Share

5. Permainan Randa

Sungguh Cassandra tak pernah menyangka jika lelaki yang saat ini sedang membekap dirinya adalah Randa Maulana, mantan kekasihnya. Ah bukan, lebih tepatnya mantan sugar daddy yang selama ini mencukupi semua kebutuhannya.

"Hai Cassandra, jangan berteriak atau aku akan melakukan sesuatu yang lebih nekat dari ini," ancam lelaki itu tepat di telinga Cassandra, wanita itu bergidik ngeri mendengar suara dingin Randa yang dulu selalu menjadi candu untuknya.

Perlahan, Cassandra memutuskan untuk menganggukkan kepalanya karena ia tahu pasti jika Randa tak pernah main-main dengan ancamanya. Lelaki itu segera melepaskan tangannya dan menatap ke arah Cassandra dengan pandangan amarah sekaligus nafsu.

"Aku ingin dirimu sekarang juga," ucap Randa yang semakin mengikis jarak di antara keduanya.

"Ta-tapi kita sudah selesai, Mas. Dan suamiku su ... embh ..." Kalimat Cassandra terhenti karena Randa sudah menyumpal bibir wanita itu dengan bibirnya.

Casasandra mencoba menolak dengan berusaha memalingkan wajahnya ke arah lain. Namun, tangan Randa malah menekan teng- kuknya hingga tak bisa berpaling. Wanita itu hanya diam, sama sekali tak membalas lumatan yang diberikan oleh mantan kekasih gelapnya. Randa tak kehilangan akal, lelaki itu menggigit kecil bibir Cassandra hingga secara reflek wanita itu membuka mulutnya.

Kesempatan itu tak disia-siakan oleh Randa yang langsung melesatkan lidahnya untuk mengabsen setiap sudut rongga mulut wanita yang tengah berada dalam kungkungannya. Hati Cassandra memang berusaha menolak, namun tidak dengan tubuhnya. Apalagi kini tangan Randa juga mulai bermain pada dua buah melon kenyal miliknya, meremasnya dengan brutal. Satu desahan yang lolos dari bibir Cassandra membuat lelaki itu tersenyum miring dan semakin menggila memainkan setiap area sensitif milik Cassandra.

Melihat Cassandra yang sudah mulai tenggelam dalam permainan biadapnya, lelaki itu langsung merobek baju yang tengah dikenakan oleh wanita cantik itu. Meng- eksplor setiap inci tubuh Cassandra dan menambah jejak kepemilikan yang diberikan Alfian semalam.

Setelah puas mempermainkan tubuh Cassandra, Randa mulai melebarkan kaki wanita itu untuk menuntaskan hasratnya. Cassandra hanya bisa pasrah menikmati kebiadapan nafsu Randa hingga mencapai klimaks berkali-kali, bahkan wanita itu membiarkan Randa menyemburkan benih ke dalam rahimnya.

Setelah mendapatkan kepuasan, Randa mendudukan wanitanya di atas closet dan memberikan sebuah paper bag.

"Di dalam ada baju baru untukmu, pakailah. Tak mungkin juga kamu kembali menemui suamimu dengan pakaian robek seperti itu. Terima kasih untuk kenikmatan ini, dan kamu harus menemuiku secepatnya untuk menjelaskan tentang apa yang sudah kamu lakukan pada anakku." Randa pergi begitu saja setelah mengenakan kembali celananya.

Cassandra yang masih lemas berusaha memulihkan kembali tenaganya. Tangannya berusaha meraih paper bag yang tadi diberikan oleh Randa, mata wanita itu memincing kala mendapati sebuah mini dress warna putih dan sejumlah uang di dalamnya. Buru-buru Cassandra mengenakan dress itu setelah membersihkan diri. Tak lupa me-retouch make up yang sudah berantakan akibat pergulatan panasnya dengan Randa tadi.

"Aku harus segera kembali, pasti Mas Alfian udah nunggu. Semoga aja dia nggak curiga sama aku," ucap Cassandra yang melangkah lebar untuk kembali pada Alfian.

Sedangkan di meja restoran, makanan yang dipesan Alfian sudah mulai dingin. Lelaki itu duduk gelisah menunggu sang istri yang tak kunjung kembali setelah pamit pergi ke toilet setengah jam yang lalu.

"Kok Cassandra lama banget, apa aku susulin dia aja ya." Baru saja Alfian beranjak dari duduknya, Cassandra sudah muncul dari arah belakang dan membuatnya kaget.

"Lho, Mas. Kamu mau ke mana?" tanya Cassandra memasang wajah tanpa dosa, mata Alfian memincing melihat penampilan istrinya yang sedikit berbeda.

"Mau nyari kamu, lama banget ke toiletnya sampai makananya udah pada dingin," balas Alfian, matanya masih memindai penampilan sang istri dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Iya maaf ya, Mas jadi nunggu lama. Tadi itu bajunya nggak bisa dibersihin jadi aku beli baju yang baru. Gimana?bagus nggak pakai ini?" dusta Cassandra seraya menghenyak di kursi seberang meja sang suami.

Alfian sejenak mengamati penampilan sang istri yang terlihat semakin cantik dengan dress berwarna putih yang ia kenakan.

"Sempurna, istriku memang luar biasa cantik. Sekarang kita makan dulu ya, Mas juga sudah lapar."

Cassandra dan Alfian mulai menikmati makanan yang sudah setengah dingin itu. Tatapan mata Alfian juga tak pernah lepas dari wanita cantik yang kini menyandang status sebagai istrinya. Baginya, Cassandra adalah segalanya. Cinta pertama yang menjadi pelabuhan terakhirnya.

Cassandra yang merasa terus diperhatikan menjadi sedikit salah tingkah. Bukan karena tersanjung, tapi takut jika sampai sang suami mengetahui apa yang baru saja terjadi pada dirinya.

"Mas, kenapa sih kamu ngeliatin aku terus? Ada yang aneh sama penampilanku?" tanya Cassandra mencoba menepis rasa gugup sekaligus rasa bersalahnya.

Bagaimana tak merasa bersalah, baru saja menikah dua hari tapi Cassandra sudah membiarkan tubuhnya dijamah oleh lelaki lain. Gilanya lagi, meski awalnya menolak tapi sejujurnya Cassandra sangat menikmati sentuhan laknat dari Randa.

"Nggak apa-apa, aku masih nggak percaya kalau sekarang sudah memiliki seorang istri sebaik dan secantik kamu," ucapan Alfian membuat Cassandra tersenyum kecut, andai Alfian tahu seperti apa sang istri yang sebenarnya. Mungkin tak akan lagi ada pujian yang terlontar dari bibirnya, yang ada hanyalah sebuah makian.

"Jangan berlebihan memuji, Mas. Bagaimana kalau ternyata aku tidak sebaik yang kamu kira?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir ranum milik Cassandra, membuat kedua alis Alfian saling bertaut.

"Apa maksud kamu bicara seperti itu, Sayang? Memangnya ada hal lain yang tidak aku ketahui tentang kamu?"

Cassandra semakin gugup, wanita itu merutuki kebodohannya yang hampir saja membuat Alfian berpikir negatif padanya.

"Emb, maksud aku gini. Kamu selalu memuji seolah aku ini wanita paling sempurna, lalu apa yang akan kamu lakukan kalau ternyata kamu salah? Misalnya nih, aku tiba-tiba masak keasinan. Apa kamu masih akan memujiku seperti tadi?" kelit Cassandra agar Alfian tak berpikiran negatif tentangnya.

Lelaki itu tersenyum lebar hingga memamerkan kedua lesung di pipinya mendengar ocehan sang istri yang menurutnya terlalu naif.

"Ya ampun sayang, tentu saja aku akan tetap memujimu karena aku mencintaimu. Masa hanya karena masakan asin lalu aku merusak semuanya." Alfian menarik ujung hidung Cassandra gemas, kemudian lanjut menghabiskan isi piringnya hingga tandas.

Setelah ritual makan siang yang sedikit terlambat itu selesai, keduanya memutuskan untuk pulang ke rumah dan akan memesan makanan delivery untuk makan malam nanti. Alfian kembali menggandeng tangan sang istri untuk keluar dari restoran jepang itu. Namun, karena terlalu asyik bercanda dengan sang istri sampai tak sengaja menabrak seorang laki-laki yang berpapasan dengannya.

"Aduh, maaf, Mas. Saya nggak sengaja," ucap Alfian dengan wajah bersalahnya.

"Tidak apa-apa, lhoh Cassandra." Lelaki itu mengarahkan jari telunjuknya pada istri Alfian.

"Sayang, kamu kenal sama Mas ini? Eh tunggu, Om Randa? Om Randa ayahnya Dira kan?" tanya Alfian yang baru saja menyadari siapa orang yang baru saja ia tabrak.

"Oh hai, Alfian. Lama banget nggak ketemu sampai pangling, kok kamu bisa sama Cassandra?" Randa menyunggingkan senyum yang berhasil membuat keringat dingin menetes di dahi Cassandra.

"Cassandra ini istri saya, Om, kami baru saja menikah kemarin. Om kenal sama istri saya?"

Randa tersenyum miring, ekor matanya melirik Cassandra yang tengah memainkan kuku jemarinya karena takut.

"Cassandra ini mantan saya!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status