Sebuah cengkeraman terasa hangat di bagian pinggulnya. Moreau menelan ludah kasar ketika memutuskan untuk memalingkan separuh wajah. Abihirt sedang melakukan sesuatu, berhasil membuat dia melengkungkan tubuh saat kejantanan pria itu perlahan masuk di antara celah kaki yang terbuka.
Besar dan kokoh ... benar – benar memberi Moreau sensansi penuh. Jemarinya mengetat di pinggir kasur tepat saat Abihirt mulai bergerak. Hujaman pria itu terkadang selalu berakhir sebagai tujuan paling kasar, sehingga dia berpikir seseorang dengan gairah seks berbeda seperti ini, seakan memiliki niat menghancurkan tubuhnya, walau Abihirt tak pernah serius terhadap hal demikian. Pria itu setidaknya butuh sesuatu untuk dilampiaskan. Hanya kebetulan dia adalah sasaran renyah.“Mmm ....”Moreau mengatupkan bibir dalam keadaan paling sadar saat hampir mengerang. Berusaha tidak menunjukkan bahwa dia terbuai, tetapi tak dimungkiri bahwa sentuhan Abihirt memberi efek yang terjal.“Mmm, Abi ....”<Lore dan Arias luar biasa kegirangan. Moreau bisa melihat bagaimana mereka bahkan bergerak antusias di gendongan Abihirt. Pria itu terlalu sanggup membawa anak – anak masuk. Sementara satu orang lainnya. Di belakang mereka. Moreau nyaris tidak mengenali siapa di sana, kemudian mengingat struktur wajah Gabriel yang sedikit memiliki ciri khas. Abihirt membawa serta tangan kanannya untuk berada di sini. Apakah mungkin pria itu akan menghabiskan waktu cukup lama di Italia? Begitu banyak pertanyaan menggantung di benak Moreau. Termasuk saat dia mendeteksi bagaimana Gabriel mendorong dua koper besar mengikuti ke mana bos pria itu memutuskan untuk berhenti. Abihirt menurunkan anak – anak ke atas sofa. Bicara sebentar kepada Gabriel dan kemungkinan ... pria yang baru saja mengangguk samar akan segera meninggalkan rumahnya. Moreau menelan ludah kasar menyadari bagaimana dugaannya ternyata benar. Hanya tersisa mereka berempat di sini. Sebagian rasa canggung menguasai atmosfe
“Mommy, apa Daddy tidak ingin menemui kami lagi? Daddy tidak ingin bermain dengan kami lagi? Mengapa Daddy tidak pernah datang?” Moreau selalu mendengar pertanyaan yang sama selama beberapa hari terakhir. Nyaris tidak bisa memikirkan alasan pasti untuk memberi tahu anak – anak. Mereka terlalu murni untuk memahami jika Abihirt mungkin punya pegangan kuat, mengapa pria itu seperti hilang di telan bumi. Sungguh, tidak ada kabar dan dampaknya cukup fatal. Pernah sekali ... anak - anak merindukan ayah mereka hingga jatuh demam. Sulit menangani bocah kembar yang sakit di waktu bersamaan, tetapi Moreau selalu ingin mereka sehat. Hanya tidak bisa mengatakan banyak hal, tetapi begitu sadar bahwa kata – kata terakhirnya di rumah sakit memberi pengaruh besar. Abihirt jelas tidak kembali setelah itu. Tidak ada informasi. Karena sedikitpun, tidak ada komunikasi singkat yang dapat mereka gunakan. Cukup dengan menunggu. Sudah seminggu. Tidak tahu kapan anak – anak bisa l
“Kita akan lihat apa yang akan mommy lakukan dengan robot ini.” Moreau melotot begitu pria itu kembali suara. Dia melirik Abihirt dan robot di sana—yang bergerak perlahan ke arahnya secara bergantian. Senyum nakal di sana menyiratkan banyak hal, membuat Moreau secara naluriah mengambil langkah mundur ke belakang. Tidak mau berurusan mengenai apa pun yang sedang pria itu lakukan. “Singkirkan benda itu dariku, Abi!” Moreau masih dilipti tatapan tajamnya, tetapi mendapati Abihirt seakan sedang menikmati hiburan baru. Ini jelas robot mainan mahal; beberapa fitur ditambahkan seperti yang pria itu inginkan. Sial. Abihirt mengatur supaya lengan robot terangkat dan mengontrol jari – jemari yang menyerupai manusia, bergerak hingga menarik ujung kardingan yang menjuntai di tubuhnya. “Mommy ketakutan, Daddy. Jangan lakukan ini lagi.” Moreau menipiskan bibir tanpa sadar. Arias jauh lebih pintar dari ayahnya. Bocah kecil itu mengerti bahwa dia tidak menginginkan si
Setidaknya sekarang Abihirt mencondongkan tubuh ke arah brankar dengan sebelah tangan menekuk di permukaan yang terasa empuk. Boneka panda masih di dalam pelukan pria itu. Di sanalah, mereka tahu perhatian Lore nyaris tidak teralihkan; antara takjub, juga seakan tak percaya. “Kau mau boneka ini?” tanya Abihirt, seolah pria itu ingin melihat reaksi Lore yang lainnya. Gadis kecil mereka segera mengangguk antusias. Bahkan merentangkan kedua tangan, yang sama sekali tidak sebanding dengan ukuran boneka panda. Entah apa tujuan Abihirt memberikan hadiah sebesar itu. Yang Moreau amati, mantan suami Barbara tidak berusaha menambahkan komentar saat Lore kesulitan menyatukan tangan ketika memeluk boneka ... usai diserahkan lebih dekat. “Boneka ini besar sekali, Daddy. Ini lebih besar dari tubuhku dan Arias. Mungkin juga lebih besar dari Mommy.” Bukan sebuah pemandangan abadi saat menyaksikan bagaimana Abihirt tersenyum di hadapan anak – anak, dan secara tidak langsung
“Mommy ....” Kelegaan langsung menyergap di rongga dada Moreau ketika Lore akhirnya bersuara. Dia segera mendekat, memberi sapuan ringan di puncak kepala gadis kecilnya. Namun, di satu sisi yang sama; harus menyaksikan bagaimana perhatian Lore perlahan teralihkan. Mata kelabu di sana seperti mencari keberadaan satu orang. “Di mana Daddy, Mommy?” Lore akan selalu mencari Abihirt. Ini tidak akan menjadi berita baru. Moreau tersenyum tipis. Berusaha tidak tersulut saat mengingat pria itu. Hanya tidak ingin menunjukkan setiap bentuk dampak lain terhadap Abihirt di hadapan anak – anak. Sudah cukup melihat Arias ketakutan ketika dia menampar wajah pria itu. “Paman Abi sedang sibuk bekerja, Sayang. Dia mungkin tidak akan datang. Sekarang katakan, apa yang kau rasakan? Apa perutmu masih sakit?” Melakukan peralihan kepada Lore adalah jalan pintas. Moreau tidak sanggup jika anak – anak akan terus mencari ayah mereka. Setelah beberapa peristiwa tak terduga, dia
“Hai, Abi. Apa yang membawamu ke sini?” Tidak ada sejarah di mana pria itu mau singgah, sebentar saja, di kediamannya. Menesis seperti mendapat kejutan besar ketika seseorang mengetuk pintu dari luar dan kemudian tubuh jangkung Abihirt sudah menjulang tinggi. Tatapan pria itu tidak berubah. Selalu tajam, dingin, membekukan. Menesis tak bohong bahwa ada kekhawatiran tak terduga di benaknya saat Abihirt memutuskan untuk selangkah lebih maju. Rasanya, terlalu tiba – tiba saat dia harus beranjak mundur ke belakang, sementara Abihirt masih dengan kebutuhan yang sama menyingkirkan sisa jarak di antara mereka. Tinggal sendirian di apartemen—yang hanya sesekali didatangi oleh satu pria terdekatnya, itu membuat situasi semakin kacau. Menesis nyaris tidak bisa memikirkan cara sekadar menghindari sikap Abihirt saat ini. Tidak ada petunjuk pasti mengenai apa yang sedang pria itu pikirkan. Siapa pun yang mengenal Abihirt tahu bahwa pria di hadapannya sulit dibaca. Men