Bab 3 Ryker Alvaro
Tanpa sepengetahuan Aulia, sebuah mobil sport mewah berwarna hitam metalik terlihat memperhatikan dirinya yang baru saja keluar dari pemakaman. Mobil itu terparkir di seberang jalan, dengan mesin yang hidup dan kaca jendela yang sedikit terbuka, memberikan kesan bahwa pria di dalamnya sedang mengawasi Aulia dengan sangat saksama. Pria yang duduk tenang di dalam mobil itu memiliki wajah yang tampan dan berwibawa, dengan mata yang tajam dan fokus pada Aulia yang sudah masuk ke dalam mobil. Dia tidak terlihat menunjukkan ekspresi apa pun, tapi ada kesan bahwa dia sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting. Mata pria itu tidak berkedip saat dia menatap Aulia, seolah-olah dia tidak ingin melewatkan satu detail pun dari Aulia. Dia terlihat begitu tenang dan sabar, tapi ada kesan bahwa dia sedang menunggu sesuatu yang sangat penting. Mobil sport mewah itu terlihat sangat elegan dan mewah, dengan desain yang ramping dan aerodinamis. Warna hitam metaliknya memberikan kesan yang sangat berkelas dan mewah, dan terlihat sangat sesuai dengan kepribadian pria yang duduk di dalamnya. *** Ryker Alvaro terlihat santai di kursi kebesarannya, dengan postur tubuh yang tegap dan wajah yang tampan. Matanya yang tajam tertuju pada layar laptop yang tengah menyala di depannya, menampilkan data-data perusahaan yang sedang dia analisis. Dia terlihat sangat fokus pada pekerjaannya, dengan tangan kanannya yang menggenggam pena dan siap untuk mencatat hal-hal penting. Namun, konsentrasi Ryker sedikit terganggu saat seseorang memasuki ruangannya. Dia mengangkat kepalanya dan melihat Adam, satu-satunya orang kepercayaannya yang merangkap sebagai sekretaris di perusahaannya, berdiri di depan pintu dengan ekspresi yang serius. Adam memiliki wajah yang jujur dan dapat dipercaya, dengan mata yang selalu waspada dan siap membantu Ryker dalam setiap situasi. Dia terlihat sangat profesional dalam pekerjaannya, dengan pakaian yang rapi dan sikap yang sopan. "Apa yang terjadi, Adam?" Ryker bertanya dengan suara yang tenang dan berwibawa, sambil menutup laptopnya dan memberikan perhatian penuh kepada Adam. Adam melangkah maju dan menyerahkan sebuah dokumen kepada Ryker. "Pak, saya telah menyiapkan laporan tentang proyek terbaru yang akan kita luncurkan minggu depan. Saya rasa Anda perlu meninjau dan memberikan persetujuan sebelum kita melanjutkan ke tahap berikutnya." Ryker mengambil dokumen tersebut dan mulai membacanya dengan seksama, sambil memberikan isyarat kepada Adam untuk menunggu. Adam berdiri dengan tenang, menunggu instruksi lebih lanjut dari Ryker. Ryker meletakkan dokumen tersebut di atas meja dengan gerakan yang anggun, namun Adam tidak langsung mengambilnya. Ada keraguan di mata Adam, seolah-olah ada sesuatu yang ingin dikatakan, tapi ia tidak terlalu percaya diri untuk mengatakannya. Adam berdiri diam, menatap Ryker dengan mata yang sedikit berkerut, seolah-olah dia sedang mempertimbangkan apakah harus mengatakan apa yang ada di pikirannya. Ryker menyadari hal ini dan menatap Adam dengan rasa ingin tahu. "Apa ada yang ingin kamu katakan, Adam?" Ryker bertanya dengan suara yang lembut, sambil mencondongkan tubuhnya ke depan. Adam menarik napas dalam-dalam, lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak, Pak. Tidak ada apa-apa," katanya dengan suara yang tidak terlalu yakin. Ryker mengamati Adam dengan seksama, mencoba membaca ekspresi wajahnya. Dia tahu bahwa Adam adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya, tapi dia juga tahu bahwa Adam tidak akan mengatakan apa-apa jika tidak penting. "Tentu, Adam," Ryker berkata dengan suara yang santai. "Jika kamu ingin mengatakan sesuatu, aku siap mendengarkan." Adam menatap Ryker sejenak, lalu menggelengkan kepalanya lagi. "Tidak, Pak. Saya hanya ingin memastikan bahwa Anda siap untuk pertemuan dengan keluarga Hartono besok." Ryker mengangguk, merasa bahwa Adam mungkin tidak mengatakan apa yang sebenarnya ada di pikirannya. Tapi dia tidak memaksa, karena dia tahu bahwa Adam akan mengatakan apa yang penting jika saatnya tepat. setelah kepergian Adam, Ryker kembali fokus pada layar laptopnya. bibirnya terlihat tersenyum tipis, nyaris tak terlihat. saat akan mencatat sesuatu, Ryker kembali dibuat terkejut oleh sikap Adam. Pria itu kembali masuk ke dalam ruangannya dengan wajah yang tertunduk. “Lima menit.” Ucap Ryker tanpa memandang pria itu. Mendengar hal itu, Adam langsung mendongak menatap wajah Ryker. “Pengacara keluarga Joyo Kusumo sudah memberitahukan masalah pernikahan anda Pak. cucu keluarga Joyo Kusumo masih dalam keadaan syok berat setelah mendapati bahwa kakeknya meninggal dan harus menikah dengan anda.” Ryker meletakkan pulpen diatas meja. pandangannya kini terfokus pada Adam. “Lantas apa?” Adam menelan ludah, ia tahu ini akan rumit. sepengetahuan Adam, Ryker anti berurusan dengan wanita dan kini, ia harus mencoba untuk membicarakan tentang hal sensitif ini. “Apakah anda benar-benar-” “Jangan melebihi batas. kau tahu, itu Adam.” Adam kembali menelan ludah, ia sebenarnya tahu alasan Ryker menerima pernikahan ini. Ia hanya ingin menegaskan bahwa Ryker tidak akan membatalkan rencana awalnya. "Ada lagi?" Adam menggeleng cepat, lantas pamit kembali pergi untuk kedua kalinya. setelah Adam meninggalkan ruangannya, Ryker turun dari kursi kebesarannya. ia berjalan menuju ke arah jendela ruangannya yang langsung disambut dengan pemandangan kota dari atas. wajahnya memang terlihat tenang, namun sorot matanya nampak berbeda. "Aulia." ucapnya nyaris tak terdengar.Aulia berdiri di depan cermin, memastikan bahwa penampilannya sudah sempurna. Dia mengenakan blouse putih lengan pendek yang pas di tubuhnya, memperlihatkan kulit putih dan lembut di lengan dan lehernya. Blus itu memiliki potongan yang elegan, dengan kerah yang sedikit terbuka. Rok hitam yang dia kenakan jatuh tepat di bawah lutut, menekankan lekuk tubuhnya yang indah. Sepatu hak tinggi senada dengan warna rok yang dia pilih menambahkan sentuhan elegan pada penampilannya, membuat kaki-kakinya terlihat panjang dan ramping.Rambutnya yang panjang dan lembut tergerai di punggungnya, menambah kesan feminin yang kuat. Dengan penampilan yang sempurna, Aulia merasa siap untuk menghadapi hari baru.Dia berjalan ke lantai bawah, tapi tiba-tiba terhenti ketika melihat Ryker berdiri di depannya, memblokir jalannya.Ryker masih terlihat sedikit pucat dan lelah, tapi mata hitamnya yang tajam memandang Aulia dengan intensitas yang membuat Aulia merasa sedikit tidak nyaman.Dia berdiri dengan kaki
Pukul sebelas malam, Aulia sudah memutuskan untuk tidur, meninggalkan meja makan yang masih terisi dengan harapan bahwa Ryker akan kembali dan menikmati masakannya. Tapi jam terus berputar, dan Ryker belum juga kembali. Aulia akhirnya tertidur dengan perasaan kecewa dan penasaran.Tiba-tiba, pukul satu dini hari, keheningan malam dipecahkan oleh suara gedoran pintu utama rumah yang keras dan berulang-ulang. Bel pintu juga berbunyi dengan nada yang tajam, membuat Aulia terbangun dengan cepat. Dia melompat dari tempat tidur dan bergegas ke bawah, hampir jatuh saat menuruni tangga karena terburu-buru.Saat Aulia membuka pintu, dia disambut oleh pemandangan yang membuatnya begitu terkejut.Ryker berdiri di depan pintu, dengan tubuh yang terhuyung-huyung dan mata yang merah karena alkohol. Dan yang lebih mengejutkan lagi, Ryker sedang dipeluk oleh Vania, wanita yang sama yang telah membuat Aulia merasa marah sebelumnya.Vania tersenyum manis ke arah Aulia, dengan mata yang berkilau karena
Aulia masih menatap Ryker dengan mata yang penuh kemarahan, menunggu jawaban atas pertanyaannya. Tapi sebelum Ryker bisa menjawab, ponselnya berbunyi dengan nada yang keras dan tajam.Ryker langsung mengambil ponselnya dan menjawab panggilan tersebut, tanpa menatap Aulia sedikit pun."Aku sedang sibuk," kata Ryker dengan nada yang singkat, sambil berjalan menjauh dari Aulia.Aulia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan Ryker kepada peneleponnya, tapi dia bisa menangkap beberapa kata seperti "proyek", "klien", dan "deadline".Jelas bahwa Ryker sedang membahas persoalan kantor dengan seseorang. Ryker terus berbicara di telepon, tanpa mempedulikan keberadaan Aulia. pria itu berjalan menuju ruang tamu, meninggalkan Aulia sendirian di tempat itu.Aulia merasa seperti diabaikan, seperti tidak ada di dalam ruangan itu. Dia menatap punggung Ryker yang menjauh, dengan perasaan yang campur aduk antara marah dan merasa tak nyaman bersamaan.Aulia mengurungkan niatnya untuk kembali
Aulia dan Ryker kembali ke rumah mewah Ryker, dengan suasana yang tegang dan hening. Ryker masih bersikeras untuk melarang Aulia bekerja, dengan kata-kata yang keras dan tidak bisa ditawar. Tapi Aulia juga memilih untuk pada pendapatnya, dengan mata yang berkilau dan tekad yang kuat.Sampai saat Aulia akan menaiki anak tangga, tangannya ditarik oleh Ryker dengan kuat, membuat tubuh Aulia kehilangan keseimbangan dan jatuh ke arah Ryker.Tubuh Aulia jatuh mengenai tubuh Ryker,membuat Ryker terkejut dan kehilangan kendali.Posisi jatuhnya, Ryker berada di bawah tubuh Aulia, dengan wajah mereka yang sangat dekat.Keduanya kembali melihat satu sama lain, dengan mata yang terpaku dan napas yang seakan berhenti begitu saja.Ryker baru menyadari bahwa mata Aulia berbeda, berwarna hijau zamrud yang sangat cantik dan mempesona, seperti permata yang tersembunyi di dasar laut.Mata hijau Aulia seperti menghipnotis Ryker, membuat dia lupa pada segalanya kecuali keindahan yang terpancar dari mata
Mobil mewah itu meluncur dengan mulus di jalan raya yang sunyi, seperti kupu-kupu yang terbang di kegelapan. Ryker menyetir dengan konsentrasi penuh, matanya terpaku pada jalan di depan seperti magnet yang tidak bisa dilepaskan. Vania duduk di sebelahnya, menatap ke luar jendela dengan senyum misterius, seperti bulan sabit yang tersembunyi di balik awan. Ekspresinya tidak berubah, seolah-olah dia sedang menikmati pemandangan yang tidak terlihat oleh mata biasa.Di belakang, Aulia duduk sendirian, menatap ke luar jendela juga, tapi matanya tidak fokus pada apa pun. Dia membiarkan pikirannya mengembara, seperti daun kering yang terbawa angin, memikirkan tentang situasi yang sedang dia alami dengan perasaan yang campur aduk.Suasana di dalam mobil sangat hening, seperti kuburan yang sunyi di malam hari. Tidak ada suara apa pun kecuali suara mesin mobil yang berjalan lancar, seperti detak jantung yang stabil. Ryker tidak menoleh ke belakang, tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa dia men
Aulia berdiri di depan sebuah bangunan megah yang menjulang tinggi, dengan arsitektur modern yang elegan. Kantor pengacara "Harapan & Partners" ini terletak di jantung kota, dengan alamat yang sangat mudah diingat.Bangunan ini memiliki 20 lantai, dengan fasad kaca yang mengkilap dan atap yang berbentuk unik. Di depan pintu masuk, terdapat sebuah plakat besar yang terbuat dari granit hitam, dengan logo perusahaan yang terbuat dari emas 24 karat.Aulia menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah masuk ke dalam lobi yang luas dan mewah. Lantai lobi terbuat dari marmer putih, dengan langit-langit yang tinggi dan lampu gantung kristal yang indah. Di sebelah kiri, terdapat sebuah meja resepsionis yang terbuat dari kayu mahoni, dengan seorang resepsionis cantik yang tersenyum ramah."Selamat pagi, saya Aulia Riani. Saya datang untuk menyerahkan lamaran pekerjaan sebagai pengacara," kata Aulia dengan suara yang sopan.Resepsionis itu tersenyum dan mengambil CV Aulia."Terima kasih, Ibu Auli