"Ada apa," ucap mereka secara bersamaan. "Ayo cepatlah buka gerbang itu, jika tidak terbuka maka kita akan menjadi santapan makanan oleh mayat hidup itu," ucap Daniel seraya mengarahkan jari manisnya menuju beberapa orang yang berjalan menuju mereka. Diki dan Budi mengikuti arah jari Daniel dan mereka terkejut karena ada beberapa mayat hidup yang ingin menjadikan mereka sebagai makanannya. "Ini pasti ulah Kenzo!" ucap Diki dengan mengepalkan kedua tangannya. "Kenzo, aku pastikan akan menangkapmu!" lanjut Diki dan mereka mulai mengambil senjata api dari saku celananya. *** Di depan gerbang Mension mewah milik Kenzo, terdengar beberapa kegaduhan dari depan gerbang. Kedua satpam yang sedang duduk di pos keamanan Mension Kenzo. Sebenarnya, mereka mengetahui ada beberapa perkelahian antara musuh Kenzo dengan mayat hidup yang dijadikan Kenzo sebagai senjata biologisnya. Namun, karena mereka diutus untuk tetap mengabaikan saja hal itu dan dem
Cekrek!Suara pintu terbuka dan disana terlihat seorang wanita cantik yang sedang terbaring lemah di atas tempat tidur. Wanita itu adalah Dissa Richard. Dengan kecantikan yang menyerupai panutan hati Kenzo Albert membuat hidup Kenzo lebih berarti. Kenzo tersenyum tulus menatap ke arah Dissa yang masih setia menutup kedua bola matanya di atas tempat tidur. Tadi, sebelum Kenzo datang kesini. Ia menyuruh maid yang bertugas mengantarkan makanan untuk terlebih dahulu memasukkan sebuah obat tidur agar Dissa tidak bisa kabur dari mensionnya. Kenzo masuk ke dalam kamar bernuansa gold dan ia menutup pintu kamar dengan sangat pelan. Kenzo melangkahkan kakinya menuju tempat tidur Dissa. Setelah sampai di depan Dissa, Kenzo menatap penuh cinta dan ia berpikir sejenak apa yang akan dilakukannya terhadap Dissa itu benar atau tidak. Kenzo mengambil sebuah alat suntik yang berada di kantong belakang celananya. Sebenarnya, ia ragu-ragu untuk menyuntikkan obat yang mengandu
"Cuihhh!" Diki meludahi kedua pria yang hampir sekarat di depannya. "Kalian tidak perlu mencampuri urusan kami! Urus hidup kalian sendiri dan jangan pernah usik keinginanku untuk menyelamatkan adikku," ucap Diki dengan senyuman miringnya menatap ke arah kedua pria yang terkapar di atas lantai. Diki membalikkan tubuhnya dan menekan tombol ruangan lift dan setelah lift terbuka, ia pun berjalan masuk ke dalam lift. *** Di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh beberapa bingkai foto yang dipajang rapi. Disinilah Budi terus melangkahkan kakinya menuju setiap ruangan pada mension. Cekrek! Budi memasukkan kepalanya sedikit untuk melihat kondisi di dalam ruangan. "Uwoow... Keren sekali ruangannya," ucap Budi memuji beberapa peralatan medis yang dilihatnya. Saat ini, ia berada di lantai tingkat satu. Para bodyguard yang diutus Kenzo untuk menjaga keamanan mensionnya, semuanya telah sekarat dihajar oleh Criss dan Daniel. Budi berjalan masuk k
Daniel berjalan menghampiri Kenzo berdiri di tempat. Daniel mulai menceritakan bahwa dirinya dan Dissa saling mencintai dan bagaimana awal kisah perjuangan cinta surga yang mereka lalui bersama-sama. *****Flashback On***** "Sayang banget hari ini kita gak bisa menyelesaikan fitting baju pernikahan kita, kamu pulangnya terlalu malam, jadi Salon Aura sudah tutup," ucap Dissa, lalu memasukan sesuap nasi ke mulutnya. Mereka sedang makan malam bersama di sebuah Restoran langganan. "Maaf sayang, lalu lintas sedang padat karena jam pulang kantor," jelas Daniel, Dissa mengangguk pun memaklumi. "Sayang, aku mau membicarakan sesuatu." "Bicara saja." ucap Dissa singkat. "Sayang, besok aku izin untuk pergi karena mendapat amanah dari rumah sakit." ujar Daniel menatap kedua bola mata indah Dissa yang berdiri di hadapannya. "Mau pergi mengisi seminar di luar kota lagi?" tanya Dissa yang sudah hafal kegiatan calon suaminya yang sering d
Di dalam sebuah tenda tampak seorang dokter cantik bernama Jesika. Kini dia telah menyelesaikan laporan kegiatan hari ini dan sudah mengecek seluruh gambar yang Budi kirim. Jesika menutup laptopnya dan beranjak pergi menuju tenda tidur. Beberapa rekan kerjanya sudah tertidur pulas, sedangkan Jesika masih tidak bisa tidur. Ia menatap langit-langit tenda dan berpikir sejenak. "Andai saja aku mengenalmu lebih dulu, Daniel. Mungkin sekarang kita sudah menikah dan hidup bahagia. Tapi, Dissa sudah menghancurkan impianku. Wanita itu tidak pantas menjadi pendamping hidupmu, Daniel. Akulah yang pantas hidup bersamamu. Akan ku pastikan kalian tidak akan bisa bersatu karena aku sendiri yang akan memisahkan kalian." gumam Jesika. Budi merasa haus. Dia terbangun dari tidurnya dan berjalan menuju tenda bagian konsumsi. Namun, sebelum menuju ke tempat tujuan, tanpa sengaja ia mendengar suara yang sangat familiar. Dia berjalan menuju sumber suara. "Aku ti
Dissa turun dari mobilnya dengan wajah sembab. Dia langsung masuk ke dalam kamarnya dan mengunci diri di dalam sana. Menangis ... Itulah yang Dissa lakukan. Lalu mau bagaimana lagi? Hanya menangis satu-satunya cara meluapkan semua yang ada di hatinya. Terdengar ketukan pintu dari luar. Sang Mama memanggilnya dari luar."Dissa, ada Daniel di sini. Ayo keluar," titah sang Mama. Namun Dissa semakin mempererat selimut yang menutupi tubuhnya. "Dissa, bukannya kamu rindu Daniel?" Dia tidak mengerti kenapa Daniel dan Dissa tidak pulang bersama. Padahal pagi tadi, Dissa mengatakan akan menjemput Daniel di bandara. Dissa melirik ke arah ponselnya yang terus berdering. Siapa lagi jika bukan Daniel. Dia menghela napas, mengusap wajahnya yang basah. Dissa menatap ke arah pintu. Dia berjalan perlahan, kemudian berkata, "Bilang Daniel, Dissa mau membatalkan pernikahan ini," kata Dissa dari dalam kamar. Tidak ada jawaban sama sekali. Apa mamanya sudah per
"Kau tak mengerti, bagaimana perasaanku, sakitnya ditinggali di saat aku sangat mencintainya. hiks!" ucap Kenzo mengeluarkan buliran kristal yang membasahi wajah tampannya. "Sakitnya tuh disini." lanjut Kenzo mendudukkan kepala. Daniel merasa kasihan dengan kehidupan Kenzo dan ia berniat untuk menenangkan Kenzo agar tidak bersedia lagi. Daniel melangkahkan kakinya menuju ke arah Kenzo yang berdiri di depan Diki. Baru saja Daniel berjalan mendekati Kenzo, ia menatap Kenzo yang mengangkat kepalanya ke arahnya dan terlihat sorot matanya berubah menjadi merah. Giginya yang rapi berwarna putih, kini mengeluarkan taring tajam dari giginya. Kenzo tersenyum miring dan langsung menyerang ke arah Daniel. Daniel yang belum mengeluarkan jurus taekwondo, mau tidak mau ia harus menangkis serangan lawan di depannya dan terjadilah baku hantam di dalam ruangan. "Dissa, jangan bergerak biarkan aku yang melepaskan semua ikatan yang berada pada tubuhmu," ucap Budi mulai
"Apa yang kalian lakukan? Dimana Tuan Kenzo?" tanya Dissa. Walaupun Kenzo telah melakukan kesalahan dan menyakitinya tetapi ia tetap menanyakan keberadaan Kenzo, karena di matanya Kenzo perlu bimbingan agar ia tidak terjerumus melakukan kesalahan yang sangat fatal. "Maaf nyonya, Tuan sedang bertengkar dengan seorang pria yang terluka di pelipis kepalanya dan sekarang, mereka berada di gasebo mension." jawab kepala maid menunduk di depan Dissa. "Apa!" pekik Dissa terkejut. Dissa menutup mulutnya dan ia langsung menarik lengan Budi untuk membantunya berjalan. "Baiklah, terima kasih atas informasinya. Kau bisa kembali bekerja," ucap Dissa. "Baik Nyonya, terima kasih," ucap Kepala Maid undur diri dan berjalan menuju ke arah dapur mension. "Dissa, kau baik-baik saja?" tanya Budi khawatir dengan keadaan Dissa. "Kasian sekali nasib Dissa, ia sudah diculik dan tubuhnya terkena suntik. Suaminya pun kena imbasnya oleh keegoisan Kenzo." kata Budi dalam h