Setelah melakukan banyak pertimbangan, Moreau segera memutuskan untuk mengambil keputusan—memilih beberapa papan pil kontrasepsi sebagai antisipasi. Mungkin seharusnya tidak perlu diborong secara berlebihan. Dia yakin Abihirt akan menggunakan alat pengaman seperti pelajaran pertamanya semalam.
Seharusnya memang lebih baik seperti itu, alih – alih Moreau harus mencecoki tubuh dengan sesuatu yang seharusnya masih terlalu dini, walau memang begitulah cara mengendalikan hubungan mereka. Pria selalu menjadi yang paling untung. Moreau menyayangkan bahkan tak berdaya memikirkan kegelisahannya. Merasa selesai, dia membalas senyum wanita yang baru saja menyerahkan uang kembalian, kemudian melangkah keluar apotek. Abihirt sedang menunggu di parkiran persis seperti permintaan Moreau. Dia tak ingin pria itu terlibat dan kebetulan ayah sambungnya tak memberi tanggapan secara berlebihan. Mungkin sedikit keberatan, meski sekaranAbihirt benar – benar berpikir bahwa Lore akan mudah dibujuk dengan es krim. Membawa pulang sekantong belanjaan besar dan mengeluarkan isi dari dalam sana di depan anak – anak.Bagi Arias, mungkin tidak apa – apa memaafkan penolakan Abihirt terhadap ajakan mandi di kolam, tetapi Moreau sudah mengingatkan bahwa Lore berbeda. Gadis kecil itu bahkan sedang berusaha menyibukkan diri sendiri bersama boneka barbie ketika Abihirt—saat ini, mendekatkan es krim bentuk kerucut rasa cokelat di sana.“Kau yakin tidak ingin es krim ini, Tuan Putri?”Suara serak dan dalam itu terdengar sabar. Terkadang menawarkan bantuan kepada Arias yang sedang kesulitan membuka bungkus kertas.“Es krim ini akan segera meleleh jika kau tidak berusaha menerimanya, Princess.”Moreau diam – diam menahan senyum saat mendengar Abihirt tanpa sadar mengembuskan napas kasar. Dia sudah memberi pria itu peringatan. Bukannya percaya, malah membu
Moreau akan sangat menyalahkan Abihirt, karena pria tua mesum—yang memasang wajah penuh bangga, menatap Lore dan Arias tanpa rasa bersalah. Tidakkah Abihirt berpikir ini terlalu berbahaya bagi anak - anak? Sepertinya butuh aturan serius untuk menjelaskan bagaimana hubungan mereka bekerja.Moreau menarik napas sesaat, demi memastikan dia tidak terlihat berlebihan di depan Lore dan Arias.“Mommy tadi melihat kecoak. Jadi, harus meminta bantuan Daddy untuk menyelesaikannya.”Sambil meringis, Moreau sadar ini bukan kali pertama mereka memberikan kebohongan ketika tertangkap basah berdua. Hanya menunggu kapan anak – anak akan menunjukkan sikap waspada, meski tiba – tiba ... tangan kecil Lore yang terulur menyentuh helai basahnya yang menjuntai, lalu mata kelabu gadis kecil itu secara bergantian melirik ke rambut gelap Abihirt.“Mommy dan Daddy mandi bersama?”Rasa ingin tahu Lore membuat Moreau mengernyit sesaat, te
“Oh—“Suara serak dan dalam Abihirt terdengar mengisi seisi kamar mandi, diliputi miliknya yang nyaris tak bisa Moreau kendalikan. Dia paling banyak mengeluarkan suara, karena pria itu menyentuh bagian sensitif di bawah sana dengan tepat.Moreau bisa merasakan bagaimana dia mulai gemetar, sementara cengkeraman Abihirt di pinggulnya segera mengetat. Pria tersebut tahu dia akan mencapai puncak kenikmatan. Terus menawarkan sentuhan terbaik, hingga tanpa sadar sebuah cakaran meninggalkan karya terbaik di lengan besar itu.Moreau butuh waktu untuk menikmati gelombang kenikmatan, yang meninggalkan denyut di inti tubuhnya, tetapi dia harus siap ketika Abihirt dengan gerakan tak terduga membuat mereka berhadapan, lalu kembali berciuman.Saat tautan bibir mereka terlepas, Moreau sedikit terkejut oleh sensasi udara yang dirasakan. Dia secara naluriah melingkarkan kaki dan lengan di tubuh pria itu, sementara Abihirt dengan hati – hati kem
Tidak dimungkiri. Kebutuhan dasar yang besar; juga memerangkapnya ke dalam gulungan hasrat. Tidak banyak yang bisa dikatakan. Moreau seperti terhanyut di antara sorot kelabu yang menatap lamat, seolah Abihirt benar – benar menunggu jawaban pasti. Napas Moreau memburu. Butuh beberapa kali mengerjap. Persetan. Dia kembali menarik wajah pria itu lebih dekat. Melumat mulut yang terasa hangat, membiarkan Abihirt merasakan akses yang sebenarnya—mungkin telah dia berikan. Tidak sulit bagi pria itu untuk memahami situasi di antara mereka. Moreau tersentak ketika tubuhnya terangkat dengan punggung menyentuh keramik basah. Terlalu cepat jika dia masih berusaha memahami suasana yang baru saja membangun kebakaran besar, karena tidak tahu bagaimana Abihirt menyingkirkan pengait bra dan melempar benda tersebut ke sembarang tempat. Mereka hanya melakukan kontak mata sebentar. Sisanya, pria itu menunjukkan sisi paling rakus, seolah inilah tempat dan waktu untuk melampiaskan apa yang selama ini dit
“Kau tidak ingin mandi bersamaku?”Sial. Pertanyaan singkat Abihirt hampir membuat semua menjadi runyam. Moreau tidak ingin tertangkap basah, karena pengaruh besar yang pria itu berikan kepadanya. Segera melotot lebar. Berharap pula, Abihirt tidak curiga. Tidak tahu mengapa, menghindari tatapan kelabu di sana mendadak jauh lebih sulit daripada membayangkan saat – saat penuh kejadian tak terduga yang harus mereka hadapi.“Terima kasih atas tawaranmu. Aku tidak ingin mandi hari ini,” ucap Moreau setelah merasa lebih baik. Dia tersenyum sambil menengadah ke wajah tampan itu, sementara Abihirt harus menunduk, seperti sengaja membuat jarak mereka lebih dekat.“Benarkah?”Suara serak dan dalam yang terdengar penuh misteri membuat kening Moreau bertaut.“Ya. Sekarang pergilah,” dia segera menjawab. Hampir benar – benar bebas melangkah pergi.Naif, jika Moreau mengira Abihirt tidak akan melakukan
“Kau dari mana saja!”Moreau sudah sekhawatir ini; menunggu tanpa jawaban; melihat sendiri bagaimana ponselnya tidak mendapat balasan. Memang, mereka sudah saling menukar nomor telepon, tetapi semua percuma ... karena Abihirt bahkan sedari awal seperti sengaja menggantungkannya.Sekarang, pria itu menjulang tinggi diliputi ekspresi tidak bersalah. Pakaian yang kumuh nyaris tidak seperti terakhir kali Moreau mendapati Abihirt berpamitan pergi, seolah pria itu baru saja melakukan perjalanan ekstrim dan hal tersebut merupakan satu bentuk alasan paling nyata ... mengapa pengabaian mengikatnya sampai ke dasar. Dia sangat ingat bahwa Emma mengatakan sudah menyetrika kemeja kerja sang majikan.Kernyitan dalam segera bertaut. Moreau menatap Abihirt skeptis, tetapi juga menuntut pelbagai prospek untuk menelusuri pria itu. Abihirt jelas telah melakukan satu tindakan yang sangat membutuhkan pergerakan lebih banyak dari seharusnya, dan kenyataan belum berusaha m