Bagaimana bisa selama ini aku tidak tau bahwa Hugo memiliki saudara kembar? Benjamin Enthan Hart. Itu adalah nama saudara kembar laki-laki Hugo. Dan dia juga memiliki aset di perusahaan. Kenapa Hugo tidak memberitahuku?Aku menemukan sebuah data perusahaan yang mencatat bahwa The Glam merupakan bisnis perhiasan berlian milik Benjamin dan Theo. Jadi Theo juga dekat dengan Benjamin. Luar biasa! Hugo benar-benar pintar menyimpan rahasia. Dugaanku senentara ini mereka pasti memiliki masalah. Saat aku bertemu dengan Hugo pertama kalinya, cukup jelas bahwa dia tampak kerepotan mengurus perusahaan. Itulah kenapa dia sampai merekrut personal asisten. Pasti telah terjadi sesuatu. Kematian Theo bisa menjadi penyebab atau akibat dari permasalahan diantara mereka. Yang jelas mereka tidak baik-baik saja. “Matilda, berapa lama kau bekerja untuk Hugo?” tanyaku kepada Matilda melanjutkan penyelidikanku yang tertunda.“Mungkin lima tahun. Kenapa, Mam?” balas Matilda. “Tidak ada, aku hanya gugup k
Theodore adalah cucu kesayangan kakek Oliver karena mewarisi wajah yang mirip dengan Mom. Sedangkan aku lebih mirip Dad. Menurut kakek Oliver, Theodore lebih berdarah Italia daripada aku, cucu perempuannya.Ruang kerja Theo tidak salah lagi pasti terinspirasi dari rumah kakek Oliver. Penuh dengan misteri dengan desain interior seperti film The Godfather. Dan aku yakin, pasti Theo menyembunyikan banyak rahasia disini.Aku duduk di kursi bos dan menghentakkan kaki di atas karpet. Tidak ada apa-apa. Aku mulai meraba meja kayu besar dan meneliti setiap incinya sambil mengingat memori saat aku dan Theo liburan ke rumah kakek Oliver. Ketemu! Tepat di balik meja ada sebuah tuas terbuat dari logam yang kokoh. Aku menariknya ke depan tapi tidak bergerak. Kuulangi lagi untuk menarik tuasnya ke belakang dan samping kanan kiri tapi juga tidak ada yang terjadi. Kemudian tanganku reflek menekan tuas itu kedalam dan terdengar sebuah bunyi. Aku melongok ke dalam kolong meja dan melihat sebuah lapis
“Kau yakin kau tidak ingin aku mengantarmu ke atas sayang?” Hugo bertanya kepadaku setibanya kami di kantor pagi ini. Es diantara kami mulai mencair. Aku mencoba memperbaiki kesalahpahaman yang terjadi. “Tidak perlu, Angela bisa membantuku. Sampai jumpa nanti, okay?” jawabku. Hugo mengedipkan satu matanya dan dia menuju ke ruang studio untuk bertemu dengan Max. Jadwal Hugo hari ini padat karena ada beberapa pengambilan gambar, jadi aku bisa membongkar ruangan Theo dan menemukan kunci dari semua teka-teki ini. Seharusnya aku memikirkan ini jauh-jauh sebelumnya. Theo lah orang yang membawaku ke tempat ini. Semua penyelidikanku bersumber darinya. Dan aku akan mencari tau semua itu dengan cara yang benar kali ini. Angela sudah berada di depan lift khusus direksi untuk menjemputku. “Selamat pagi Mrs. Hart, aku tidak sabar untuk bekerja untukmu,” sapanya. “Percayalah Angela, aku juga sangat bersemangat hari ini.” Kami menuju ruang kerja di dalam Restaurant ‘Are You Hungry Baby?’ di l
Sebuah drama besar pasti telah terjadi diantara Hugo, Theo dan Benjamin. Sampai saat ini, aku masih belum bisa menebak siapa yang lebih dekat dengan siapa dan sebaliknya. Pikiranku teralihkan ketika terdengar suara telepon berbunyi. Pasti Angela menelepon dari ruangannya. “Ya?” “Emily, Tuan Hugo bertanya apa kau ingin makan siang dengannya?” tanya Angela.“Astaga. Dia bisa meneleponku langsung,” jawabku.“Dia memang meneleponmu, Mam. Tapi kau tidak menjawabnya.” Aku buru-buru mengecek handphone. Ada tiga panggilan tak terjawab. Aku melewatkan dua panggilan telepon. Dua dari Hugo dan satu dari nomor tak dikenal. “Oh, tolong katakan ya, aku mau makan siang dengannya. Dan handphoneku dalam mode getar, thank you,” kataku. Waktuku tidak banyak sebelum tiba jam makan siang. Hugo pasti akan ke ruanganku untuk menjemputku dan juga memastikan bahwa aku tidak melakukan hal-hal yang dia tidak sukai. Aku segera melanjutkan investigasiku. Ternyata tidak ada banyak data di akun milik Theo. I
“Ceritakan kepadaku semua hal yang kau ketahui tentang Benjamin Ethan Hart.”Aku sedang bersama Anthony. Kami bertemu dia ruang kerjaku yang baru. Anthony tampak berhati-hati dan sudah mempersiapkan diri untuk pertanyaan itu. “Dia saudara kembar Hugo. Kau tau cerita Three Musketeers? Kurang lebih seperti itulah hubungan si kembar dan Theo. Jika Hugo adalah orang yang penuh dengan orisinalitas, maka Ben adalah orang yang sangat inovatif dan energik. “Ben selalu mengembangkan ide dari Hugo. Namun ketika berbicara bisnis, Hugo tidak punya pilihan lain kecuali menuruti kemauan Ben yang dinamis. Emily, yang kau miliki saat ini adalah ide asli dari seorang Hugo.” Antony memberikan jeda pada penjelasannya untuk melihat bagaimana responku. “Siapa yang lebih dekat dengan Theo?” tanyaku. “Aku tidak tau pasti karena Theo tidak pernah benar-benar memasukkanku ke dalam circle merela. Tapi setauku, jika menyangkut bisnis, Theo lebih sering berkoordinasi dengan Hugo. Namun sifat Hugo yang kaku m
“Kita tidak perlu jet besar,” kataku.“Tentu perlu. Kita berempat. Aku naik jet besar untuk pergi ke Las Vegas melihat Super Bowl, Em. Sekarang kita akan ke Bali. Itu berada di bumi bagian bawah kita bukan?” balas Hugo.“Kurasa. Oh God! We're going on a honeymoon!” Aku sudah tidak sabar.“Yeah baby! Honeymoon yang baik dan benar kali ini,” sahut Hugo.Di dalam hatiku aku ingin segera mencari tau apa yang Benjamin kerjakan di Asia. Tapi sebelumnya aku akan melakukan perjalanan bersama Hugo ke Bali. Aku harus mendapatkan hatinya agar bisa mengambil alih kendali. Perjalanan kami memakan waktu selama kurang lebih enam belas jam. Aku senang karena kami menggunakan sebuah private jet sehingga bisa menempuh penerbangan langsung dari Los Angeles ke Bali. Sebenarnya aku tidak terlalu menyukai pantai. Begitu juga Hugo. Banyak pantai-pantai surgawi dan fancy di Eropa seperti Santorini atau Positano dan pantai mewah lainnya di pesisir Brazil. Tapi aku menemukan satu artikel yang bercerita tenta
“Apa yang kita lakukan?” “Ikuti saja.” Aku juga tidak tau apa jawaban dari pertanyaan Hugo. Setelah sarapan pagi di private infinity pool, aku dan Hugo mengikuti semacam ritual pembersihan diri yang menjadi ciri khas dari Pulau Bali. Mereka menyebutnya dengan ‘melukat’. Karena petugas guest relation di resort ini menjelaskan dengan ramah dan menyenangkan, aku berpikir untuk mencobanya.Kami bertemu dengan seorang wanita paruh baya yang terkenal sebagai healer atau orang yang membantu kita menyembuhkan diri. Wanita itu menggunakan pakaian tradisional dengan atasan brokat lengan panjang dan kain yang melilit tubuhnya. Salah seorang asisten memberiku kain penutup tubuh untuk mandi karena inti dari ritual ini adalah mandi di air panas alami dari mata air pegunungan. Hugo harus bertelanjang dada dan hanya mengenakan kain penutup pengganti celana. Dia memakai sebuah kain ikat kepala yang cantik dengan motif etnik khas Bali. Oh, dia tampan sekali. “Emily, ini sangat konyol,” gerutu Hugo
Aku dan Hugo meninggalkan Bali dan berangkat menuju Bangkok. Hugo akan melihat lokasi gedung yang rencananya akan dijadikan sebuah restoran cabang. “Kau kelihatan pucat, Em. Perjalanan ini melelahkan untukmu bukan?” tanya Hugo sambil mengelus pipiku dan menyentuh dahiku. “Benarkah? Sebenarnya, aku sangat menikmatinya. Mungkin aku terlalu bersemangat,” jawabku berbohong. Tim yang disiapkan oleh Felix menyambut kami di bandara dan membawa ke lokasi calon restoran cabang. Aku mengikuti Hugo masuk ke dalam dan melihat-lihat. “Apa kau ingin membuka cabang Are You Hungry Baby disini? tanyaku. “Kurasa itu ide yang bagus. Thailand adalah rumah prostitusi Asia yang terkenal bukan?” Aku dan Hugo terkekeh. Tiba-tiba aku mendengar derap langkah seseorang mendekat dan aku terkejut ketika melihat siapa yang datang. “Sial! Emily, lihat aku. Kau percaya kepadaku bukan? Aku akan menjelaskan nanti, aku berjanji.” Aku hanya mengangguk beberapa kali mengiyakan perintah Hugo. Dia benar-benar terlih