Dada Cassandra seketika bergemuruh kala mendengar kata "mantan" yang terlontar dari bibir Randa. Matanya langsung tertuju pada sosok sang suami yang tengah menautkan kedua alisnya dengan wajah bingung.
"Mantan?" Alfian mengulang kata itu penuh penakanan."Iya, Mas. Pak Randa ini mantan, mantan bos aku. Aku dulu kerja sebagai sekretaris di kantor beliau ini," dusta Cassandra membuat Randa tersenyum miring.Seketika Alfian menghembuskan napas lega. Hampir saja lelaki itu berpikiran negatif pada sang istri jika saja Cassandra tak buru-buru memberikan penjelasan padanya."Oalah, mantan bos. Hampir saja aku berpikir kalau kalian ini mantan kekasih, tapi mana mungkin. Om Randa kan sangat mencintai almarhum tante Rina," kelakar Alfian kemudian tertawa."Ya, kamu benar Alfian. Cassandra ini sekretaris terbaik dan multitalenta yang pernah saya miliki," puji Randa dengan ekor mata melirik ke arah wanita yang hanya bisa menundukan kepalanya di sebelah Alfian.Cassandra menarik ujung kemeja Alfian sebagai kode agar segera pergi dari sana. Wanita itu khawatir jika Randa akan mengeluarkan kata-kata yang bisa menghancurkan kebahagiaan rumah tangganya. Apalagi ia masih memiliki sebuah masalah yang belum terselesaikan dengan lelaki itu. Alfian yang paham dengan kode dari sang istri segera pamit untuk pergi dari sana."Baiklah, Om. Saya permisi dulu, karena sepertinya istri saya sudah lelah," pamit Alfian yang hanya diangguki oleh Randa.Cassandra dan Alfian bergandengan tangan untuk keluar dari restoran itu. Meninggalkan Randa yang masih terus mengarahkan pandanganya pada pasangan itu dengan sorot mata tajam. Tentu saja lelaki itu sudah memiliki rencana untuk membuat Cassandra kembali pada dirinya.Alfian mulai melajukan mobilnya untuk kembali pulang ditemani dengan gurat senja yang mulai melukis luasnya langit."Sayang, kamu mau beli sesuatu nggak?" tawar Alfian pada sang istri.Cassandra menoleh, menatap sang suami dengan sorot mata yang penuh dengan cinta."Makan malam kita gimana? Jadi delivery atau mau mampir restoran aja buat beli?""Tenang aja, aku udah delivery kok. Malahan makananya mungkin akan sampai duluan sebelum kita tiba di rumah.""Dasar, kalau gitu aku mau beli martabak telur di jalan pattimura deh. Ibu kan juga suka banget sama itu martabak," rengek Cassandra yang selalu bersikap manj di depan sang suami.Alfian mengangguk, mengarahkan kemudi mobilnya ke tempat yang diminta sang istri. Meskipun harus memutar arah, namun lelaki itu tetap menuruti keinginan sang istri dengan senang hati. Bagi Alfian saat ini, kebahagiaan sang istri adalah segalanya.Setengah jam kemudian, mobil yang dikemudikan oleh Alfian telah berhenti di sebuah kedai martabak yang nampak sudah sangat ramai. Padahal sekarang baru pukul empat sore. Tapi, antrian sudah mengular."Sayang, biar aku aja yang turun. Kamu tunggu di sini." Ucapan Alfian langsung diangguki oleh sang istri yang memang malas jika harus ikut antri dalam waktu lama.Alfian mulai turun dan mengantri di barisan panjang itu. Sedangkan Cassandra memilih memainkan gawainya untuk mengusir rasa bosan menunggu sang suami. Tanpa diduga, benda pipih di tangan wanita itu berdering dan membuatnya kesulitan menelan salivanya sendiri kala melihat nama kontak yang tertera di sana."Ya Tuhan, Mas Randa. Kenapa kamu nggak bisa biarin aku hidup tenang sebentar saja," gumam Cassandra kemudian menggeser icon berwarna hijau di layarnya dengan tangan gemetar."Ha-halo, Mas," ucap Cassandra terbata."Kapan kamu bisa bicara denganku, aku butuh penjelasan darimu." Suara dingin Randa terdengar di ujung telepon membuat bulu kuduk Cassandra meremang karena takut."Na-nanti, Mas. Kalau suamiku sudah kembali bekerja," ujar Cassandra dengan terpaksa.Tak ada lagi jawaban dari Randa, lelaki itu langsung mematikan panggilan telepon secara sepihak. Cassandra langsung lemas di sandaran kursi, bersamaan dengan Alfian yang kembali masuk ke dalam mobil dengan membawa martabak permintaan sang istri. Lelaki itu sedikit kaget kala melihat wajah sang istri yang berubah pias disertai dengan keringat dingin yang membasahi dahinya."Sayang, kok kamu jadi pucat begitu? Apa kamu sakit?" tanya Alfian yang khawatir melihat keadaan sang istri, buru-buru wanita itu menggelengkan kepalanya."Nggak kok, Mas. Mungkin aku cuma capek karena kebanyakan jalan di mall tadi.""Ya udah, sekarang kita langsung pulang ya." Cassandra mengangguk menyetujui perkataan sang suami.Alfian kembali menginjak pedal gas dan mengarahkan setir mobilnya menuju tempat tinggal mereka tanpa rasa curiga sedikitpun pada Cassandra yang sudah memejamkan mata untuk sedikit menenangkan hati dan beristirahat sejenak. Tanpa terasa mobil yang mereka tumpangi telah tiba di rumah, Cassandra langsung membuka mata ketika merasakan mobil telah berhenti."Eh, istri aku udah bangun. Padahal mau aku gendong masuk ke rumah lho biar, romantis kayak drama korea yang biasa kamu tonton." Alfian langsung menggoda sang istri yang baru saja terbangun."Ngawur, malu sama Ibu. Ntar malah dikira aku kenapa-kenapa lagi."Wanita cantik itu turun dari mobil sembari menenteng kantong kresek berisi martabak kesukaanya. Keduanya langsung menghampiri Bu Yuni yang sedang berkutat di dapur untuk menghangatkan makanan yang telah dipesan Alfian melalui delivery order tadi."Ibu," sapa Cassandra yang langsung bergelayut manja pada mertuanya."Hai sayang, Ibu lagi hangatkan makanan untuk makan malam. Sekarang kalian mandi terus nanti kita makan sama-sama ya," titah Bu Yuni lembut pada anak dan menantunya."Iya Ibu, ini ada martabak telur kesukaan Ibu." Cassandra meletakan kantong kresek yang dibawanya je atas meja pantry."Makasih sayang," ucap Bu Yuni, Cassandra mengangguk kemudian berlalu menuju ke kamarnya.Pasangan pengantin baru itu kembali turun setelah membersihkan tubuh mereka dan menghampiri Bu Yuni yang sudah menunggu di meja makan untuk menikmati makan malam bersama. Seperti biasa, Bu Yuni selalu mengambilkan nasi serta lauk untuk anak dan menantunya."Wah kalau seperti ini terus, badan Cassandra bisa mengembang ini, Bu," celetuk Cassandra saat melihat isi piring yang penuh dengan nasi beserta lauk-pauknya."Nggak apa-apa, Nak. Biar gendut juga kamu tetap cantik, makan yang banyak ya," balas Bu Yuni dengan lembut.Ketiganya menikmati makan malam dengan suasana hangat penuh canda tawa. Usai makan malam, Cassandra membantu Bu Yuni untuk membereskan meja makan dan mencuci piring-piring kotor kemudian menyusul sang suami yang sudah lebih dahulu pergi ke kamarnya.Setibanya di kamar, Cassandra langsung disambut dengan kerlingan mata nakal sang suami. Tentu saja Cassandra langsung mengerti maksud dari tatapan Alfian tersebut. Wanita itu pergi ke kamar mandi dan mengganti baju rumahanya dengan sebuah lingerie transparan berwarna hitam yang membuat dirinya semakin menggoda.Alfian menghampiri sang istri yang baru saja keluar dari kamar mandi dan menggendong tubuh ramping itu ke ranjang. Mengecupi wajah sang istri penuh kasih sayang, lalu berhenti pada bibir Cassandra yang tipis dan dan ranum itu kemudian memberikan kecupan lembut yang semakin lama semakin menuntut.Tanpa menunggu lagi, Alfian langsung menurunkan tali lingerie sang istri. Namun, tatapanya malah fokus pada beberapa tanda merah yang berada di dada sang istri."Sayang, kok merah-merahnya jadi tambah banyak begini?" celetuk Alfian menautkan kedua alisnya.Bola mata Cassandra seketika membola setelah mendengar celetukan dari sang suami. Lagi-lagi wanita itu harus memutar otak agar Alfian tak curiga dengan permainanya dan Randa."Kan Mas sendiri yang buat itu, kok malah tanya ke aku sih?" Wanita itu berusaha bersikap sesantai mungkin agar Alfian tak semakin curiga.Alfian terdiam sejenak, bahkan mata lelaki itu memincing. Jari telunjuknya menari-nari menelusuri noda merah di dada sang istri hingga membuat Cassandra memejamkan mata karena sensasi geli yang dibuat oleh sang suami."Aku seperti tak merasa jika sydah membuat sebanyak ini semalam, tapi sudahlah. Kamu memang terlalu menggoda sampai membuatku lupa daratan."Cassandra tersenyum lega mendengar ucapan sang suami yang selalu mempercayai setiap dusta yang terlontar dari bibir tipis miliknya. Alfian langsung menenggelamkan wajahnya di dua buah melon kembar milik sang istri. Menikmatinya seperti seorang bayi yang tengah kelaparan. Cassandra menggigit bibir bawahnya, menikmati setiap r
Keesokan harinya, Cassandra sudah bersiap untuk menemui Randa di tempat yang sudah disebutkan lelaki itu, kemarin. Sengaja Cassandra memilih memakai pakaian formal agar sang suami tak menaruh curiga pada dirinya, kemeja kerja lengan pendek warna cream dan rok span berwarna hitam selutut yang dipadukan dengan sepatu hak tinggi berwarna hitam menjadi pilihan Cassandra. Sejenak Alfian kembali dibuat terpesona dengan penampilan sang istri yang selalu terlihat sempurna di matanya. Lelaki itu merasa semakin jatuh cinta pada sang istri setiap harinya."Sayang, kamu mau bawa mobil sendiri nggak?" tawar Alfian pada sang istri."Nggak, Mas. Aku mau naik taksi online aja, panas banget di luar. Pasti jalanan juga macet, malas banget kalau harus nyetir sendiri," jawab Cassandra bersamaan dengan sebuah mobil taksi online yang sudah berhenti di depan pagar rumah Alfian. Wanita itu langsung mencium punggung tangan suami dan ibu mertuanya sebagai tanda pamit kemudian melenggang pergi dan segera masuk
Tanpa basa-basi, Randa langsung menindih tubuh Cassandra dan mengikat kedua tangan wanita cantik itu ke sisi ranjang."Mas, apa yang akan kamu lakukan padaku?" pekik Cassandra, wajahnya mulai pias karena panik.Randa tersenyum miring setelah berhasil mengikat kedua tangan Cassandra. Mata tajamnya seolah sedang menelanjangi tubuh wanita yang menjadi tawanannya saat ini."Mau apa? Tentu saja aku mau manikmati waktu bersamamu. Karena kamu adalah tawanan cintaku!" Suara Randa terdengar dingin dan mengerikan, jari telunjuknya menari-nari di wajah Cassandra, memberikan sensasi aneh pada diri wanita itu.Sedangkan Cassandra mulai pustus asa, ia tak ingin kejadian di mall terulang lagi. Pasti Alfian dan Bu Yuni akan curiga jika tiba-tiba ia pulang dengan pakaian yang berbeda."Mas, aku mohon jangan rusak bajuku. Nanti suami dan mertuaku akan curiga. Setelah itu pasti mereka tak akan mengizinkan aku untuk bekerja di kantormu. Apa kamu mau terus kesulitan untuk menemuiku," rayu Cassandra dengan
Randa sedikit berjingkat kala mendengar suara pekikan Cassandra yang kembali masuk ke dalam kamar. Dahi lelaki itu mengernyit, menatap wanita yang tengah berdiri di depan pintu sembari bertolak pinggang."Cassandra, mau apa lagi? Apa kamu masih mau main lagi?" sindir Randa dengan tatapan remeh."Bukan, Mas. Kok kamu bisa lupa sih, uang saku buat aku mana?" Cassandra menadahkan telapak tangannya pada lelaki paruh baya itu.Randa mendesah kesal melihat tingkah wanita pujaanya itu. Uang saja yang di pikirannya. Tapi apa boleh buat, Randa benar-benar tak bisa melepaskan Cassandra."Duit, duit, duit terus! Lihatlah m-bankingmu, aku udah transfer dua puluh lima juta ke rekeningmu!"Seketika mulut Cassandra menganga setelah mendengar kalimat yang terlontar dari bibir Randa, dengan buru-buru wanita itu merogoh benda pipih yang berada di dalam tas. Jemari tangannya menari-nari, membuka aplikasi m-banking yang ada di sana. Senyumnya seketika mengembang kala melihat nominal yang disebutkan Randa
Tentu saja Cassandra langsung menurut, wanita itu segera masuk ke dalam ruangan yang lebih mirip disebut dengan sebuah kamar. Ruangan itu memang biasa dipakai Randa untuk beristirahat kala pekerjaan kantor tengah menumpuk dan lelaki itu malas menyetir mobil untuk pulang ke rumah. Pandangan mata wanita cantik nan seksi itu menelisik ke seluruh sudut ruangan kemudian tertuju pada sebuah baju yang tergeletak di atas ranjang empuk.Langkah kaki Cassandra terus terayun semakin mendekat ke arah ranjang, mata wanita itu seketika membelalak sempurna kala melihat pakaian kerja yang telah disiapkan oleh Randa untuknya. Sebuah lingerie kostum ala anak SMA yang roknya sangat pendek dan atasan super ketat yang sengaja dibuat berlubang pada bagian puncak kedua buah melon kembar miliknya, lengkap dengan sebuah G-string renda tipis yang sebenarnya sama sekali tak akan berfungsi untuk menutupi area intinya. Namun, hanya berfungsi sebagai pemanis yang akan membuat penampilannya nampak semakin menggoda
Cassandra seketika melebarkan mata karena panik, bagaimana jika tiba-tiba orang yang berdiri di depan pintu masuk ke dalam dan melihat keadaan mereka yang saat ini tengah polos sembari bermain kuda-kudaan. Dengan terpaksa Randa harus kembali mencabut benda pusaka yang sudah hampir masuk setengahnya. Terlihat raut kekesalan luar biasa di wajah tampan yang muali terdapat sedikit kerutan meski sama sekali tak mengurangi kesempurnaan parasnya.Dengan buru-buru Randa memakai pakaian celananya kembali. Sedangkan Cassandra memilih berlari untuk bersembunyi di bawah kolong meja kerja milik Randa. Lelaki itu duduk di kursi kebesarannya dengan wajah kesal karena gairah yang harus ia tunda, sedang pintu ruangannya juga belum berhenti diketuk."Masuk!" perintah Randa dengan suara dingin, menyuruh orang yang berdiri di depan pintu untuk segera masuk ke dalam dan menyelesaikan urusannya agar bisa segera kembali bermain dengan wanita pujaannya."Maaf, Pak. Tapi pintunya dikunci dari dalam." Suara it
Hari telah beranjak sore, mengantarkan indah gurat rona senja untuk melukis langit jingga. Pertanda jika sinar sang bagaskara akan segera berganti bersama terang bulan dan ribuan gemintang. Dengan sebuah senyum yang mengembang di bibir, Alfian mulai memacu mobilnya menuju kantor Randa, tenpat di mana sang istri bekerja. Meskipun sejujurnya, kata-kata Dira tadi siang terus terngiang di telinga dan memercikan sebuah rasa penasaran yang mengundang curiga di hati Alfian. Namun, lelaki itu tak mau gegabah untuk menanyakan semuanya dan malah membuat Cassandra tersinggung. Rasanya juga tak masuk akal jika ia langsung percaya pada Dira dan menuduh Cassandra begitu saja tanpa adanya bukti yang kuat. Apalagi Cassandra yang ia kenal adalah wanita polos dan juga menantu yang sangat baik untuk Bu Yuni.Lelaki itu kembali menyungingkan senyum manis kala melihat sang istri yang sudah berdiri di depan lobby kantor untuk menunggu kedatangan dirinya. Wanita itu langsung masuk dan mengecup punggung tang
Mata Alfian memincing penuh selidik kala melihat kehadiran Randa yang tiba-tiba muncul begitu saja. Lelaki itu mulai merasakan kejanggalan, jalan ini tak searah dengan rumah Randa. Namun, bagaimana bisa pria paruh baya itu tiba-tiba ada di sini? Mungkinkah Randa sengaja mengikuti mereka, sedangkan Cassandra hanya diam. Wanita itu tak kalah terkejutnya dengan sang suami. Jantung Cassandra berdetak tak beraturan, takut jikalau sang suami akan semakin menaruh curiga padanya.Lelaki gagah itu membuka kacamata yang dipakaianya. Membuat sang polisi tersenyum sungkan. Tentu saja Randa bukan orang asing di mata polisi berpangkat rendah seperti polantas yang tengah menahan Alfian dan Cassandra. Kekayaan dan koneksi bisnis Randa membuatnya dikenal akrab oleh orang dari berbagai kalangan."Ada apa ini, Pak? Kenapa anda menahan karyawan saya?" Suara dingin dan penuh wibawa milik Randa membuat pria berseragam cokelat itu menunduk sungkan."Mereka berhenti di area yang dilarang parkir, Pak. Selain