Share

6. Mantan?

Dada Cassandra seketika bergemuruh kala mendengar kata "mantan" yang terlontar dari bibir Randa. Matanya langsung tertuju pada sosok sang suami yang tengah menautkan kedua alisnya dengan wajah bingung.

"Mantan?" Alfian mengulang kata itu penuh penakanan.

"Iya, Mas. Pak Randa ini mantan, mantan bos aku. Aku dulu kerja sebagai sekretaris di kantor beliau ini," dusta Cassandra membuat Randa tersenyum miring.

Seketika Alfian menghembuskan napas lega. Hampir saja lelaki itu berpikiran negatif pada sang istri jika saja Cassandra tak buru-buru memberikan penjelasan padanya.

"Oalah, mantan bos. Hampir saja aku berpikir kalau kalian ini mantan kekasih, tapi mana mungkin. Om Randa kan sangat mencintai almarhum tante Rina," kelakar Alfian kemudian tertawa.

"Ya, kamu benar Alfian. Cassandra ini sekretaris terbaik dan multitalenta yang pernah saya miliki," puji Randa dengan ekor mata melirik ke arah wanita yang hanya bisa menundukan kepalanya di sebelah Alfian.

Cassandra menarik ujung kemeja Alfian sebagai kode agar segera pergi dari sana. Wanita itu khawatir jika Randa akan mengeluarkan kata-kata yang bisa menghancurkan kebahagiaan rumah tangganya. Apalagi ia masih memiliki sebuah masalah yang belum terselesaikan dengan lelaki itu. Alfian yang paham dengan kode dari sang istri segera pamit untuk pergi dari sana.

"Baiklah, Om. Saya permisi dulu, karena sepertinya istri saya sudah lelah," pamit Alfian yang hanya diangguki oleh Randa.

Cassandra dan Alfian bergandengan tangan untuk keluar dari restoran itu. Meninggalkan Randa yang masih terus mengarahkan pandanganya pada pasangan itu dengan sorot mata tajam. Tentu saja lelaki itu sudah memiliki rencana untuk membuat Cassandra kembali pada dirinya.

Alfian mulai melajukan mobilnya untuk kembali pulang ditemani dengan gurat senja yang mulai melukis luasnya langit.

"Sayang, kamu mau beli sesuatu nggak?" tawar Alfian pada sang istri.

Cassandra menoleh, menatap sang suami dengan sorot mata yang penuh dengan cinta.

"Makan malam kita gimana? Jadi delivery atau mau mampir restoran aja buat beli?"

"Tenang aja, aku udah delivery kok. Malahan makananya mungkin akan sampai duluan sebelum kita tiba di rumah."

"Dasar, kalau gitu aku mau beli martabak telur di jalan pattimura deh. Ibu kan juga suka banget sama itu martabak," rengek Cassandra yang selalu bersikap manj di depan sang suami.

Alfian mengangguk, mengarahkan kemudi mobilnya ke tempat yang diminta sang istri. Meskipun harus memutar arah, namun lelaki itu tetap menuruti keinginan sang istri dengan senang hati. Bagi Alfian saat ini, kebahagiaan sang istri adalah segalanya.

Setengah jam kemudian, mobil yang dikemudikan oleh Alfian telah berhenti di sebuah kedai martabak yang nampak sudah sangat ramai. Padahal sekarang baru pukul empat sore. Tapi, antrian sudah mengular.

"Sayang, biar aku aja yang turun. Kamu tunggu di sini." Ucapan Alfian langsung diangguki oleh sang istri yang memang malas jika harus ikut antri dalam waktu lama.

Alfian mulai turun dan mengantri di barisan panjang itu. Sedangkan Cassandra memilih memainkan gawainya untuk mengusir rasa bosan menunggu sang suami. Tanpa diduga, benda pipih di tangan wanita itu berdering dan membuatnya kesulitan menelan salivanya sendiri kala melihat nama kontak yang tertera di sana.

"Ya Tuhan, Mas Randa. Kenapa kamu nggak bisa biarin aku hidup tenang sebentar saja," gumam Cassandra kemudian menggeser icon berwarna hijau di layarnya dengan tangan gemetar.

"Ha-halo, Mas," ucap Cassandra terbata.

"Kapan kamu bisa bicara denganku, aku butuh penjelasan darimu." Suara dingin Randa terdengar di ujung telepon membuat bulu kuduk Cassandra meremang karena takut.

"Na-nanti, Mas. Kalau suamiku sudah kembali bekerja," ujar Cassandra dengan terpaksa.

Tak ada lagi jawaban dari Randa, lelaki itu langsung mematikan panggilan telepon secara sepihak. Cassandra langsung lemas di sandaran kursi, bersamaan dengan Alfian yang kembali masuk ke dalam mobil dengan membawa martabak permintaan sang istri. Lelaki itu sedikit kaget kala melihat wajah sang istri yang berubah pias disertai dengan keringat dingin yang membasahi dahinya.

"Sayang, kok kamu jadi pucat begitu? Apa kamu sakit?" tanya Alfian yang khawatir melihat keadaan sang istri, buru-buru wanita itu menggelengkan kepalanya.

"Nggak kok, Mas. Mungkin aku cuma capek karena kebanyakan jalan di mall tadi."

"Ya udah, sekarang kita langsung pulang ya." Cassandra mengangguk menyetujui perkataan sang suami.

Alfian kembali menginjak pedal gas dan mengarahkan setir mobilnya menuju tempat tinggal mereka tanpa rasa curiga sedikitpun pada Cassandra yang sudah memejamkan mata untuk sedikit menenangkan hati dan beristirahat sejenak. Tanpa terasa mobil yang mereka tumpangi telah tiba di rumah, Cassandra langsung membuka mata ketika merasakan mobil telah berhenti.

"Eh, istri aku udah bangun. Padahal mau aku gendong masuk ke rumah lho biar, romantis kayak drama korea yang biasa kamu tonton." Alfian langsung menggoda sang istri yang baru saja terbangun.

"Ngawur, malu sama Ibu. Ntar malah dikira aku kenapa-kenapa lagi."

Wanita cantik itu turun dari mobil sembari menenteng kantong kresek berisi martabak kesukaanya. Keduanya langsung menghampiri Bu Yuni yang sedang berkutat di dapur untuk menghangatkan makanan yang telah dipesan Alfian melalui delivery order tadi.

"Ibu," sapa Cassandra yang langsung bergelayut manja pada mertuanya.

"Hai sayang, Ibu lagi hangatkan makanan untuk makan malam. Sekarang kalian mandi terus nanti kita makan sama-sama ya," titah Bu Yuni lembut pada anak dan menantunya.

"Iya Ibu, ini ada martabak telur kesukaan Ibu." Cassandra meletakan kantong kresek yang dibawanya je atas meja pantry.

"Makasih sayang," ucap Bu Yuni, Cassandra mengangguk kemudian berlalu menuju ke kamarnya.

Pasangan pengantin baru itu kembali turun setelah membersihkan tubuh mereka dan menghampiri Bu Yuni yang sudah menunggu di meja makan untuk menikmati makan malam bersama. Seperti biasa, Bu Yuni selalu mengambilkan nasi serta lauk untuk anak dan menantunya.

"Wah kalau seperti ini terus, badan Cassandra bisa mengembang ini, Bu," celetuk Cassandra saat melihat isi piring yang penuh dengan nasi beserta lauk-pauknya.

"Nggak apa-apa, Nak. Biar gendut juga kamu tetap cantik, makan yang banyak ya," balas Bu Yuni dengan lembut.

Ketiganya menikmati makan malam dengan suasana hangat penuh canda tawa. Usai makan malam, Cassandra membantu Bu Yuni untuk membereskan meja makan dan mencuci piring-piring kotor kemudian menyusul sang suami yang sudah lebih dahulu pergi ke kamarnya.

Setibanya di kamar, Cassandra langsung disambut dengan kerlingan mata nakal sang suami. Tentu saja Cassandra langsung mengerti maksud dari tatapan Alfian tersebut. Wanita itu pergi ke kamar mandi dan mengganti baju rumahanya dengan sebuah lingerie transparan berwarna hitam yang membuat dirinya semakin menggoda.

Alfian menghampiri sang istri yang baru saja keluar dari kamar mandi dan menggendong tubuh ramping itu ke ranjang. Mengecupi wajah sang istri penuh kasih sayang, lalu berhenti pada bibir Cassandra yang tipis dan dan ranum itu kemudian memberikan kecupan lembut yang semakin lama semakin menuntut.

Tanpa menunggu lagi, Alfian langsung menurunkan tali lingerie sang istri. Namun, tatapanya malah fokus pada beberapa tanda merah yang berada di dada sang istri.

"Sayang, kok merah-merahnya jadi tambah banyak begini?" celetuk Alfian menautkan kedua alisnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status