Pintu kamar terbuka ....
Rasanya Barbara sudah menunggu begitu lama dan sekarang setiap detil perhatiannya tidak pernah luput dari tubuh jangkung Abihirt. Pria itu melangkah tanpa menatap ke arahnya, seolah perselisihan mereka memang tidak pernah selesai. Betapa menyedihkan. Barbara menghela napas diam – diam mengamati bagaimana cara Abihirt melepakan jas kerja pria itu, berikut dengan kemeja biru mudah yang merekat sempurna di tubuh besar dan keras suaminya. Sudah lama sekali mereka tidak melakukan hubungan fisik. Barbara menantikan saat – saat di mana suasana hati Abihirt dapat dikendalikan dengan baik, walau dia nyaris tak melihat prospek bagus untuk itu, sehingga sengaja menyiapkan dua rencana ketika pemikiran buruk membawanya pada kegagalan. Perlahan, Barbara segera beranjak bangun mendatangi Abihirt. Dia mendekap tubuh pria itu dari belakang. Merasakan setiap sentuhan yang dilakukan sebagai sesuatu yang menyenangkan, tanpa berusaha memikirkan reaksi Abihirt“Makan yang banyak, Darling. Aku sudah menyiapkannya khusus untukmu.” Barbara tersenyum tipis, meski desakan dalam dirinya memahami bahwa barusan ... tatapan dari mata kelabu di sana seperti menyiratkan sesuatu yang ganjil. Itu tidak menjadi kejutan besar, karena dia yakin ... betapa pun Abihirt tidak berusaha mengatakan sesuatu, suaminya akan dengan mudah menyadari intensites perubahan sikap yang ditunjukkan. Mereka baru saja bertengkar. Pria itu bahkan melihatnya menggebu – gebu dengan pelbagai luapan kekesalan, dan tentu mengerti jika ... seharusnya tidak mudah bagi separuh amarah redam begitu saja. Bukan sebuah kebiasan yang sering kali Barbara lakukan. Dia tahu. Biarkan saja. Ada sesuatu yang lebih dahsyat—sedang menanti di antara mereka. Abihirt tidak ingin menyentuhnya lewat naluri maskulin pria itu, maka tidak apa – apa, tidak ada yang salah, ketika Barbara memutuskan untuk menjalani rencana kedua. Dia menyeringai samar mendeteksi Abihirt benar – benar akan m
Barbara berdecak sesaat. Mula – mula ... hal pertama yang dia lakukan adalah mengunci pintu kamar. Abihirt tidak akan memiliki alasan saat pria itu terkurung di satu ruang berdua bersamanya, dan tidak akan memiliki alasan jika masih begitu diliputi keinginan supaya mereka tidak melakukan hubungan badan. “Aku memasukkan sesuatu yang bisa membuatmu bergairah.” Kali ini, Barbara tidak akan berkata bohong. Dia melipat tangan di depan dada setelah menyembunyikan kunci kamar. Ekspresi hingga bagaimana Abihirt mengusap wajah gusar tidak pernah luput dari perhatiannya. Sekarang Barbara semakin yakin bahwa pria itu tidak akan bisa menahan diri lebih lama lagi. Secara tentatif, dia menyingkirkan satu demi satu kancing piyama tidur, lalu melangkahkan kaki lebih dekat ke arah Abihirt. Ada keengganan tampak begitu jelas di mata kelabu pria itu. Betapa Barbara menyukai kali ketika suaminya begitu diam—nyaris tak berdaya ketika dia telah merangkak naik di pangkuan suaminya
“Tunggu sebentar, Juan. Aku rasa ... aku butuh ke kamar mandi.” Siklus seperti ini tidak pernah masuk ke dalam daftar keinginan Moreau, tetapi selalu mengambil tempat dan membuat sesuatu di perutnya merasa tidak nyaman. Dia segera meninggalkan Juan sendiri di meja makan—berlari pergi persis di tempat seharusnya. Di sini .... Berdiri di depan sebuah cermin dan air – air yang memercik deras ketika dia berusaha menumpahkan sesuatu dari dalam perutnya. Tidak ada yang nyaris terdeteksi akan keluar. Mungkin ... hanya sedikit dan itu secara terus – menerus membuat lonjakan dalam diri Moreau merasa tidak nyaman. Menunggu beberapa saat—sedikit lebih lama hingga merasa seharusnya kembali menemui Juan. Sambil berusaha mengendalikan diri terhadap pelbagai pemikiran buruk di benaknya, dia menatap pantulan wajah yang terlihat pucat. Mungkin kebutuhan menyiapkan diri untuk mengikuti ujian dan jadwal latihan padat-lah, yang membuat semua seperti desakan rumit. Kelelaha
“Kau membuatku takut ....” Akhirnya, sekarang Moreau bisa mendengar bagaimana suaranya nyaris terdengar bergetar. Dia menatap Juan sangat ragu, kemudian melipat tangan di atas meja. Mereka seharusnya menikmati saat – saat selesai latihan dengan tenang di restoran ini. “Saranku, sebaiknya kau mencari tahu.” Tiba – tiba Juan menyampaikan gagasan yang menarik seluruh perhatian Moreau hingga dia tak bisa berpaling. “Maksudmu melakukan tes pack?” Apakah seharusnya begitu? Moreau tak bisa membayangkan jika dia akan menerima berita buruk. Dia dan Abihirt tidak pernah menginginkan adanya kehamilan. Namun, mereka tak bisa melupakan kenyataan kalau – kalau ... melakukan seks tanpa pengaman terkadang terjadi begitu saja, bahkan jauh – jauh hari sebelum sampai pada tahap mengerikan. Moreau menelan ludah kasar, kemudian menggeleng samar. “Aku tidak mau,” ucapnya nyaris menyerupai kebutuhan berbisik kepada diri sendiri. Juan menatapnya skeptis, dan betapa dia
“Aku punya kejutan untukmu, Darling.” Betapa Barbara tidak sabar menunggu saat – saat seperti ini muncul di dalam hidupnya. Dia sudah mengatur semua dengan sangat baik. Sengaja menyambut Abihirt lewat antusiasme yang meningkat pesat ketika pria itu baru saja melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar. Sekelebat muncul bayangan bingung di garis wajah suaminya. Barbara tidak peduli. Hanya membayangkan, mungkin ... akan ada reaksi tak terduga lain saat Abihirt mengetahui apa yang sedang benar – benar ingin dikatakan. Di belakang tubuhnya juga terdapat sebuah bukti murni untuk lebih meyakinkan Abihirt. Barbara menggenggam sangat erat hingga rasanya dia akan lupa tentang bagaimana cara memulai percakapan. “Kejutan apa?” Suara serak dan dalam Abihirt terdengar dingin. Mereka memang belum kembali utuh, ini mungkin hanya suatu formalitas yang harus. Tidak ada perceraian dan seharusnya itulah yang terjadi di antara mereka. “Ini.” Akhirnya, Barbara mengeluarkan
“Aku merencanakan semua sejak awal dan memang berharap segera hamil. Lagi pula, ketidaksengajaan seperti ini sering kali terjadi. Kita tidak bisa hanya berharap pada alat pengaman. Tidak ada jaminan kalau aku tidak akan hamil selamanya. Sudah telanjur juga. Apa lagi yang bisa diharapkan? Aku hamil dan kau akan menjadi seorang ayah. Itu point pentingnya.” Barbara merasa ini adalah kebutuhan berdebat paling final, tetapi tidak pernah menyangka Abihirt akan mengatakan sebuah pertanyaan yang terdengar sangat menyudutkan. “Tidakkah kau berpikir sedikit lebih pintar, Barbara?” Tidak tahu apa maksud suaminya menjabarkan hal tersebut. Firasat Barbara secara brutal mengingatkan jika dan jika Abihirt masih ingin menyangkal situasi di antara mereka. Sudah terlambat. Dia merasa sangat puas membayangkan bagaimana kemenangan akan berada di tangannya. “Aku sudah memikirkan semua dampak buruk dari kehamilan ini sejak awal. Tentang umurku yang tak lagi mudah ... jelas merupa
“Mengapa tiba – tiba Mr. Lincoln memintamu menemuinya di sini?” Suara Juan menyelinap setelah keheningan yang pekat. Ntahlah, Moreau tak bisa menduga dengan tepat. Sejak awal, dia sudah dikejutkan oleh kiriman pesan dari pria itu sebelum meninggalkan restoran, yang menyerahkan kesan ganjil di benaknya. Ini sesuatu yang tidak pernah dan tiba – tiba gambaran buruk menyerang Moreau sampai ke dasar jurang. Dia berharap bisa mendapatkan sedikit petunjuk, tetapi perlu setidaknya menunggu kemunculan Abihirt. Pertemuan di sebuah jalan sepi. Moreau tak pernah ingat kapan ayah sambungnya mungkin mengatakan keinginan seperti ini. Sedikit bersyukur bahwa Juan masih bersedia menawarkan diri untuk menemani. Mungkin memang ada sesuatu yang penting sehingga permintaan Abihirt terdengar seperti bencana besar. Moreau secara naluriah menegakkan tubuh di sandaran jok setelah mendeteksi siraman cahaya di kejauhan adalah Rolls Royce ayah sambungnya. Sangat menakutkan menimbang bah
“Kau ingat kata aman-mu?” Ya, seharusnya. Seharusnya Moreau mengingat setiap detil hal yang harus dilakukan ketika Abihirt telah melampaui batas. Namun, dihadapkan pada kenyataan bahwa perubahan signifikan dari pria itu menjadi masalah serius ... mendadak, seluruh tingkat kesadaran dalam dirinya berubah pesat. Moreau tidak bisa membayangkan apakah akan ada kata aman untuknya atau tidak. Semua begitu mengerikan. Suasana pengabaian yang sejak awal terjadi, hingga mereka telah terperangkap di sini, masih meninggalkan jejak mengkhawatirkan. Dia merasa takut menyaksikan bagaimana jari – jari kasar Abihirt menggenggam pecut kuda dan betapa itu terlihat seperti sesuatu yang merekat bersama ayah sambungnya. “Kau tidak menjawabku, Moreau.” Ada penekanan di balik suara serak dan dalam Abihirt. Moreau secara naluriah menegakkan tubuh. Ketegangan di balik punggungnya tidak pernah berakhir. Butuh usaha keras untuk memastikan bahwa dia tidak menggantung pria itu di sini.
“Setelah mencoba untuk membunuhku. Kau pikir apa yang bisa dibicarakan lagi?” Desis suara Barbara menuntut banyak hal. Menunjukkan kemungkinan terburuk. Moreau meringis ketika wanita itu melakukan pergerakan dan jelas memberi beberapa dampak mengerikan. Ujung pisau yang tajam sudah menyentuh—sedikit menekan hingga dia harus menelan ludah kasar. Barbara sungguh akan berada di luar batas. Demikian yang Moreau sadari bahwa Abihirt juga memikirkan hal serupa. Pria itu terus menunjukkan gestur supaya Barbara tidak lepas kendali. Jarak tersisa di antara mereka nyaris bisa terbaca untuk situasi lebih memungkinkan, meski kemudian suara serak dan dalam Abihirt terdengar. “Kau tidak ingin bercerai, bukan begitu?” “Lalu apa? Seseorang yang datang di hidupku dengan tujuan membalaskan dendam. Kau pikir apa yang bisa kuharapkan jika ingin pernikahan ini terus berlangsung? Hidup di neraka menghadapi sikapmu yang selalu dingin? Pantas saja. Sekarang aku sudah mengerti meng
“Sepertinya kau benar. Sudah seharusnya kau sangat menyesal membesarkanku selama ini, karena aku mungkin akan mengatakan betapa hebatnya Abi di ranjang. Dia memberiku pengalaman yang sepertinya tidak kau dapatkan darinya.” “Kau menyebut sebuah tempat penuh dengan mainan seks. Ya, kau benar. Aku memang sering berada di sana. Kami melakukan banyak adegan seks dan itu menyenangkan bagiku. Kau tahu ... dia bilang dia sangat mencintaiku. Setelah menceraikanmu, kami mungkin akan menikah. Sekarang aku tidak keberatan lagi harus menerima statusnya sebagai mantan ayah sambungku. Kau dan aku sendiri tidak pernah memiliki hubungan darah. Kurasa itu bukan masalah besar.” Moreau tersenyum lebar, walau di dalam hatinya begitu banyak rasa sakit tidak terungkapkan. Dia hanya ingin membalas setiap kata – kata menyedihkan Barbara supaya itu menjadi harga lebih pantas, dan menyembunyikan semua yang saat ini masih tersisa adalah jalan pintas terbaik. Barbara mulai terpancing. Baguslah
“Kau bisa lanjutkan apa yang ingin kau katakan, Mom,” ucap Moreau setelah tubuh Juan hilang dari pandangan. Dalam sekejap Barbara berdecih sinis, kemudian wanita itu berkata, “Aku takut kau tidak bersedia memanggilku dengan sebutan ‘mom’ lagi setelah mengetahui kebenaran ini.” “Kebenaran apa?” Moreau penasaran. Ironinya, kepuasan di mata Barbara meninggalkan rasa sakit yang dia tidak mengerti bagaimana itu terjadi. “Kau bukan putri kandungku. Aku tidak pernah mau mengandung dan juga tidak bisa mengandung. Abi mungkin sudah bicara denganmu kalau aku tidak hamil anaknya, bukan? Ya, itu benar. Pekerjaanku dulu mengharuskanku melakukan beberapa prosedur dan akibatnya ... menyebabkan masalah serius pada rahimku.” “Pekerjaan apa?” tanya Moreau tak percaya. Hampir tidak bisa memilah satu per satu informasi. Rasanya seperti duduk di kursi terapis. Cukup syok mengetahui kebenaran yang Barbara sembunyikan selama ini. “Sekarang aku yakin kau sudah mengerti. Menja
“Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mengapa Abi harus membalaskan dendam? Apa motivasinya?” Moreau nyaris kehilangan kendali terhadap kebutuhan mempertahankan kestabilan suara. Tidak ingin Barbara menyadari rasa takut yang menyelinap seperti suatu aliran deras. Kali ini, dia menatap ibunya dengan tatapan menyelidik. “Dulu sekali, aku pernah menjalin hubungan bersama seorang pengusaha kaya. Jika kau memikirkan sesuatu yang buruk. Kau benar. Aku mantan simpanan ayahnya. Sama seperti dirimu selama ini. Hanya dijadikan seorang simpanan. Kau pikir Abi benar – benar serius denganmu? Jangan berharap banyak, Moreau. Kau tidak lebih dari seorang mainan.” “Biar kutebak, apa dia sering membawamu ke ruangan mengerikan itu? Melepas cambukan keras di tubuhmu?” Tulang punggung Moreau seperti mendapat kejutan listrik. Ketegangan itu tidak bisa dijelaskan. Bagaimana Barbara bisa menebak dengan tepat? Sekarang apa yang bisa dia katakan? Pada kenyataannya, itu memang benar. Mun
“Yakin catatan-mu sudah lengkap?”Moreau segera menoleh ke arah satu titik di sana ketika Juan bicara nyaris menyerupai gugumaman kecil. Perhatian pria itu terpaku serius pada secarik kertas berisi daftar barang belanjaan. Kali ini, dia sedang tidak diliputi minat melakukan perjalanan. Enggan bertemu banyak orang. Sehingga meminta bantuan Juan dan kebetulan pria itu tidak keberatan melakukan apa pun yang diinginkannya.Sesuatu segera menyelinap di benak Moreau saat iris biru terangnya mendapati Juan akan segera melangkah ke luar dapur. Dia langsung menghentikan kegiatan memotong apel.“Jangan lupa, belikan juga susu untuk wanita hamil.”Moreau sedikit terkekeh saat Juan segera menoleh tajam, kemudian berakhir dengan memutar mata malas.“Jadi, apakah masih ada yang tertinggal?” pria itu bertanya lagi. Sesaat, Moreau mengedarkan pandangan ke sekitar dapur. Tidak ada petunjuk yang bisa dia temukan. Sepertinya semua sudah lengkap.“Ya. Sekarang kau bisa perg
“Sudah ada Juan. Kami bisa saling melindungi. Kau tidak perlu khawatir. Sekarang pergilah. Bukankah kau akan sibuk dengan urusan perceraian-mu?”“Pengacara-ku akan mengurus semuanya.”“Tidak, Abi. Kau tidak bisa di sini,” bantah Moreau tegas. Hanya akan berakhir dengan perkara besar, jika pria itu tidak berusaha memahami kondisi di sekitar. Abihirt sudah menyaksikan sendiri bagaimana begitu banyak mata yang bertentangan terhadap hubungan mereka. Hubungan terlarang ... secara terang – terangan dijadikan sebuah tontonan oleh satu orang. Pria itu bisa menilai sendiri bagaimana hasilnya.“Pergilah, Abi. Aku dan Juan akan baik – baik saja di sini.”Lagi. Moreau tak bisa menunggu lebih lama sekadar menyaksikan sikap Abihirt yang tampak begitu enggan. Ego terus melarangnnya mempersilakan pria itu di sini. Tetap terasa jauh lebih adil jika Abihirt memang melangkahkan kaki pergi.“Mengertilah ....”Kali ini, Moreau bisa mendengar sendiri betapa suaranya begitu ge
“Kau lagi!”Suara Juan menggantung di ujung tenggorokan. Pria itu dalam sekejap tersulut amarah. Semua tampak begitu jelas ketika Juan melebarkan langkah ke arah Abihirt diliputi gestur ingin melayangkan pukulan mentah.Bugh!Sebaliknya pria itu mendapat hujaman luar biasa keras dari kepalan tangan Abihirt. Sial. Juan berdarah dalam sekejap.“Astaga, Abi! Apa yang kau lakukan?”Moreau segera bersimpuh. Ingin melihat langsung bagaimana kondisi Juan setelah pria itu terjerembab jatuh ke atas lantai. Dia meringis ketika Juan mengaduh kesakitan. Makhluk yang malang. Moreau menipiskan bibir, merasakan sangat ingin melimpahkan semua kesalahan kepada Abihirt. Dia mendelik pria itu tajam, lalu berkata, “Kau tidak seharusnya memukul Juan sampai seperti ini, Abi!”“Aku tidak bermaksud. Hanya kelepasan.”Abihirt seperti memutar kembali kalimat yang dia katakan mengenai situasi Juan kemarin. Persetan dengan pria itu. Moreau tidak mengatakan apa pun lagi, selain
“Di sini sudah tidak aman, Moreau. Kau bisa tinggal di kediamanku selama yang kau mau.” Suara serak dan dalam pria itu terdengar persis setelah melewati ambang pintu kamar mandi. Sebelah alis Moreau terangkat tinggi sebagai respons pertama, kemudian bertanya, “Tinggal di kediamanmu? Bagaimana dengan ibuku?” “Aku menceraikannya.” “Menceraikannya? Bukankah kalian sepakat menghancurkan karier-ku?” “Aku tidak tahu kalau dia akan menyebarkan bukti perselingkuhan yang diambil dari kamarmu. Tapi satu hal harus kau tahu. Program itu khusus kubuat untuk mendiang ibuku. Aku bahkan belum tiba di sana sekadar mengetahui apakah acara yang kubuat berjalan dengan baik atau tidak. Ibumu melakukan sabotase, supaya aku tidak hadir tepat waktu dan dia bisa menyebarkan kebohongan. Kau tak seharusnya percaya apa yang dikatakan ibumu. Wanita licik itu berusaha merusak hubungan kita.” Hubungan kita .... Moreau menggarisbawahi pernyataan terakhir ayah sambungnya. Tidak a
Tersisa mereka berdua. Moreau menelan ludah kasar menyadari bagaimana Abihirt seperti memperhatikan wajahnya begitu lamat. Tidak ada peringatan, pria itu segera melangkahkan kaki menuju kamar, bahkan menjatuhkan tubuh Moreau sangat hati – hati untuk duduk di pinggir ranjang. Sekarang, Abihirt bersimpuh diliputi kebutuhan menerawang ke penjuru kamar. Moreau mengernyit. Sedikit heran menyadari ayah sambungnya seperti mendapat sesuatu, kemudian pria itu berjalan ke arah nakas—mengambil sebuah benda asing; bukan kepunyaan Moreau, apalagi Juan. “Kamera kecil.” Suara serak dan dalam Abihirt seperti bergumam. Itu jelas membuat Moreau berpikir lamat. Samuel mendesak supaya dia menuntun pria tersebut menuju kamar. Apakah mungkin? “Kurasa, dia ingin mengirimkan bukti rekaman kepada ibumu.” Sepertinya, metode analisis Abihirt bekerja lebih cepat. Moreau mengakui itu terdengar masuk akal. Hanya merasa tak yakin mengapa ibunya melakukan hal demikian. “Boneka