"Kau yakin kuda betina hamil karenamu?" tanya Jaka sambil menunggangi si Gemblung dengan santai. "Bukan sama majikannya?""Majikannya perempuan, Yang Mulia."Jaka mengernyitkan alis sedikit. "Patih Mahameru adalah ksatria pinilih, masa tega membunuh perempuan?""Perempuan itu tokoh istana kerajaan Utara yang berilmu tinggi.""Tokoh istana atau tokoh astana, ia adalah perempuan.""Jika tidak dihabisi, ia pasti menghabisi Patih Mahameru.""Jadi hanya pembunuhan solusinya?""Jadi di negeri Yang Mulia perempuan tidak boleh dibunuh?""Perempuan di negeriku pengennya disayang.""Tidak ada yang kejam dan jahat?""Tidak ada...tidak ada bedanya dengan di negerimu." Jaka tertawa. "Perempuan di negeriku membunuh laki-laki tidak perlu dengan senjata, cukup dengan cinta.""Hebat sekali perempuan di negerimu."Jaka mendengar ada perempuan bercakap di angkasa di belakangnya. Ia mengenali suara mereka; Bidadari Penabur Cinta dan Kupu-kupu Madu. Ia tidak berusaha untuk melarikan diri, tidak ada lokasi
"Kau betul-betul slengean, Yang Mulia," kata si Gemblung. "Kau permainkan dua tokoh muda berilmu tinggi dengan seenaknya."Jaka mengernyitkan alis. "Selengean.... Aku jadi ada ide, kau setuju kalau namaku diganti jadi Jaka Slengean, biar mereka tidak mengenaliku, karena Jaka Slebor adalah orang tidak mengerti ilmu kanuragan.""Lebih cocok kalau kau memakai julukan Pangeran Lembah Cemara, sesuai dengan penampilanmu yang sangat keren.""Aku merasa kurang sreg dengan julukan itu, borju banget.... Pangeran Lembah Dosa, karena di lembah itu aku banyak berbuat dosa, bagaimana?""Kau sekarang saja banyak berbuat dosa, Yang Mulia. Kau sudah meremas, meraba, dan mencolek perempuan yang bukan hakmu.""Julukan itu berarti cocok." "Jangan suka membuka aib sendiri, itu kebiasaan yang tidak baik. Yang Mulia adalah calon pangeran, jadi perlu menjaga sikap.""Kau sudah kenyang menggagahi kuda betina baru ngomong soal moral.""Aku adalah makhluk tidak bermoral, Yang Mulia.""Oh, iya, aku lupa. Kau ada
Sebuah kereta mewah melintas di jalan setapak yang sunyi. Dikawal oleh satu peleton prajurit pilihan di bawah pimpinan Brajaseta.Di dalam kereta, Dewi Anjani duduk dengan wajah muram. Nirmala dan Gentong Ketawa mendampingi di belakang.Hutan Gerimis yang terkenal tenteram dan damai mendadak panas membara sejak Jaka Slebor dikabarkan hilang tanpa jejak.Banyak pendekar kelas atas berkeliaran karena hadiah sayembara yang sangat menggiurkan. Padahal mereka tidak tahu bagaimana rupa orang yang dicari.Dewi Anjani bersikeras untuk pergi mencari Jaka Slebor saat menerima berita puteri mahkota dari kerajaan lain meramaikan perburuan.Ia sangat kuatir dengan Jaka Slebor. Sudah tujuh purnama tidak ketahuan di mana rimbanya. Ia yakin pemuda itu belum keluar dari Hutan Gerimis. Ia berada di suatu daerah yang sangat indah, setiap pagi mengambil ikan di telaga kecil, tidur di batu ceper, begitu gambaran yang muncul di dalam mimpinya.Tokoh istana tidak ada yang tahu lokasi yang digambarkan. Mereka
Tongkat Bertuah, si Sanggul Miring, Setan Pajak, dan Sangkulara berdiri dengan pongahnya di depan rombongan kerajaan.Prajurit pengawal segera turun dari kuda tunggangan membentuk formasi melindungi kereta. Beberapa prajurit berilmu tinggi siap siaga menunggu perintah untuk menghajar para pemberontak yang menghalangi jalan."Sungguh besar nyalimu membawa puteri kerajaan dengan pengawalan seadanya," kata Sangkulara memandang remeh Brajaseta. "Apakah kau merasa sudah demikian hebat sehingga kami tidak berani menghadangmu?""Kita sungguh beruntung," ujar Setan Pajak. "Puteri mahkota hanya dikawal oleh para kecoa, sungguh tangkapan besar bagi kita.""Aku akan membawa Dewi Anjani ke pesanggrahanku," tukas Sangkulara. "Aku tidak tertarik dengan hadiah dari Tapak Mega.""Jangan cari perkara kau, Sangkulara," sergah Tongkat Bertuah. "Kau akan diburu oleh Tapak Mega kemanapun bersembunyi.""Aku rela mati demi bidadari itu. Aku ingin mempersuntingnya dan bulan madu di kerajaan Sihir. Negeri yang
Tongkat sakti melesat dengan cepat ke arah Nirmala yang sibuk menangkis jurus andalan si Sanggul Miring. Di saat yang bersamaan, Gentong Ketawa kewalahan menghadapi pengeroyokan Kupu-kupu Madu dan Setan Pajak. Ia terlempar dan jatuh terduduk kena pukulan Kupu-kupu Madu. Setan Pajak maju menerjang dengan tendangan mematikan, sambil berteriak, "Ciiiaaatt....!"Dewi Anjani tahu kedua pelayannya dalam bahaya besar, tapi ia sulit untuk menolong. Sangkulara dan Bidadari Penabur Cinta tidak memberi kesempatan sedikitpun. Mereka meningkatkan serangan dengan jurus andalan masing-masing.Brajaseta sulit diharapkan bantuannya. Ia kerepotan melayani Tongkat Bertuah yang mulai mengeluarkan jurus pamungkas, yang sesekali dibantu Kupu-kupu Madu.Akhirnya Dewi Anjani berteriak, "Awas! Bibi Nirmala! Gentong Ketawa!"Satu hasta lagi serangan maut mendarat di leher mereka, dua kepala ikan salmon tiba-tiba melesat di udara, satu menghantam tongkat sehingga patah dua, satu menerobos masuk ke mulut Setan
Jaka mengambil kuda-kuda, tangannya bergerak memutar secara unik, kemudian didorong ke depan dengan telapak tangan terbuka menggunakan separuh tenaga dalam. Tangan kiri menahan serangan gabungan itu, tangan kanan menghantam ke bagian bawah tubuh mereka. Angin dahsyat menderu."Ajian Badai Cemara...!" pekik Tongkat Bertuah kaget. "Keluarkan seluruh tenaga dalam kalian! Ia benar-benar murid Ki Gendeng Sejagat!"Tongkat Bertuah dan si Sanggul Miring berusaha berdiri tegak sekuat tenaga. Mereka menghentikan serangan dan balik bertahan dengan seluruh tenaga dalam yang dimiliki. Mereka tidak pernah bentrok dengan Ki Gendeng Sejagat. Mereka kini merasakan sendiri bagaimana dahsyatnya ajian Badai Cemara dari muridnya.Keenam pendekar dari golongan hitam itu tidak sadar kalau celana mereka mulai robek-robek, lalu terlepas jadi potongan-potongan kecil dan terbang terbawa angin.Gentong Ketawa tertawa terpingkal-pingkal melihat pemandangan ngeri-ngeri sedap di depannya. Nirmala menjerit sambil me
Maharani, puteri mahkota dari kerajaan Utara, berdiri dengan anggun di hadapan Dewi Anjani. Ia dikawal oleh lima pendekar berwajah rupawan dan satu pendekar bertubuh bongsor dengan wajah sedikit merusak pemandangan yang ada."Awalnya aku kira bidadari dari kahyangan turun untukku," kata Gentong Ketawa. "Pas lihat yang terakhir turun tenyata kalian adalah anggota kerajaan dari Utara.""Kau betul Gentong Ketawa, aku adalah Maharani, puteri dari Ratu Ipritala," kata gadis yang paling cantik dan paling mewah pakaiannya. "Aku datang bukan untuk melihat perutmu yang buncit, aku datang untuk mengambil calon pangeran kerajaan Utara." "Sejak kapan Jaka Slebor masuk dalam silsilah kerajaanmu?" sambar Dewi Anjani. "Aku heran begitu banyak puteri yang ingin merebut calon suami orang lain."Maharani tersenyum sinis. "Jika Jaka Slebor calon suamimu, mengapa ia kabur dari penjemputan? Artinya ia tidak mau jadi pangeranmu, karena ia tahu siapa puteri paling cantik di daratan ini.""Apakah benar kanda
Jaka duduk di dalam kereta. Kursinya berkulit beludru berenda emas. Tirai penutup jendela terbuat dari anyaman benang emas. Tiang dan dinding kereta berlapiskan emas. Ada beberapa aksesori menggantung bertahtakan berlian. Sebuah kereta sangat mewah yang barangkali hanya dimiliki kerajaan.Prajurit yang terluka duduk di atas kuda menyaksikan Brajaseta dan anak buahnya mengepung lima pendekar cantik dari kerajaan Utara. Mereka mengandalkan selendang untuk menghadapi senjata pasukan pengawal kerajaan.Mereka berada di atas angin meski kalah jumlah. Berulang kali prajurit terpelanting kena hantam selendang. Tiga orang prajurit terduduk kesakitan tanpa sanggup untuk bangkit. Kekalahan tinggal menunggu waktu.Gentong Ketawa sibuk meladeni Ratu Cermin. Ia kesal melihat Nirmala hanya diam menyaksikan, padahal tahu dirinya cukup kerepotan. Jika bukan Gentong Ketawa, mungkin sudah mati konyol sejak tadi.Gentong Ketawa berseru dengan jengkel, "Kau sedang mencari terong busuk, Nirmala? Setan Paja