Begitu meninggalkan rumah Mira, Ricky langsung mengendarai mobilnya menuju rumahnya. Didalam perjalanan, Ricky terlihat memasang wajah bengis. "Sialan!! Ternyata Mira adalah anak Jatmiko si manusia laknat!! Kalau tahu begitu, harusnya tadi Aku biarkan Mira sendirian di jalanan sepi itu! Tapi Aku sangat senang, Mira dinodai orang! Sekarang pasti Jatmiko dan Sartika sedang banjir air mata!" Ucap Ricky sambil menyetir mobilnya. Lalu terlihat lelaki itu menyeringai lebar. "Tapi ada yang aneh dengan wajah Mira! Mengapa wajahnya mirip sekali dengan wajah Kinan? Apa jangan-jangan mereka saudara kembar? Kinan sengaja dibuang ke panti asuhan karena Kinan cacat! Tidak salah lagi, pasti Kinan anak kandung Jatmiko! Aku besok harus menemui Kinan!" Ucap Ricky. Terlihat mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumahnya. Pagi itu ditemani Bu Sartika dan juga Mira, Pak Jatmiko melaporkan kejadian yang menimpa anaknya ke kantor polisi. Setelah mendapat laporan dan keterangan dari Mira,
Pak Jatmiko mengendarai mobilnya dengan kencang menuju polres kota Surabaya. Setelah sampai di polres dan memarkirkan mobilnya, Pak Jatmiko langsung menuju bangunan utama. Lelaki berkumis tebal itu pun mengambil nomor antrian besuk tahanan. Setelah menunggu lebih dari satu jam, akhirnya tiba saatnya nomor antrian milik Pak Jatmiko dipanggil. Dia pun bangkit berdiri dan berjalan menuju petugas yang berjaga. Setelah memberikan KTP-nya, Pak Jatmiko berjalan mengikuti seorang polisi yang bertugas, menuju ruang besuk. "Tunggu sebentar disini Pak. Saya akan memanggil pelakunya!" Pinta polisi itu. "Baik Pak." Balas Pak Jatmiko tidak sabar. Sedangkan polisi itu berjalan menuju ruang tahanan. "Kamu sekarang ke ruang besuk. Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu!" Perintah polisi itu sambil membuka gembok pada salah satu pintu sel. Setelah gembok dan pintu berhasil dibuka, lelaki berkacamata itu keluar dari dalam sel. Polisi itu pun kembali menutup pintu dan menggemboknya. Lelaki
Malam itu Pak Jatmiko terlihat sedang mengendarai mobilnya menuju suatu tempat. Sekitar 40 menit didalam perjalanan, akhirnya Pak Jatmiko telah sampai pada tempat yang menjadi sasarannya. Yaitu sebuah rumah cukup mewah walaupun hanya berlantai satu. Setelah memarkirkan mobilnya didepan pagar rumah, Pak Jatmiko turun dan berjalan menuju pintu depan rumah tersebut. Tokkk...tokkk... "Assalamu'alaikum." Salamnya. "Wa'alaikumsalam." Terdengar suara seseorang dari dalam rumah itu. Kemudian tidak berapa lama, pintu depan rumah itu terbuka. Terlihat seorang perempuan berumur sekitar setengah abad, berdiri di balik pintu. "Oh, Bapaknya Mira! Kirain siapa!" Serunya. "Roy ada di rumah tidak?" Tanyanya. "Ada Pak, silahkan masuk!" Balasnya. Pak Jatmiko pun melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah itu. Lelaki berkumis tebal itu duduk disebuah sofa yang berada didalam ruang tamu. Sedangkan perempuan itu berjalan menuju ruang keluarga. "Roy, ada Bapaknya Mira datang!" Ucapnya. "
Seperti yang dikatakan oleh Pak Jatmiko sebelumnya, hari itu Roy bersama ibunya, beserta paman dan bibinya, pergi menuju rumah Mira, kekasihnya. Setelah sampai tepat didepan rumah Mira, mereka pun turun dari atas mobil berwarna biru milik Roy. Roy terlihat tampan dengan memakai pakaian kemeja batik berwarna coklat. Ibunya Roy memakai kebaya berwarna krem. Paman dan bibi, dan sepupunya Roy juga tampak rapi dengan memakai seragam batik berwarna ungu. Seorang satpam yang berjaga menyambut mereka dengan ramah. Mereka berjalan menuju pintu dengan membawa beberapa bingkisan yang dibungkus menggunakan kardus. Mengetahui Roy dan keluarganya telah datang, Pak Jatmiko, Bu Sartika, dan juga Mira menyambutnya dengan penuh bahagia. Senyum indah terpancar dari wajah mereka. "Assalamu'alaikum." Salam Roy dan keluarganya begitu di hadapan Mira dan kedua orang tuanya. "Wa'alaikumsalam." Jawab Mira dan kedua orang tuanya. "Mari silahkan masuk!" Pinta Pak Jatmiko. Roy dan keluarganya pun mas
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Mira dan Roy telah tiba. Pasalnya, hari itu mereka akan melangsungkan pernikahannya. Perkawinan itu merupakan perkawinan yang kedua kalinya bagi mereka. Karena mereka sama-sama pasangan meninggal dunia. Bedanya, suami Mira meninggal karena dibunuh. Sedangkan istrinya Roy meninggal karena kecelakaan. Namun pernikahannya Mira yang kedua kalinya itu, tidak semeriah pernikahannya yang pertama. Pernikahan kali ini sama sekali tidak ada pertunjukan hiburan. Bukan masalah biaya, tapi dikarenakan pernikahan Mira yang pertama belum lama berlangsung. Alasan yang kedua ialah pernikahannya kali ini tidak banyak persiapan. Dikarenakan pernikahannya bisa dibilang sangat mendadak. Malam itu, terlihat tetangga-tetangganya Pak Jatmiko sudah mulai berdatangan. Didepan rumah Pak Jatmiko terdapat sebuah tenda biru, yang dihiasi dengan janur kuning mengelilingi tenda. Orang-orang terlihat duduk dengan rapi di kursi yang telah disediakan. Terlihat pula, ibunya Roy dan k
Setelah mengetahui kalau Pak Jatmiko kabur, Ricky pun menelepon pihak rumah sakit untuk membawa jenazah Pram ke rumahnya. Sekitar 20 menit berlalu, akhirnya sebuah mobil ambulance sampai didepan rumah Pak Jatmiko. Para tamu dan tetangga Pak Jatmiko yang masih berada didepan rumahnya, banyak yang menyaksikan jenazah Pram yang meninggal sangat tragis itu, dimasukkan kedalam ambulance. "Kinan! Kamu ikut ke rumahnya Pram ya! Biar Aku yang ke polres untuk melaporkan Jatmiko!" Seru Ricky. "I..ya Rick." Balasnya. Kinan pun ikut naik keatas mobil ambulance. Berbekal alamat yang terdapat di KTP milik Pram, supir ambulance itu mengendarai mobilnya menuju rumahnya. Sekitar 45 menit didalam perjalanan, akhirnya mobil ambulance itu sampai didepan rumah Pram. Supir ambulance itu pun turun bersama dengan Kinan. Mereka bergegas menuju pintu depan rumah berdinding anyaman bambu itu. Tokkk.......Tokkk........ "Assalamu'alaikum." Salam supir ambulance itu. Setelah menunggu beberapa saat ak
Setelah Pak Jatmiko dipenjara, Bu Sartika hanya tinggal bersama Mira. Dan pembantu beserta satpamnya. Hatinya sangat hancur berkeping-keping. Bukan karena suaminya dipenjara. Tapi karena selama ini, ia telah dikhianati oleh suaminya sendiri. Bu Sartika baru sadar penyebab suaminya tidak memberikannya nafkah batin beberapa tahun terakhir. Pagi itu jam dinding menunjukkan pukul 07.48 WIB. Bu Sartika baru bangun dari tidurnya. Setelah berganti pakaian, ia keluar dari dalam kamarnya menuju dapur. Ketika sampai dapur, perempuan cantik itu melihat pembantunya sedang mencuci piring. "Bi, sarapan sudah siap?" Tanyanya. "Sudah nyonya." Balasnya. "Mira sudah sarapan belum?" Tanyanya. "Belum nyonya. Saya belum sempat membangunkannya. Biar Saya bangunkan dahulu." Ucap pembantu itu hendak melangkahkan kakinya. "Biar Aku saja yang membangunkannya." Balasnya. "Baik nyonya." Ucapnya. Bu Sartika melangkahkan kakinya menuju kamar tidur Mira. Begitu sampai didepan pintu kamar anaknya, Bu
Begitu sampai didekat rumah Bu Sartika, Ricky melihat didepan rumah Bu Sartika sudah banyak orang yang sedang duduk di kursi yang ditata dengan rapi. Setelah memarkirkan mobilnya di tepi jalan, Ricky turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri orang-orang yang sedang duduk didepan gerbang. Ricky yang berpakaian warna hitam dan berpeci hitam itu, menyalami satu persatu orang-orang yang bertugas menyambut para tamu yang datang untuk melayat. Lalu Ricky terus berjalan menuju pintu depan rumah Bu Sartika. "Assalamu'alaikum." Salamnya ketika berdiri didepan pintu dengan perlahan. Terlihat di ruang tamu, perempuan-perempuan yang sedang membaca surat yasin secara bersama-sama. Suaranya terdengar keras dan kompak. "Wa'alaikumsalam." Balas perempuan yang bukan lain adalah Bi Salimah. Ia pun bangkit berdiri dan menghampiri Ricky. "Bu Sartika dimana Mba?" Tanyanya. "Nyonya didalam kamarnya, Mas." Balasnya. "Bisa antarkan Saya ke kamarnya?" Tanyanya. "Bisa Mas." Balasnya. Bi Sali