Share

Bukan Mimpi

Author: Miss Mega
last update Last Updated: 2023-10-11 19:05:35

Malam yang panjang kini telah berganti dengan pagi yang begitu cerah. Alena membuka perlahan kelopak matanya. Sinar matahari rupanya sudah mulai muncul menembus celah jendela kamar Azam. 

"Eummm ...." leguh Alena mencoba mengumpulkan kesadarannya. Namun, matanya seketika melotot saat mendapati sosok pria yang tidur disampingnya. Pria yang tidur dengan bertelanjang dada itupun seketika membuat ia melihat keadaannya sendiri. 

Alena begitu shock, wanita itu seakan tersadar. Ingatannya kembali pada kejadian semalam. Dimana Azam telah berhasil merenggut kesuciannya yang telah ia jaga selama 19 tahun. 

Kesucian yang hanya akan ia persembahkan untuk Jonatan sang kekasih kini telah hilang. Air mata Alena kini jatuh tak tertahankan, kala mengingat apa yang terjadi semalam adalah kenyataan. Statusnya kini sebagai Nyonya Azam jelas bukanlah mimpi. 

"Tidak! Akhh!" Elena meringis terjatuh ketika wanita itu bangkit dan hendak pergi dari kamar Azam. 

"Kau! Mau kemana, hah!" ujar Azam terbangun ketika mendengar suara teriakan Alena. 

"Oh apa kau sudah baikan sayang." Azam kembali berucap seraya bangkit dan langsung mendekat pada Alena yang masih terduduk di lantai. 

"Kenapa tidak membangunkan ku, hem," ujar Azam terus berbicara namun, hanya diatangapai dengan tatapan penuh air mata oleh Alena. Wanita itu begitu hancur dan ketakutan saat ini. Saat mengingat bagaimana Azam memaksanya tadi malam. 

"Lepaskan aku!" Alena berteriak seraya memberontak saat Azam tiba-tiba saja menggendong tubuhnya. 

"Akhhh!" teriak Alena ketika tubuhnya dihempaskan kasar ke atas ranjang. Wanita itu bringsut mundur dengan wajah ketatkuatan. Tubuhnya gemetar melihat wajah Azam yang terlihat dingin. Tidak, Alena tidak ingin kejadian semalam terulang lagi. 

"Kau mau kabur." Azam berbisik dengan nada tegas seraya mencengkeram dagu Alena.

"Ti-tidak a-aku hanya ingin kekamar mandi," jawab Alena terbata. 

Sungguh wanita itu sepertinya mulai trauma melihat sosok Azam yang terlihat bak iblis. Azam tersenyum mendengar jawaban Alena pria itu melepas cengkramannya pada dagu Alena kemudian berkata.

"Aku akan mengantarmu istriku." Lagi-lagi tanpa aba-aba Azam menggendong tubuh Alena. Membawa wanita itu ke kamar mandi. 

"Akhhh!" pekik Alena ketika tubuhnya digendong oleh Azam. Tangannya reflek memeluk leher Azam. Lagi-lagi dirinya hanya bisa pasrah pada apa yang Azam lakukan. 

Azam meletakan tubuh Alena kedalam bathtub. 

"Akhhh panas!" jerit Alena ketika air panas dalam bathtub menyentuh kulit punggungnya. Rupanya Azam menyalakan kran air panas yang langsung membasahi tubuh Alena. 

"Ah panas ya oh ... maaf istriku." Mendengar jeritan Alena Azam justru tersenyum penuh kemenangan. Pria itu menghentikan sejenak aksinya namun, detik berikutnya ia kembali menyalakan kran air panas. 

"Akhhh! Panas!" teriak Alena seraya berdiri dari posisinya. 

"Kau mau kemana, hah! Bukankah kau ingin mandi!" Azam dengan cepat pangsung menekan tubuh Alena sehingga wanita itu kembali terduduk di dalam bathtub yang berisi air panas. 

"Panas! Tolong ini panas sekali Tuan!" Rintih Alena seraya terisak menahan panasnya air yang merendam tubuhnya.

"Kau pantas mendapatkannya!" Bukannya menghentikan aksinya Azam justru tersenyum melihat Alena kesakitan.

Sunggun Azam benar-benar tak memiliki hati. Dengan teganya pria itu merendam tubuh Alena dengan air panas. Untung saja suhu air panas dalam bathtub itu tidak melebihi 70⁰. Namun, tetap saja kulit Alena terlihat melepuh. 

"Heh! Cepat bersihkan dirimu, dan jangan pernah berbuat sesuatu yang membuatku marah! Ku ingatkan sekali lagi, semua yang ada pada dirimu sekarang adalah milikku! Bahkan jika kau ingin mati itu harus seijinku mengerti!" bentak Azam kemudian melangkah keluar meninggalkan Alena sendiri di kamar mandi.

Sepeninggal Azam, Alena langsung bangkit dari bathtub dan berlari menuju shower. Wanita itu menyalakan air dingin dan langsung mengguyur tubuhnya. Alena kembali terisak meratapi nasibnya yang begitu buruk. 

"Kak Jonatan!" Isaknya memanggil nama Jonatan. 

Sungguh Alena benar-benar merindukan sosok Jonathan. Namun, apalah daya dirinya sadar jika saat ini mereka sudah tidak mungkin lagi bersatu. Alena sudah merasa sangat kotor, terlebih lagi Azam adalah pria yang begitu kejam. 

Apalagi tujuan Azam adalah untuk balas dendam. Entah nantinya akan seperti apa nasibnya dan juga Jonatan. Saat ini yang bisa Alena lakukan hanyalah menurut pada Azam. Agar pria itu tak berbuat lebih jauh pada Jonatan.

"Kau sudah siap istriku sayang, em ... aku harap malam nanti kau bersiap, akan ada kejutan untukmu," ucap Azam ketika melihat Alena keluar dari kamar mandi. Alena tak menjawab wanita itu hanya mengangguk seraya tertunduk. Azam melihat tubuh Alena yang hanya mengenakan handuk pun kembali mendekat. Pria itu langsung mencium pundak Alena yang terbuka. Membuat wanita berparas cantik itu seketika mendesah. 

"Apa kau ingin honey?" Azam tersenyum saat mendengar desahan Alena yang terdengar begitu merdu di telinganya. 

"Tidak, aku emm," ucap Alena langsung terhenti ketika Azam langsung membungkam mulut wanita itu dengan ciumannya. Sungguh dalam hati Alena ingin sekali menolak dan memberontak. Namun, ia tahu bahwa pasti akan ada konsekuensi yang akan ia terima. Tidak, Alena tidak sanggup lagi jika harus menerima lebih banyak lagi siksaan yang axam berikan. 

"Aku tidak menerima penolakan! Kau mengerti!" Azam berucap seraya melepas handuk yang Alena kenakan. Pria itu mulai mencumbu tubuh Alena. Sementara, Alena hanya bisa pasrah menerima perlakuan Azam.

Tok!

Tok!

Ketukan pintu terdengar dari luar dan sontak menghentikan aksi Azam. Pria itu mengehentikan kegiatannya kemudian menatap tajam daun pintu. Seakan memaki pada orang di luar sana yang sudah lancang mengganggunya. 

"Siapa!" bentaknya pada orang diluar sana. 

"Saya Tuan em ... maaf ada Tuan Abraham dan Nyonya Reina di luar menunggu Tuan muda." Suara Mbok Nani terdengar dari luar memberitahu jika saat ini Tuan besar dan Nyonya besar sudah ada di bawah menunggu Azam. 

"Shitt! Untuk apa tua bangka itu datang!" Makinya pada Ayah dan juga Ibu sambungnya itu. 

"Cepat kenakan pakaianmu kita akan menemui Ayah dan Ibu mertuamu, bawah!" ujar Azam menatap tajam Alena, mengintruksikan sang istri untuk segera bersiap.

Selang beberapa menit kemudian Azam dan Alena sudah siap. Azam dan Alena berjalan keluar dari kamar menuju ke lantai bawah ruang tamu. Dimana Tuan Abraham dan Nyonya Reina menunggu. 

Azam meraih tangan Alena kemudian menaruhnya di lengannya. Rupanya Azam tiba-tiba saja memiliki sebuah ide. Pria itu berpikir kedatangan kedua orang tua itu pasti ada hubungannya dengan Alena. 

Jonatan pasti sudah memberikan kabar tentang pernikahannya dengan Alena. Reina pasti akan meminta penjelasan darinya mengapa ia menikahi kekasih putra tercintanya itu. 

"Kau harus terlihat mesra, aku tidak ingin mereka berpikir jika aku memaksa mu mengerti!" Ancam Azam pada Alena ketika mereka melangkah menuju ruang tamu. 

"I-iya Tuan," jawab Alena terbata.

"Panggil aku sayang!" Azam kembali mengintruksi Alena untuk memanggilnya dengan sebutan sayang. 

"Tapi aku tidak bisa—" ucap Alena terhenti ketika Azam langsung memotong perkataannya.

"Jika kau tidak menuruti perintahku, kau tidak akan pernah tahu apa yang bisa aku lakukan pada Jonatan." Azam lagi-lagi mengancam dan ancamannya kali ini langsung membuat Alena tersentak kemudian mengangguk patuh. 

"Bagus, menurutlah maka aku pastikan Jonatanmu akan baik-baik saja," ujar Azam seraya tersenyum penuh kemenangan. Mereka kemudian melanjutkan langkah menuju ruang tamu. 

"Alena!" Panggil Nyonya Reina seraya bangkit begitu melihat sosok Alena wanita yang begitu dicintai oleh putranya itu. Nyonya Reina begitu terkejut melihat Alena dan Azam yang terlihat begitu mesra. 

"Hai Ayah em ... hai Tante," sapa Azam tersenyum penuh arti menyapa kedua orang tua yang terlihat begitu terkejut. 

"Alena apa maksud semua ini bukankah kau dan Jonatan—" Terhenti, perkataan Nyonya Reina seketika terhenti ketika Azam mengangkat telapak tangannya.

"Nyonya Reina tidaklah kau kesini untuk memberi kami selamat sekaligus doa restumu?" Azam tersenyum menyeringai menatap raut wajah Nyonya Reina yang terlihat begitu kesal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pernikahan Balas Dendam    Gosip Baru.

    Hari berganti hari, kini sudah dua bulan Alena bekerja di perusahaan sang suami. Banyak karyawan yang menyukai Alena disana. Bagiamana tidak, wanita ramah dengan paras cantik serta penuh sopan santun. Jelas membuat banyak karyawan suka pada sosok Alena. Apalagi Alena juga termasuk karyawan yang cerdas. Terbukti saat ia diminta membuat rancangan untuk prodak terbaru Galaxy grup. Alena mampu mempersembahkan maha karya yang begitu apik. Dan itu jelas semakin membuat para karyawan terpesona pada sosok Alena. Namun, tak sedikit pula yang membenci Alena. Itu karena mereka sudah terhasut oleh kata-kata Mery. Iya Mery dan Nara semakin kesal ketika Nara yang rencananya akan kembali ke Galaxy grup dengan bantuan Nyonya Reina. Nyatanya gagal total, karena Azam menolak mentah-mentah usulan itu. Alhasil kini, Zen lah yang merangkap sebagai sekertaris Azam.Hal itu membuat Mery dan Nara mengubah rencana mereka. Mereka berdua kini justru memanfaatkan interaksi Alena dengan Azam yang kini semakin

  • Pernikahan Balas Dendam    Kesalahpahaman Berujung Kemesraan.

    Alena melangkah mantap menuju ruangan Azam. Bumil itu sebenarnya masih malas berhadapan dengan Azam, sang suami. Namun, apa boleh buat. Ia harus profesional karena ini adalah panggilan kerja. Alena langsung mengetuk pintu ruangan Azam. Akan tetapi, pintu tak kunjung dibuka. Alena menghembuskan nafas beratnya, mulai merasakan kekesalan di hatinya. "Dasar kekanak-kanakan!" gerutu Alena langsung membuka pintu ruangan Azam. "Akhhh!" Alena sontak berteriak ketika tiba-tiba saja, tangannya ditarik dari belakang. Rupanya Azam sengaja tidak membuka pintu dan membiarkan Alena membukanya sendiri. Sementara, pria itu bersembunyi di balik pintu. "Pak tolong lepaskan say—eummm!" protes Alena langsung dibungkam dengan ciuman oleh Azam. Pria itu mencium begitu bringas namun, masih dengan kelembutan. Ciuman Azam begitu panas, seolah pria itu tengah menegaskan sesuatu. Merasakan ada sesuatu yang lain dari suaminya. Alena yang tadinya berontak kini mulai mengalungkan tanganya. Membalas ciuman Azam

  • Pernikahan Balas Dendam    Semakin Salah Paham.

    Nara langsung mengadu pada Nyonya Reina. Gadis licik itu tak mau begitu saja pergi dari Galaxy group. Rencananya bahkan belum sepenuhnya ia jalankan. "Kamu tenang saja, aku akan membuat Azam menerimamu kemabli. Tapi, ingat jangan pernah berbuat gegabah lagi! Dan mulai sekarang aku yang akan mengendalikan dan menyusun rencana. Jangan pernah berbuat diluar perintahku mengerti!" ucap Nyonya Reina geram. Wanita paruh baya itu begitu kesal dengan sikap Nara yang terlalu gegabah. "Baik Nyonya kali ini aku berjanji tidak akan bertindak gegabah lagi." Nara berkata seraya tertunduk menyesali tindakannya yang terlalu cepat. Nara begitu Pedenya berpikir jika Azam pasti akan tergoda padanya. Karena bagaimana pun, Nara sedang berperan sebagai wanita masa lalunya. Sementara, dilain tempat, Azam tengah gelisah. Pria itu terus menatap jam dinding yang terpampang di ruangannya. Azam begitu menantikan saat-saat jam pulang kantor. Pria itu ingin secepatnya bertemu dan berbicara menjelaskan kesalahpah

  • Pernikahan Balas Dendam    Salah Paham.

    Keesokan harinya Alena Kembali masuk ke kantor. Insiden kemarin yang mengakibatkan Mery sang manajer dihukum akibat ulahnya pada Alena. Ternyata membuat Mery justru tambah membenci Alena. Apalagi kemarin sore setelah pulang dari kantor. Nara yang sempat menggantikan tugas Alena karena suruhan Zen. Memutuskan untuk bertemu dengan Mery. Dalam pertemuan itu, Nara rupanya langsung mengajak Mery bekerja sama. Nara nyalin betul jika Mery pasti membenci Alena. Apalagi ketika Zen juga ikut memarahinya. Mery rupanya adalah salah satu karyawan yang mengagumi bahkan menaruh rasa pada Zen. Wanita itu begitu sakit hati ketika Zen, dengan terang-terangan memarahinya hanya karena seorang Alena. Dan karena itulah Mery semakin membenci Alena.Hingga wanita itu langsung mengiyakan begitu Nara mengajaknya bekerjasama. Sedangkan Nara, wanita itu tersenyum penuh kemenangan. Mendengar Mery yang mau bekerjasama dengannya. Karena itu artinya Nara tidak perlu menggunakan tangannya untuk mengerjai Alena."Z

  • Pernikahan Balas Dendam    Pawang sang Tuan Muda.

    Azam berjalan cepat menuju departemen design produksi. Pria berparas tampan. itu benar-benar emosi. Pagi ini moodnya dibuat kacau tidak karuan. Mendapati Nara, wanita masa kecilnya yang mati-matian ia hindari demi Alena. Kini justru berada dekat dengannya. Niat hati ingin melihat sang istri dari kejauhan untuk meredakan kekesalan hatinya. Azam justru dibuat begitu emosi. Ketika melihat sang istri harus repot-repot membuat belasan minuman untuk karyawannya. "Mery!" teriak Azam langsung masuk ke dalam ruangan Mery manager design produksi. "Tuan Azam." Mery begitu terkejut melihat kedatangan Azam yang begitu tiba-tiba. "Apa di Galaxy group kekurangan OB! Apa aku perlu menambah OB untuk membuat minuman untuk para karyawan!" bentak Azam seraya menggebrak meja kerja Mery membuat wanita berusia 35 tahun itu tersentak kaget. "Ma-maaf Tuan Azam apa maksud Anda?" Mery bertanya dengan gagap, maksud kemarahan Azam sesungguhnya. "Maksud ku? Kau tanya maksudku! Kau menyuruh anak magang untuk

  • Pernikahan Balas Dendam    Rencana Nara.

    Nara masuk ke ruangan Azam dengan langkah gemulainya. Wanita itu begitu percaya diri menatap Azam yang terlihat terkejut. Iya, Nara rupanya dipersiapkan oleh Nyonya Reina untuk menjadi sekertaris Azam. Sementara, sekertaris Azam sendiri, sudah disuap dengan sejumlah uang untuk mengundurkan diri. Nyonya Reina benar-benar tak segan menghabiskan uang untuk memuluskan jalannya. Wanita paruh baya itu benar-benar ingin menghancurkan Azam dan Alena. "Selamat pagi Pak Azam, perkenalkan saya Anara Hendropriyono. Saya adalah mahasiswi magang, tapi saya ditempatkan untuk menjadi sekertaris Bapak," ujar Nara memperkenalkan diri. Azam terdiam menatap Nara apalagi ternyata wanita itu tegah memakai kalung berliontin separuh hati. Tentu saja pria itu terpaku, pasalnya ia tahu betul makna dari liontin itu sendiri. Meski detektif suruhnya sudah memberitahu siapa wanita masa kecilnya sekaligus pemilik liontin itu. Namun, entah mengapa hari pria itu sama sekali tak tersentuh. Azam ingin melupakan ten

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status