Share

Part 14 Menangkap Kenzo

"Kalian sudah siap?" tanya Criss yang berdiri di hadapan Daniel, Diki, Budi, Jesika, Nick.

"Kami semua siap," ucap mereka serempak.

"Baiklah, sebaiknya kita membagi dua tim. Diki, Daniel dan Budi menggunakan mobil TNI.

Sementara Aku, Jesika dan Nick kalian tetap menggunakan mobil Rumah sakit dan kalian tetap bawa senjata api beserta pelurunya. Dunia sedang tidak baik-baik saja dan di pusat kota, sebagian warga telah berubah menjadi mayat hidup. Berhati-hatilah dan tetap protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan hand-sanitizer untuk mencegah virus itu menempel di permukaan kulit kita." jelas Criss berdiri di depan mereka yang berdiri satu barisan.

"Baiklah, sebelum memulai pembukaan rencana kita. Ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu, berdoa mulai," ucap Criss memimpin berdoa menurut kepercayaan masing-masing.

"Berdoa selesai," lanjut Criss dan mereka membubarkan diri untuk mempersiapkan pergi menuju titik lokasi tempat mension Kenzo.

Mobil yang dikendarai oleh Diki dan ditumpangi oleh Daniel dan Budi telah melaju menuju jalan raya. Adapun, mobil yang dikendarai Criss, Jesika dan Sean melajukan arah mobil ke jalan tikus.

Suasana di pusat kota terlihat kacaw balaw, banyak warga yang berjalan tak tahu arah dan mobil serta bangunan terlihat hancur dan berantakan.

"Kita masih punya 5 jam dari sekarang, apabila kita terlambat dari waktu itu maka seluruh dunia akan dikuasai oleh Kenzo Albert," ucap Diki menatap fokus ke arah depan.

***

Di sebuah jalan yang terlihat sempit dan hanya bisa dijalankan oleh satu kendaraan, terlihat sebuah mobil rumah sakit melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil itu telah direnovasi sehingga kaca dan pintu pada mobil tidak akan retak karena dibaluti besi anti peluru. Begitupun, mobil yang ditumpangi oleh Diki, Daniel dan Budi mobil mereka anti peluru.

Suasana di dalam mobil terlihat hening, semua orang yang duduk di dalam mobil menyalami pikirannya masing-masing.

Jesika yang duduk di kursi penumpang sedang memikirkan bagaimana keadaan Dissa, walaupun dia sangat membencinya tapi ia tetap peduli dengan Dissa. Dulu, Dissa sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Semenjak ia mengetahui Dissa bermain api dengan pacarnya, sejak itulah putus hubungan antara kakak dan adik.

"Semoga kau disana baik-baik saja," gumam Sarah tulus seraya menatap luar kaca mobil.

Nick yang duduk di sebelah Criss pun menyelami harapan besarnya kepada seseorang yang dicintainya.

"Kapankah waktu yang tepat agar aku bisa menyatakan rasa yang terukir indah di dalam hati ini," kata Nick menatap pantulan seseorang di balik kaca spion mobil.

Sementara Criss yang mengendarai mobil, ia selalu menatap fokus ke arah depan. Tepatnya, di jalan raya yang mereka lewati tidak seperti biasanya tata tertib tidak dipatuhi. Polisi yang menjaga lalu lintas pun menjadi sosok menyeramkan, berbagai teriakan meminta tolong terdengar jelas di telinga Criss. Sebenarnya, ia ingin menolong tetapi ia tidak mungkin menghentikan mobilnya dan menolong satu orang yang dikejar oleh puluhan warga yang menatap lapar ke arahnya. Keputusannya memang terdengar egois tapi apa kah daya tekatnya yang bulat untuk lebih mementingkan menyelamatkan nyawa adiknya dan dunia. Setelah itu, baru ia akan membantu orang-orang yang terkena kejaran dari mayat hidup.

"Dissa, adikku tersayang, tunggu aku akan menyelamatkanmu dari cengkeraman manusia berhati iblis itu," kata Diki menatap sekilas pada foto Dissa yang di tempel di depan laptop.

Diki baru menyadari bahwa ia telah menemukan adik kesayangannya yang telah hilang beberapa tahun yang lalu. Ketika, ia menyewa seseorang untuk mencari informasi lengkap tentang Dissa dan keluarganya. Saat itu ia hampir tak percaya saat menerima sebuah map berwarna biru yang berisi berkas penting bagi dirinya.

*Kilas Sejenak*

Tok! Tok! Tok!

"Masuk," ucap Diki di ruang kerja pada mensionnya.

"Tuan, ini semua berkas yang saya dapatkan," ucap seorang pria yang ditugaskan Diki untuk mencari informasi penting.

"Baiklah, kau bisa pergi." jawab Diki tanpa mengalihkan pandangannya menatap jendela ruang kerjanya.

Pria itu pun mengangguk dan membalikkan badan untuk berjalan menuju pintu ruangan kerja Diki.

Diki mengalihkan pandangannya menuju sebuah map berwarna biru yang berisi sebuah dokumen penting yang ingin ia lihat. Diki mengambil map itu dari atas meja kerjanya dan mulai membuka satu per satu lembar berkas yang dipegangnya. Diki mulai membacanya dengan teliti.

Di dalam berkas itu terdapat sebuah informasi tentang seseorang yang sangat ia sayangi dan betapa terkejutnya Diki saat membaca identitas Dissa yang menyandang gelar Richard di belakang namanya. Berkas yang dipegang oleh Diki terjatuh dan ia menutup mulutnya merasa tak percaya dengan semua ini.

Ternyata oh ternyata, Dissa adalah adik tersayangku. Adik yang terpisah oleh jarak sejak kecelakaan yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Kedua orang tuanya ternyata masih hidup dan selamat dari kecelakaan maut itu.

Diki yang semula berdiri dari duduknya saat mendapati kenyataan yang mengejutkan tersebut. Seketika, ia menjatuhkan diri di atas lantai.

Hiks! Hiks!

Buliran kristal berhasil mengalir deras dari wajah tampan Diki.

"Mama! Papa!" panggil Diki pelan.

"Aku disini," ucap Diki.

"Aku sangat merindukan kalian, tidak ada kah niat kalian untuk mencariku dan menjemputku agar dapat hidup bersama kalian," lanjut Diki.

Sejak kejadian itu, semua yang dipikirkan oleh Diki selalu saja ingatan itu berputar di kepalanya dan ia tidak pernah marah sama sekali dengan keputusan kedua orang tuanya karena ia yakin pasti ada alasan yang besar yang belum ia ketahui.

***

Kini mobil yang ditumpangi oleh Daniel, Budi dan Diki telah tiba di depan gerbang mension Kenzo. Sementara mobil yang dikendarai oleh Criss, Sarah dan Nick berhenti tidak jauh dari mereka.

"Mari kita masuk," ucap Diki dan dibalas anggukan oleh Daniel dan Budi.

Mereka membuka pintu mobil dan menutupnya secara pelan. Mereka berjalan menuju depan pintu mension.

Sementara di sebuah ruangan yang dipenuhi beberapa layar komputer yang terpajang rapi di atas dinding, saat ini, Kenzo berada di ruang khusus yang terletak dibalik ruang kamar utama di lantai dua.

"Okelah, sepertinya kau ingin bermain-main denganku dulu." kata Kenzo fokus menatap layar komputer di depannya.

Kenzo menekan tombol berwarna merah dan secara bersamaan, tibalah beberapa warga yang telah berubah menjadi mayat hidup yang siap berjalan menuju arah belakang Diki, Kenzo dan Budi.

Huhah! Huhah!

Daniel yang mendengar suara yang begitu dikenalnya, ia langsung menoleh ke arah belakang dan benar dugaannya ada beberapa mayat hidup yang sedang berjalan cepat ke arah mereka.

"Diki! Budi!" panggil Daniel menatap kedua temannya yang sedang sibuk membuka borgor gerbang mension Kenzo.

"Ada apa," ucap mereka secara bersamaan.

"Ayo cepatlah buka gerbang itu, jika tidak terbuka maka kita akan menjadi santapan makanan oleh mayat hidup itu," ucap Daniel seraya mengarahkan jari manisnya menuju beberapa orang yang berjalan menuju mereka.

Diki dan Budi mengikuti arah jari Daniel dan mereka terkejut karena ada beberapa mayat hidup yang ingin menjadikan mereka sebagai makanannya.

"Ini pasti ulah Kenzo!" ucap Diki dengan mengepalkan kedua tangannya.

"Kenzo, aku pastikan akan menangkapmu!" lanjut Diki dan mereka mulai mengambil senjata api dari saku celananya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status