"Kenapa aku tidak dapat membuka tabir mimpiku, Kek?" tanya Jaka."Mimpi berada di alam roh. Kau bisa membuka tabir mimpi kalau sudah jadi roh."Jaka ingat sesuatu. "Eh, bukankah kau berjuluk makhluk setengah roh? Kau berarti bisa membuka tabir mimpiku?""Itu kan julukan, anak muda. Nyatanya aku bukan roh.""Padahal jadi roh saja sekalian.""Sialan kau...!""Mereka harusnya jangan menjuluki makhluk setengah roh, tapi setengah edan!""Brengsek...!""Kau minta makanan apa sebelum aku tirakat, Kek?""Tirakat untuk apa?""Aku ingin mengetahui nasib temanku dengan ilmu Tembus Pandang.""Tirakat adalah melatih kepekaan panca indera untuk menerima getaran negatif dan positif dari sekitar.""Lalu aku harus bagaimana?""Kau duduk tafakur, pusatkan titik pandang dalam kegelapan, pikiran fokus pada apa yang kau inginkan."Jaka duduk bersila di atas batu ceper, dan mulai memusatkan perhatiannya dengan mata terpejam, karena ia ingin melihat situasi yang lokasinya sangat jauh.Satu titik terang perla
Jaka berdiri di tengah Lembah Cemara, tangannya bergerak melingkar secara unik, kemudian tangan kanan terentang ke depan dengan telapak tangan terbuka, tangan kiri menggantung di depan dada. Ia tengah mengerahkan ajian Gerebek Nyawa.Sekilas tidak ada perubahan pada tebing karang di depannya. Tebing itu tetap berdiri kokoh membentengi lembah. Kemudian dinding karang perlahan ambruk jadi butiran debu. Ia sendiri hampir terkena longsoran kalau tidak segera menghindar. Sungguh dahsyat ajian itu. Seandainya diarahkan pada makhluk hidup, ia akan menghancurkan organ dalam tanpa merusak tubuh bagian luar, tahu-tahu tumbang meregang nyawa.Jaka pergi ke batu ceper di depan goa untuk beristirahat. Ia mencari Ki Gendeng Sejagat di sekitar, tidak ditemukan. Apakah ia tertimbun longsoran debu karang? Bodo amat!Jaka rebahan di atas batu. Semilir angin sejuk menerpa tubuhnya. Matanya terasa sangat berat. Gundukan debu karang tiba-tiba beterbangan, dari dalam gundukan melesat keluar kakek berselem
Jaka duduk bersila di atas batu ceper. Ia tengah bersiap untuk mengeluarkan pelajaran terakhir dari Lembah Cemara, ilmu pamungkas dari leluhur kerajaan Nusa Kencana, ajian Lampus Umur.Gerakan yang dilakukan Jaka adalah gerakan jurus masa lampau, sehingga aneh kelihatannya karena jurus itu sudah punah dan lama tidak terlihat. Pewaris terakhir jurus langka itu adalah Ki Gendeng Sejagat dan ia jarang sekali mengembara, beberapa puluh tahun belakangan bahkan ia tirakat di dalam goa di Lembah Cemara.Ajian Lampus Umur berupa hawa yang sangat dingin dan disalurkan melalui telapak tangan kiri dengan kekuatan sangat dahsyat. Makhluk atau benda yang terkena ajian itu akan membeku terbungkus salju putih dan mencair tanpa sisa.Ki Gendeng Sejagat tidak berani main-main dengan ajian yang satu ini. Kena hawanya saja bisa tewas! Maka itu ia tak berani berada di daerah di hadapan Jaka. Ia menunggu di sampingnya.Tangan kiri Jaka meliuk-liuk melakukan gerakan unik, sementara tangan kanan terlipat di
Jaka berseru dengan kalap, "Aku tidak akan pergi sebelum kau keluar!"Suara Ki Gendeng Sejagat membahana memenuhi lembah, "Anak muda! Kita bertemu di waktu yang tidak diduga! Kita berpisah di masa yang tidak disangka! Usiaku hanya untuk menunggumu tiba! Laraswati sudah menjemputku! Selamat tinggal, anak muda!"Jaka duduk bersimpuh dan menangis sedih. "Guru....Maafkan muridmu yang kurang ajar ini...!"Jaka sadar bahwa waktu untuk berpisah telah tiba. Tujuh purnama mereka bersama telah terjalin ikatan batin secara unik. Ia kini sendirian dengan tanggung jawab besar di pundaknya. Menyelamatkan kerajaan dari kehancuran!"Guru.... Aku berjanji untuk kembali, setelah memenuhi janjiku pada Abah dan Ambu, karena janji pada orang tua di atas segalanya...!"Sungguh perpisahan yang tidak terduga, padahal Jaka sudah menyiapkan hidangan istimewa untuk perjamuan mereka yang terakhir. Barbeque dengan model Adriana Chechik, bintang film dewasa peraih AVN Awards!Jaka tidak menyesal belajar ilmu kanura
"Kau yakin kuda betina hamil karenamu?" tanya Jaka sambil menunggangi si Gemblung dengan santai. "Bukan sama majikannya?""Majikannya perempuan, Yang Mulia."Jaka mengernyitkan alis sedikit. "Patih Mahameru adalah ksatria pinilih, masa tega membunuh perempuan?""Perempuan itu tokoh istana kerajaan Utara yang berilmu tinggi.""Tokoh istana atau tokoh astana, ia adalah perempuan.""Jika tidak dihabisi, ia pasti menghabisi Patih Mahameru.""Jadi hanya pembunuhan solusinya?""Jadi di negeri Yang Mulia perempuan tidak boleh dibunuh?""Perempuan di negeriku pengennya disayang.""Tidak ada yang kejam dan jahat?""Tidak ada...tidak ada bedanya dengan di negerimu." Jaka tertawa. "Perempuan di negeriku membunuh laki-laki tidak perlu dengan senjata, cukup dengan cinta.""Hebat sekali perempuan di negerimu."Jaka mendengar ada perempuan bercakap di angkasa di belakangnya. Ia mengenali suara mereka; Bidadari Penabur Cinta dan Kupu-kupu Madu. Ia tidak berusaha untuk melarikan diri, tidak ada lokasi
"Kau betul-betul slengean, Yang Mulia," kata si Gemblung. "Kau permainkan dua tokoh muda berilmu tinggi dengan seenaknya."Jaka mengernyitkan alis. "Selengean.... Aku jadi ada ide, kau setuju kalau namaku diganti jadi Jaka Slengean, biar mereka tidak mengenaliku, karena Jaka Slebor adalah orang tidak mengerti ilmu kanuragan.""Lebih cocok kalau kau memakai julukan Pangeran Lembah Cemara, sesuai dengan penampilanmu yang sangat keren.""Aku merasa kurang sreg dengan julukan itu, borju banget.... Pangeran Lembah Dosa, karena di lembah itu aku banyak berbuat dosa, bagaimana?""Kau sekarang saja banyak berbuat dosa, Yang Mulia. Kau sudah meremas, meraba, dan mencolek perempuan yang bukan hakmu.""Julukan itu berarti cocok." "Jangan suka membuka aib sendiri, itu kebiasaan yang tidak baik. Yang Mulia adalah calon pangeran, jadi perlu menjaga sikap.""Kau sudah kenyang menggagahi kuda betina baru ngomong soal moral.""Aku adalah makhluk tidak bermoral, Yang Mulia.""Oh, iya, aku lupa. Kau ada
Sebuah kereta mewah melintas di jalan setapak yang sunyi. Dikawal oleh satu peleton prajurit pilihan di bawah pimpinan Brajaseta.Di dalam kereta, Dewi Anjani duduk dengan wajah muram. Nirmala dan Gentong Ketawa mendampingi di belakang.Hutan Gerimis yang terkenal tenteram dan damai mendadak panas membara sejak Jaka Slebor dikabarkan hilang tanpa jejak.Banyak pendekar kelas atas berkeliaran karena hadiah sayembara yang sangat menggiurkan. Padahal mereka tidak tahu bagaimana rupa orang yang dicari.Dewi Anjani bersikeras untuk pergi mencari Jaka Slebor saat menerima berita puteri mahkota dari kerajaan lain meramaikan perburuan.Ia sangat kuatir dengan Jaka Slebor. Sudah tujuh purnama tidak ketahuan di mana rimbanya. Ia yakin pemuda itu belum keluar dari Hutan Gerimis. Ia berada di suatu daerah yang sangat indah, setiap pagi mengambil ikan di telaga kecil, tidur di batu ceper, begitu gambaran yang muncul di dalam mimpinya.Tokoh istana tidak ada yang tahu lokasi yang digambarkan. Mereka
Tongkat Bertuah, si Sanggul Miring, Setan Pajak, dan Sangkulara berdiri dengan pongahnya di depan rombongan kerajaan.Prajurit pengawal segera turun dari kuda tunggangan membentuk formasi melindungi kereta. Beberapa prajurit berilmu tinggi siap siaga menunggu perintah untuk menghajar para pemberontak yang menghalangi jalan."Sungguh besar nyalimu membawa puteri kerajaan dengan pengawalan seadanya," kata Sangkulara memandang remeh Brajaseta. "Apakah kau merasa sudah demikian hebat sehingga kami tidak berani menghadangmu?""Kita sungguh beruntung," ujar Setan Pajak. "Puteri mahkota hanya dikawal oleh para kecoa, sungguh tangkapan besar bagi kita.""Aku akan membawa Dewi Anjani ke pesanggrahanku," tukas Sangkulara. "Aku tidak tertarik dengan hadiah dari Tapak Mega.""Jangan cari perkara kau, Sangkulara," sergah Tongkat Bertuah. "Kau akan diburu oleh Tapak Mega kemanapun bersembunyi.""Aku rela mati demi bidadari itu. Aku ingin mempersuntingnya dan bulan madu di kerajaan Sihir. Negeri yang