Merasa memiliki hutang budi pada Joyo Kusumo, Ryker Alvaro harus menerima tawaran pria tua itu agar mau menikahi cucunya yang bernama Aulia Riani. Tanpa cinta, keduanya harus terikat pada janji suci pernikahan. Namun seiring waktu berjalan, Aulia menemukan rahasia besar di balik kematian sang kakek. Apa itu? Lantas bagaimana nasib Aulia dan pernikahannya?
View MoreBab 1 Kematian Kakek
Langit di atas pemakaman umum itu dipenuhi dengan awan gelap mendung yang mengancam, seolah-olah turut berduka cita atas kepergian sang kakek. Kilatan petir menyambar-nyambar di cakrawala, memberikan kesan yang dramatis dan mengerikan pada suasana yang sudah sedih ini. Di tengah-tengah keheningan yang hanya dipecahkan oleh suara gemuruh petir, para pelayat berkumpul di sekitar makam keluarga Joyo Kusumo. Mereka semua mengenakan pakaian hitam sebagai tanda berkabung, dan wajah-wajah mereka dipenuhi dengan kesedihan dan kehilangan. Tubuh sang kakek yang sudah tidak bernyawa lagi, terbaring dengan tenang di dalam peti mati yang dihiasi dengan bunga-bunga segar. Peti mati itu perlahan-lahan diturunkan ke dalam tanah yang telah disiapkan, dan para pelayat mulai melemparkan tanah ke atas peti mati sebagai tanda perpisahan. Aulia berdiri di antara para pelayat, matanya terpaku pada peti mati yang perlahan-lahan menghilang ke dalam tanah. Dia merasa seperti kehilangan sebagian dari dirinya sendiri, dan kesedihan yang mendalam memenuhi hatinya. Langit yang gelap dan petir yang menyambar-nyambar seolah-olah menjadi simbol dari badai yang sedang melanda hidupnya. Saat peti mati itu akhirnya tertutup oleh tanah, Aulia merasa seperti ada yang hilang selamanya. Dia tidak bisa menahan air matanya lagi, dan dia menangis dengan keras, melepaskan semua kesedihan dan kehilangan yang telah menumpuk di dalam hatinya. Setelah selesai menabur bunga di atas tanah kuburan yang masih basah, Aulia merasa seperti kekuatannya telah habis. Dia berdiri tegak sejenak, mencoba menahan air matanya yang terus mengalir, tapi akhirnya dia tidak bisa menahan lagi. Kakinya terasa lemah, dan dia jatuh terduduk di atas tanah yang basah, tepat di samping batu nisan kakeknya. Rintik hujan mulai turun, jatuh perlahan-lahan di atas tanah kuburan, dan di atas kepala Aulia. Dia tidak peduli dengan hujan, dia hanya membiarkan air mata mengalir bebas, sambil memeluk erat tanah kuburan kakeknya. Bau tanah yang lembab dan bau bunga yang masih segar memenuhi hidungnya, membuat dia merasa lebih sedih. Para pelayat mulai meninggalkan Aulia sendiri, satu per satu mereka berjalan menjauh dari makam, meninggalkan Aulia dengan kesedihan dan kehilangan yang mendalam. Mereka semua memberikan pandangan simpatik kepada Aulia, tapi tidak ada yang berani mendekatinya, karena mereka tahu bahwa Aulia sedang dalam proses berduka. Suara gemuruh petir yang masih terdengar di kejauhan, dan suara rintik hujan yang jatuh di atas tanah kuburan, menjadi satu-satunya suara yang menyertai Aulia dalam kesendiriannya. Dia tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, dia hanya membiarkan dirinya tenggelam dalam kesedihan dan kehilangan. Aulia memeluk erat tanah kuburan, dan berbicara dengan suara yang lirih, "Kakek, aku akan merindukanmu. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa hidup tanpamu." Air matanya terus mengalir, dan dia tidak bisa menahan lagi, dia menangis dengan keras, melepaskan semua kesedihan dan kehilangan yang telah menumpuk di dalam hatinya. Kabar kematian Joyo Kusumo membuat geger media massa, dan berita tentang kepergiannya menjadi headline di berbagai koran dan situs berita online. Foto-foto Joyo Kusumo yang tersenyum dan berpose dengan elegan menghiasi halaman depan koran, sementara artikel-artikel tentang kehidupannya dan warisannya mulai bermunculan di berbagai media. Di antara kerumunan orang yang berduka, ada beberapa pihak yang merasa senang dengan kepergian Joyo Kusumo. Mereka adalah orang-orang yang telah lama bersaing dengan Joyo Kusumo dalam bisnis dan politik, dan kini mereka merasa bahwa jalan mereka telah terbuka. Salah satu dari mereka terlihat senang dengan kepergian Joyo Kusumo dalam bisnis properti, untuk selama-lamanya.dan kini dia merasa bahwa dia memiliki kesempatan untuk mengambil alih posisi Joyo Kusumo sebagai pengusaha terkemuka. "Akhirnya, orang tua itu pergi juga," kata pria itu dengan senyum yang lebar. "Saya tidak perlu lagi khawatir tentang dia yang selalu menghalangi jalan saya." Sementara itu, di kalangan politik, ada juga beberapa pihak yang merasa senang dengan kepergian Joyo Kusumo. Mereka adalah orang-orang yang telah lama bersaing dengan Joyo Kusumo dalam perebutan kekuasaan dan pengaruh, dan kini mereka merasa bahwa mereka memiliki kesempatan untuk mengambil alih posisi Joyo Kusumo. "Joyo Kusumo telah menjadi batu sandungan bagi kita semua," kata seorang politisi yang berpengaruh. "Sekarang, kita memiliki kesempatan untuk mengambil alih kekuasaan dan pengaruh yang telah dia miliki selama ini." Namun, di tengah-tengah euforia dan kegembiraan yang dirasakan oleh beberapa pihak, ada juga banyak orang yang merasa sedih dan kehilangan dengan kepergian Joyo Kusumo. Mereka adalah orang-orang yang telah mengenal Joyo Kusumo sebagai sosok yang baik hati dan dermawan, dan kini mereka merasa bahwa dunia telah kehilangan salah satu tokoh yang paling berpengaruh dan dihormati.Setelah selesai menikmati seharian penuh ini di kantor. Aulia memutuskan untuk pulang ke rumah. ia tidak terlalu memperdulikan jika di rumahnya nanti, ia akan bertemu dengan Ryker. karena, tidak ada alasan baginya untuk terus menghindar terus-menerus. setibanya di rumah, Aulia gegas menuju ke kamarnya. dan hal yang tidak terduga, membuat ia sedikit syok. Ryker terlihat sedang tidur di kasur. tidurnya nampak begitu lelap sehingga pria itu tidak menyadari keberadaan Aulia yang baru saja memasuki kamar. perlahan, Aulia melangkahkan kakinya mendekat. ingin melihat lebih dekat lagi wajah suaminya yang terlihat tengah tertidur itu. dengan gerakan lambat, Aulia menggerakkan tangan kanannya ke kanan dan kiri dihadapan wajah Ryker. "Ternyata, dia benar-benar tidur." Kata Aulia sembari tersenyum tipis. sebelum Aulia sempat menurunkan tangannya, Aulia begitu terkejut. saat tangannya itu digenggam erat oleh Ryker. pria itu tidak lagi memejamkan matanya. mata indah itu sudah menatapnya, seperti
Ryker mengemudi mobilnya dengan mata yang fokus ke jalan. namun pikirannya mulai melayang kembali ke kejadian semalam.Bayangan Aulia dengan mata hijau yang lebar dan takut, leher yang ditekan oleh tangannya, kembali memenuhi kepalanya.Ryker merasakan jantungnya berdegup kencang. tangan yang memegang setir mobil mulai berkeringat. Takut kehilangan konsentrasi dan kecelakaan, Ryker segera menepikan mobilnya di pinggir jalan yang sepi. Dia mematikan mesin mobil, lalu menatap ke depan dengan mata kosong. pertanyaan yang mengganggunya sejak semalam kembali terdengar di pikirannya. "Apakah aku sudah terlalu jauh dalam hal ini...?” Ryker duduk diam di dalam mobil yang sunyi.matanya masih kosong menatap ke depan. pikiran masih terjebak pada kejadian malam sebelumnya. Tiba-tiba, kesunyian mobil terganggu oleh suara dering ponselnya, suara yang lembut dan berirama, tapi terdengar seperti alarm bahaya bagi Ryker.Dia menoleh ke arah ponsel yang terletak di atas dashboard mobil. layar
“Tidak mungkin…aku sungguh, tidak mengenalnya.” Aulia menggeleng pelan, bayangan pria bersimbah darah itu kembali menari dalam kepalanya. Ekspresi wajah Leon berubah menjadi lembut dan santai. matanya yang coklat gelap menatap Aulia dengan intensitas yang dalam.Tidak ada kesan tajam atau profesional semata.melainkan seperti dia ingin memahami lebih banyak tentang wanita di depannya.Sorot matanya seolah menyelami, mencari sesuatu di balik mata hijau Aulia yang dingin dan cantik. Leon tersenyum sedikit, suara pelan keluar dari bibirnya. “Mungkin kau lupa atau kalian tidak dekat.” Aulia menggigit bibir bawahnya,, mencoba mengingat-ingat kembali pria itu. walaupun sebagian wajahnya terkena darah, tapi Aulia masih bisa melihat jelas sebagian wajahnya. “Namanya Aditya putra. masuk ke universitas negeri melalui beasiswa-” “Anak cleaning service kampus?” Aulia menggeleng tidak percaya, apa benar pria itu adalah Aditya yang ceria itu? walaupun kelas dan mata kuliah. tapi, hampir semua ma
Aulia dan Adam berjalan bersama keluar villa, menuju ke arah mobil Adam yang masih terparkir di depan.Malam masih terasa hangat dan sunyi, hanya suara jangkrik yang mengiringi langkah mereka.Tiba-tiba suara lantang memecah kesunyian, "Ryker... Aulia, tunggu!" Aulia dan Adam berhenti di depan mobil, menoleh ke belakang. Vania berlari menuju mereka dengan senyum lebar. sesampainya Vania tersenyum tipis, mata cokelatnya terlihat cerah saat menatap keberadaan Aulia.terutama pada masker hitam yang menutupi sebagian wajahnya. "Kau pakai masker, Lia? untuk apa?”Vania berkata dengan nada bercanda, tapi ekspresi wajahnya berbanding terbalik dengan nada bicaranya. “Nyonya Aulia sedang meneliti sesuatu, mengenai kasus yang ia tangani. dan kebetulan, kami lewat.”Sahut Adam tanpa memberikan ruang agar Aulia menjawab pertanyaan Vania. “Apa yang kalian lakukan disini?” suara khas Ryker menggema. pria itu nampak berjalan santai ke arah mereka. Aulia dapat melihat, pria itu tidak menatapn
Adam menggaruk kepalanya, membuat rambutnya yang pendek terlihat sedikit berantakan.dia menatap Aulia dengan penasaran, matanya bertanya dengan ekspresi yang tidak mengerti. “Kau takut, Adam?” “Saya tidak bisa masuk terlalu dalam.” Aulia mengangguk mengerti, namun tidak juga melangkahkan kakinya masuk ke area taman. “Tapi, kau ditugaskan untuk mengantarkan diriku. kemanapun aku mau.” “Ya, tapi…” “Aku hanya ingin memastikan sesuatu.” Aulia dan Adam kembali masuk ke dalam mobil, pintu mobil tertutup dengan lembut di belakang mereka. Adam memutar kunci kontak, mobilnya hidup dengan suara mesin yang halus.Dia meletakkan gigi mobil ke posisi "D" lalu menjalankan mobil keluar membelah jalanan kota yang masih terang benderang. Tujuan mereka sudah pasti, Villa milik keluarga Ryker.Dua jam berlalu dengan cepat, mobil Adam berhenti di depan gerbang Villa Ryker yang terbuka lebar. Aulia melihat ke luar jendela, matanya terbuka lebar menatap pemandangan yang menyambutnya. Villa Kusu
Ryker berjalan menyusuri lantai tiga sebuah Mall di jantung kota.langkahnya panjang dan percaya diri di antara deretan toko desainer.dia memakai masker hitam yang menutupi separuh wajahnya. matanya tetap tajam menatap sekeliling, khawatir dikenali oleh fans atau media.karena dia sedang berjalan bersama Vania, tanpa istrinya. Vania berbicara dengan gembira di sampingnya, "Ryker, aku ingin ulang tahunku spesial tahun ini!" Dia berhenti di depan etalase toko yang sangat terkenal. Ryker menatap Vania lalu kembali menatap ke etalase Toko. "Bagaimana kalau aku belikan kau sesuatu di sini?” Ryker mengikuti Vania masuk ke dalam toko.Vania langsung menyambangi rak pakaian,sibuk memilih dan mencoba beberapa model baju. Ryker mengamati Vania dengan senyum tipis, lalu berjalan ke arah sofa tunggu yang empuk di pojok toko.dia duduk dengan santai, menarik masker hitamnya sedikit ke bawah,lalu mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetik pesan. Ia ingin mengirimkan pesan pada Aulia. Belum sempat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments