Share

Bab5. Ulang tahun nenek

Ternyata, Maheswari telah merencanakan untuk menggantikan acara ulang tahun nenek dengan pertunangan Aryan dan Eira. Bahkan nenek pun sudah mengetahuinya.

"Apa ini tidak terlalu membebani Eira? Walau bagaimana pun, dia belum memberi persetujuan pada sebuah pertunangan," ujar Aryan saat mereka sedang berbicara di ruang kerja sang ayah setelah makan malam. Dia berusaha menghindar dari acara dadakan yang direncanakan oleh kedua orang tuanya.

"Kalau dia tahu, itu namanya bukan kejutan dong?" jawab Maheswari sigap. "Lagi pulan, apa kamu tidak kasihan pada ibumu ini yang sudah sangat ingin menggendong cucu?"

Aryan menghembuskan napas pelan, pundaknya tampak turun kala melihat wajah memelas Maheswari. Tenyata bukan pertunangan yang akan terjadi besaok, tetapi lamaran untuk Eira di tengah acara ulang tahun nenek.

"Bukankah kalian sudah cocok?" Edrik yang sejak tadi hanya memperhatikan mulai membuka suara.

Aryan mengangguk.

"Kalau begitu, sekarang atau nanti apa bedanya?" tanya Edrik lagi.

Aryan kehilangan kata-kata untuk berkelit, Kini dirinya hanya bisa pasrah pada rencana ibu dan ayahnya yang begitu mengejutkan. Dia hanya terdiam sambil memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba saja terasa berdenyut. Ini sama sekali tidak sesuai seperti yang dia bayangkan.

***

Esok harinya, keluarga besar sudah mulai berdatangan sebagai tamu acara ulang tahun nenek. Tak ada sama sekali yang diberi tahu lebih dulu tentang rencana lamaran Aryan pada EIra.

Acara ulang tahun nenek dilaksanakan setelah semua tamu yang merupakan sanak saudara dan keluarga telah hadir. Seiring semakin banyaknya tamu, Eira pun mulai menjadi pusat perhatian, mengingat ini baru pertama kalinya Aryan menggandeng perempuan lagi setelah kejadian dua tahun lalu.

"Tetap berada di sampingku dan jangan asal bicara," peringat Aryan pada Eira, saat mereka mulai bergabung dengan sanak keluarga.

Eira mengangguk sebagai jawaban. Berada di tengah acara keluarga besar seperti ini cukup mengingatkannya akan kehidupannya yang dahulu, ketika kedua orang tuanya masih hidup.

Cukup banyak yang menyapa Aryan dan Eira, mereka sempat berbincang beberapa saat sambil menunggu acara puncak berlangsung. Namun, semakin lama Eira berada di tengah keluarga Aryan, semakin dia tahu bagaimana sikap mereka pada laki-laki itu.

"Aku rasa mereka tidak terlalu menyukai Bapak?" gumam Eira yang sudah tak bisa lagi menahan rasa penasarannya.

"Saya tidak pernah bilang kalau keluarga ini harmonis," jawab Aryan seperti biasanya.

Eira mendengus samar melihat wajah Aryan yang masih saja datar. 'Kalau kayak gini terus mana ada yang percaya kalau kita berdua adalah pasangan.'

Beberapa saat kemudian, Eira sudah bersama dengan Maheswari untuk diperkenalkan pada sanak sudara. Namun, kegiatan itu harus terhenti kala seorang wanita paruh baya menghampiri mereka.

"Wah, siapa ini? Kok aku belum pernah lihat?"

Seorang wanita paruh baya menghampiri Eira dan Maheswari dengan gaya berjalan yang sangat elegan dan pakaian bermerekanya. Dia tampak menatap remeh keberadaan Eira.

"Ini Eira, calon mantuku, Mba" jawab Maheswari sambil tersenyum ramah. Dia mengusap pelan pundak Eira sambil melanjutkan ucapannya. "Perkenalkan, ini Herlita, bibi Aryan."

"Halo tante," sapa Eira sambil tersenyum ramah.

Herlita hanya mengangguk sebagai jawaban, tanpa mau menjabat tangan Eira. Dia memperhatikan penampilan Eira yang menggunakan gaun berwarna biru laut yang sudah disiapkan oleh Maheswari sebelumnya.

"Jadi ini calon istrinya Aryan?" Herlita berkata sinis sambil melirik kilas Eira, lalu melanjutkan. "Syukurlah, kalau Aryan sudah bisa melupakan Alderia. Tapi, bagaimana ya, nanti perasaaan Mba Asih, kalau tahu Aryan sudah bahagia setelah kejadian dua tahun lalu?"

Kerutan di kening Eira terlihat samar, kala dia melihat raut wajah Maheswari yang tampak tegang, saat mendengar ucapan Herlita. 'Apa yang terjadi dua tahun lalu?'

"Apa lagi kalau sampai dia tahu bagaimana penampilan calon istri Aryan ini," sambung Herlita sambil menatap hina penampilan Eira dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Berbeda jauh banget dari Alderia yang seorang selebgram terkenal--" Herlita terus mencecar Eira dengan berbagai pertanyaan sebagai perbandingan dengan Alderia.

Eira mengepalkan tangannya, dia sudah cukup geram mendengar semua perkataan julit dari Herlita. Jika saja ini bukan acara keluarga Aryan, sudah pasti dia akan melawan mulut pedas Herlita.

Maheswari yang mengetahui perubahan wajah calon mantunya, mencoba untuk meredam kemarahan dengan cara menggengam tangan Eira. Bergerak satu langkah ke depan sambil menatap lurus wajah Herlita.

"Sudahlah, Alderia hanyalah masa lalu Aryan. Sepertinya tidak pantas kalau kamu membahasnya di hari bahagia Ibu?"

"Aku hanya berbicara kenyataan, kenapa Mba sewot begitu? Dia juga baik-baik saja tuh" sinis Herlita.

'Sialan nih emak-emak. Kayaknya dia kebanyakan makan pare deh, mulutnya pait banget!' Eira membatin.

"Lagi pula, apa Mba tidak berfikir, bagaimana berita di luar sana kalau sampai mereka tahu jika Aryan menikahi gadis sederhana seperti ini?" Herlita masih terus mencibir Eira. Dia melanjutkan. "Aku dengar, bahkan kedua orang tuanya sudah meninggal dan sekarang kakaknya juga sedang dirawat di rumah sakit."

Eira mengepalkan tangannya, menahan gemuruh amarah di dalam dada. Sungguh, dia tidak bisa lagi menahan kesabarannya.

Sementara itu, di sisi lainnya Aryan yang sedang berbincang dengan beberapa orang keluarga tampak mencuri pandang pada Eira. Namun, kerutan di keningnya tampak terlihat kala telinganya samar mendengar percakapan ibu dan bibinya.

"Saya permisi dulu," pamitnya sambil beranjak berjalan menghampiri Eira.

"Apa salahnya dengan Eira? Pasanganku adalah pilihanku sendiri, urusanku sendiri. Saya tidak pernah perduli dengan ucapan orang lain." Aryan tiba-tiba datang sambil menarik pinggang Eira ke dalam dekapannya.

"Lagi pula, saya tidak butuh wanita sempurna. Karena, EIra Zafran sudah cukup untuk menjadi pendamping hidupku." Aryan mengangkat dagu Eira hingga tatapan keduanya bertemu. "Benar kan, Sayang?"

Deg! Jantung Eira tiba-tiba berdebar kenang. 'Astaga, kenapa hari ini aku ngerasa Pak Aryan ganteng banget ya?'

Eira mengerjap pelan, tatapan hangat Aryan hampir membuatnya kehilangan kendali pada hatinya. Dia menggeleng pelan. 'Sadar, Ra ... ini cuma sandiwara.'

Pelukan Aryan yang semakain mengerat hingga kini tubuh keduanya menempel, menyadarkan Eira dari lamunannya. Dia melirik wajah Aryan kilas sebelum mengangguk pasti, membenarkan ucapan Aryan sebelumnya.

"Saya tahu, Tante yang mengenalkan Alderia padaku. Karena itu saya masih menghargai Tante sampai sekarang. Tapi, jika Tante mengusik kehidupanku dan Eira, saya tidak akan diam lagi," tegas Aryan. Dia berpamitan pada Maheswari lalu mengajak Eira menuju ke depan dan tiba-tiba berlutut di depannya.

"Maukah kamu menikah denganku?" ujar Arya sambil memegang sebuah cincin di tangannya. Namunm, kegiatan itu terpaksa harus kembali terhenti kala sebuah suara teriakan tiba-tiba terdengar dari pintu masuk. "Tunggu! Aku tidak setuju dengan hubungan mereka!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status