab. Wajah mereka pun terlihat pucat pasi, dilanda ketakutan yang sama.Suara seruling kembali terdengar, kali ini jauh lebih dekat, membuat suasana malam semakin mencekam dan mencekam.Tiba-tiba, terlihat ada pergerakan di kegelapan di depan mereka. Sosok itu terlihat mendekat dengan cepat.“Ayo … ayo kita kembali!” seru Banyu panik, berbalik badan untuk melarikan diri.Namun, belum sempat mereka membalikkan badan sepenuhnya, terlihatlah dua sosok yang berlari ke arah mereka dengan kecepatan yang sama. Mereka tampak seperti sedang dikejar oleh sesuatu yang menakutkan.“Sarta?” Ban

  • Perjalanan Waktu: Gairah Liar Para Selir!   Roti Manis

    Untuk menjaga keamanan desa malam itu, Rajendra menunjuk enam orang pengikutnya untuk berjaga secara bergilir. Ia sendiri memilih untuk tidak ikut berjaga. Kekhawatiran akan kondisi kedua istrinya yang tampak ketakutan membuatnya ingin segera pulang dan memastikan mereka baik-baik saja.Rajendra kembali ke rumah bersama Banyu dan dua orang pengikut lainnya. Mereka akan berjaga besok pagi sampai sore hari.Sesampainya di rumah, Rajendra disambut oleh Ranjani dan Kirana dengan tatapan mata yang penuh tanda tanya dan kecemasan.“Yang Mulia, apa yang terjadi?” sapa Ranjani dengan nada sedikit tegang.Rajendra tidak langsung menjawab. Dia merasakan aura ketakutan yang menyelimuti rumahnya.“Aku takut, Yang Mulia,” lirih Kirana sambil memeluk lengan Rajendra erat-erat.Rajendra mengusap lembut kepala Kirana dan juga Ranjani secara bergantian. “Tidak ada apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja. Kalian tidak perlu khawatir.”“Bagaimana bisa baik-baik saja, Yang Mulia? Bambu keramat itu telah di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status