LOGINSeusai menghadiri pernikahan dadakan Donny dan Kelly di kantor, mereka pun kembali ke kampus. Baik Josh maupun Candy memiliki kesibukan masing-masing. Kebetulan kuliah pukul 14.30 WIB nanti diajar oleh Prof. Sunarko Hadinegara, dosen satu itu paling tidak suka mahasiswa yang bolos kuliahnya. Candy tak ingin mendapat nilai buruk karena dinilai malas oleh beliau.
Sambil menyetir ke arah Universitas Buana Dharmapala, Josh bertanya hal yang sempat membuatnya kebingungan tadi. Memang Pak Hans telah menyiapkan ijab kabul di kantornya tadi. Namun, dia pikir agama Kelly dan Candy sama.
"Sayang, boleh tanya sesuatu nggak? Saya tahu ini sifatnya personal, tetapi menggelitik juga bagi saya pribadi," ujar Josh seraya melirik ke arah Candy sekilas.
"Tanya aja, ada apa sih?" sahut Candy ikut penasaran.
"Tadi itu Kelly dan Donny menikah secara muslim 'kan? Kalian kakak beradik berbeda agama ya?" tanya Josh.
Malam jelang tahun baru dilalui Candy dan Josh berdua saja di New York Times Square sisi outdoor. Craig menjalani shift lembur karena koleganya jatuh sakit lagi. Warga New York dihibur dengan konser gratis yang dibawakan oleh para penyanyi papan atas dengan lagu-lagu populer sepanjang masa. Di antaranya; ada John Legend, Katy Pery, Shawn Mendes, Camilla Cabelo, Tate MacRae, dan masih banyak lagi yang menampilkan pagelaran musik kesukaan para penggemar mereka yang memadati area New York Times Square meskipun diguyur hujan salju.Josh sengaja mengajak Candy duduk di cafe semi outdoor yang ada di seberang jauh panggung pertunjukan konser gratis itu. Setidaknya istri kecilnya tidak akan kena flu karena kedinginan terkena hujan salju.Mereka pun menikmati seloyang pizza American Favorite dan secangkir cokelat panas di tempat duduk yang ada di depan cafe. Josh tidak mempermasalahkan harga yang harus dia bayar untuk hidangan itu."Jadi kita pulang ke Jakarta kapan, Josh?" tanya Candy."Tang
Udara di luar gedung terasa sejuk menyengat wajah ketika Candy membuka pintu, menyaksikan lampu-lampu Paladium Times Square menyala terang seperti bintang-bintang cemerlang. Salju turun perlahan, menutupi jalan raya dengan lapisan putih yang lembut, namun kegembiraan di udara jauh lebih panas dari dingin musim dingin. “Winter Blast! Kita akhirnya sampai!” serunya sambil memegang erat tangan Josh, suaminya yang sedang menunggu Craig memarkir kendaraan.Josh tersenyum, matanya memantulkan cahaya neon di sekitar. “Sudah lama kita nggak ada liburan semacam ini, Sayang. Senang banget bisa bareng Craig juga.”Dari balik punggung mereka, Craig menghela napas lega, melepas topi yang penuh salju. Pria berusia empat puluh dua tahun itu tampak sedikit gugup, meskipun mencoba menyembunyikannya dengan senyuman tipis. “Terima kasih sudah mengajak aku ikut. Sebenarnya … aku ingin melihat penampilan Ariana Grande.”Josh menoleh, meninju lengan kakaknya. “Kita tahu dong, Craig. ‘Bloodline’ kan lagu fa
"Josh, lihat papan billboard itu!" tunjuk Candy ketika mereka pulang ke apartemen Craig naik taksi.Dengan segera pria itu menoleh dan bertanya, "Apa kamu ingin menonton konser musik itu, Candy?" "Besok, Josh. Apakah kamu bisa menemaniku nonton konser musik live itu dan tentu saja ... mencarikan tiket untuk kita?" jawab Candy meringis ke arah suaminya."Hmm ... kucoba dulu melihat apa tiket konser musik itu masih available di platform booking online!" balas Josh yang selalu membuka layar ponselnya. Ternyata masih ada tiket konser musik di New York Times Square indoor; Paladium Times Square yang berdiri agak jauh dari panggung utama. "Coba kamu lihat ini, Candy. Apa kamu mau atau tidak? Kita bisa nonstop berdiri sekitar tiga jam penuh!" "Mauuu, Josh. Kapan lagi aku bisa nonton konser musik live di New York?!" sahut Candy penuh semangat."Baiklah, seandainya kakimu capek. Bisa kugendong atau kita pulang saja, okay?" balas Josh lalu dia memesan tiga tiket konser, satunya untuk Craig.
Liburan white Christmas yang dijalani Candy dan Josh di tengah keluarga besar Levine terasa hangat, menyenangkan, dan penuh kebahagiaan. Ikan hasil tangkapan dari Sungai Missouri dibakar bersama di halaman belakang rumah warisan turun temurun yang ada di Kansas.Josh selalu memperhatikan istrinya, dia menjadikan Candy sebagai prioritas di atas keluarganya. Ikan yang dia bakar pun diberikan pertama untuk Candy. Namun, keluarga Levine tidak merasa keberatan karena memang itu hal yang benar dalam sebuah hubungan suami istri.Salju masih terus turun selama hari-hari yang dihabiskan Josh dan Candy selama tinggal di Kansas. Pagi ini mereka berpamitan kepada seisi keluarga Levine sebelum berangkat dengan pesawat menuju New York.Jesicca memeluk erat Candy bergantian dengan Brianna dan juga Linda. Mereka sempat menitikkan air mata karena telah menjadi sangat dekat selama berinteraksi setiap hari selama nyaris dua pek
"Josh, berada di tengah keluarga Levine sungguh menyenangkan bagiku. Mereka orang-orang yang ramah dan apa adanya, sama sekali tidak menyombongkan latar belakang pendidikan serta profesi mereka yang bagiku itu prestigious," ujar Candy sembari duduk bersantai bersama suaminya di sofa balkon lantai dua kamar tidur mereka. Pria bermata biru dengan rambut cokelat gelap itu menanggapi perkataan Candy dengan senyuman miring lalu berkata, "Ajaran yang diberikan turun temurun oleh pendahulu keluarga Levine pada dasarnya baik, kami penganut paham kesetaraan hak dan juga mendahulukan kewajiban terhadap sesama. Itu yang membuat beberapa kakek dan nenek buyut kami berprofesi di bidang hukum. Selain itu juga di bidang pelayanan medis seperti dokter, perawat, dan paramedis serta apoteker. Bibi Casey dan Felicia memiliki usaha bakery dan restoran di Kansas City skalanya termasuk besar, tetapi mereka rendah hati, sama sekali tidak memandang remeh kamu yang masih berstatus mahasiswi dan belum bekerja
Ice skating rink yang berada di The Ice in Park Place, Leawood itu sangat luas seukuran lapangan sepak bola. Manusia berbagai usia memadati lapisan es tebal berwarna putih. Mereka berseluncur, berkejar-kejaran, dan berkumpul bersama teman-temannya menikmati suasana liburan musim dingin yang baru saja dimulai.Candy dan Josh berseluncur perlahan berdua saja. Ternyata gadis itu mahir menggunakan sepatu ice skating karena sering bermain di wahana yang ada di Jakarta juga bersama teman-teman SMA dulu."Senang banget bisa berseluncur es begini dengan bulir-bulir salju asli turun dari langit, Josh!" seru Candy yang asik melaju di area yang tidak padat pengunjung."Yeah ... ini memang menyenangkan, Candy. Biasanya ada grup balet ice skating yang unjuk kebolehan menari balet diiringi musik di atas ice skating rink!" ujar Josh lalu dia melayangkan pandangan ke seberang lapangan es itu dan berkata lagi, "Nah ... itu dia mereka sedang bersiap-siap di ujung arena!"Candy menoleh ke arah yang ditu







