Share

Masalah Warisan

last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-13 04:32:58

Hendry diam, berpikir. Dia juga merasa aneh.

“Pak Mario berkata kalau pembagian warisan Papa akan dibacakan setelah Raynar menikah, tapi kenapa wasiat itu belum juga dibacakan sampai sekarang?”

“Betulkan yang aku dengar tadi. Berarti memang ada sesuatu yang Mama sembunyikan dari kita,” ucap Laras, “aku yakin kalau Mama pasti merencanakan sesuatu untuk Raynar tanpa sepengetahuan kita.”

Hendry diam dengan telapak tangan terkepal.

“Apa kamu akan tinggal diam saja? Mama selalu saja tidak adil pada kita, padahal kamu juga anaknya,” ucap Laras lagi.

Hendry menatap istrinya, lalu dia berdiri dari kursinya.

“Kita harus menemui Pak Mario untuk bertanya langsung padanya.”

Laras mengangguk, mereka pergi bersama menuju kantor pengacara kepercayaan kakek Raynar.

Hendry dan Laras sudah sampai di kantor yang terdapat di lantai tiga gedung perkantoran itu. Sesampainya di sana, mereka bertemu dengan sekretaris Mario.

“Maaf, Pak Mario sedang tidak ada di tempat,” ucap wanita itu.

“Di mana beliau?” tany
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Titin Susiyana
kayanya Hendry bukan anaknya nenek Galuh deh.....
goodnovel comment avatar
Wida
sebenarnya ap yg terjadi?? apakah Hendry aslinya cm anak pungut???
goodnovel comment avatar
Adeena
emang bener ya warisan bikin orang nekat....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin    Banyak Kejutan

    Arunika terus menggandeng tangan Raynar saat mereka keluar dari kamar. Dia berjalan sambil mengamati beberapa penumpang yang berpapasan dengan mereka, jika dilihat dengan seksama, semua penumpang itu dari kalangan atas, pakaian penumpang wanita begitu glamour, berbeda dengan Arunika yang hanya memakai gaun sederhana dan Arunika juga tak memakai perhiasan mencolok.Mereka akhirnya sampai di dek atas. Arunika mengajak Raynar berdiri di tepian pembatas kapal, melihat laut lepas yang akan menemani mereka selama beberapa hari ke depan.“Di sini anginnya lebih kencang,” ucap Arunika sambil beberapa kali menyelipkan helaian rambut yang berantakan.Raynar tersenyum melihat Arunika sangat bahagia. Dia membantu istrinya itu merapikan rambut, meskipun tetap berantakan diterpa angin.Beberapa saat berada di sana, terdengar suara pertanda kapal akan segera berlayar. Arunika terus melebarkan senyum. Ini pertama kalinya dia naik kapal pesiar seperti ini, dia pernah naik kapal, tapi hanya kapal bias

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin    Jadi Honeymoon

    Raynar diam sejenak. Tatapannya lurus memandang jalanan saat mendengar ucapan Arunika.Raynar tidak pernah ingin memanfaatkan Arunika, tetapi mengingat ambisi sang paman yang ingin sekali menyingkirkannya, membuat ambisi Raynar untuk merebut apa yang seharusnya menjadi milik ayahnya kembali memanas.Raynar harus mendapatkan anak dari Arunika demi membuktikan pada sang kakek kalau dia mampu.“Kita akan tetap pergi,” balas Raynar sambil menoleh sejenak pada Arunika sebelum kembali fokus ke jalanan. “Lagi pula, Paman tidak akan berani melakukan sesuatu pada Nenek, jadi aku juga tidak akan terlalu cemas.”Arunika mengangguk-angguk.“Baiklah kalau kamu merasa begitu. Aku hanya takut kamu terus mencemaskan Nenek, ya meskipun aku juga sama, apalagi kalau melihat sikap paman dan bibimu,” ucap Arunika lagi.“Mereka hanya berani pada kita, sebenarnya Paman pun takut pada Nenek. Semua harta warisan masih dipegang Nenek, jika Paman melakukan hal-hal buruk, Nenek bisa saja meminta pengacara membat

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin    Melawan Perlahan

    Laras tersindir ucapan Arunika. Dia kesal dan siap mengamuk istri dari keponakannya itu. Namun, saat baru saja akan membuka suara, dia melihat Raynar muncul di sana.Raynar baru saja selesai bicara dengan Nenek Galuh. Tatapannya tajam saat melihat Laras menatap sinis pada Arunika.“Nenek ingin melihatmu, masuklah,” kata Raynar pada Arunika.Arunika melirik pada Laras, lalu dia mengangguk dan segera pergi ke kamar Nenek Galuh.Laras melengos saat Raynar menatap tajam ke arahnya. Dia ingin pergi, tetapi langkahnya terhenti karena ucapan Raynar.“Lebih baik Bibi tidak bertingkah di rumah ini karena sejatinya rumah ini masih hak Nenek, bahkan aku pun punya hak di sini,” ucap Raynar dengan nada dingin dan tegas.Laras syok sambil menatap tak percaya pada Raynar, dia kesal karena Raynar semakin menjadi-jadi melawan. Kedua telapak tangan Laras terkepal dengan tatapan menahan emosi.“Jangan mentang-mentang selalu dibela nenekmu, kamu jadi besar kepala,” balas Laras, “kamu sepertinya lupa, ka

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin    Cepatlah Punya Anak

    Raynar terkejut mendengar ucapan Nenek Galuh. Namun, dia tetap tenang dalam menanggapi perkataan sang nenek.“Anak bukanlah sesuatu yang bisa aku paksakan untuk didapatkan, Nek. Tanpa izin Tuhan, aku tidak bisa apa-apa,” ucap Raynar.Nenek Galuh menghela napas kasar.“Apa kamu dan Arunika belum melakukannya, karena itu kamu tidak yakin bisa segera punya anak? Kamu belum mau sama sekali menyentuhnya, Ray? Kamu tidak benar-benar gay, kan?” tanya Nenek Galuh dengan tatapan penuh curiga.Raynar menghela napas kasar, ternyata sang nenek juga percaya kalau dia gay.“Aku tidak gay,” balas Raynar.Nenek Galuh menghela napas lega mendengar pengakuan Raynar.“Tentu saja kami sudah melakukannya, Nek. Hanya saja, urusan Aru hamil atau tidak, aku pasrah pada Tuhan. Aku juga tidak bisa menuntut Aru agar bisa segera hamil, itu akan membuatnya tertekan. Nenek pasti paham, kan?’“Kalau begitu kamu yang berusaha lebih keras,” balas Nenek Galuh sedikit memaksa.Raynar hanya bisa membuang napas kasar.“J

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin    Mencemaskan Nenek Galuh

    Arunika baru saja selesai mandi. Dia keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah. Ketika akan mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambut, Arunika mendengar ponsel Raynar yang ada di atas nakas terus berdering.Arunika memutuskan untuk melihat siapa yang menghubungi Raynar, dia melihat nama Miranda terpampang di layar. Berpikir jika itu telepon penting, Arunika mengambil ponsel itu untuk diberikan ke Raynar, tetapi sayangnya panggilan itu sudah berakhir lebih dulu.“Tiga panggilan tak terjawab,” gumam Arunika melihat log panggilan.Arunika keluar dari kamar membawa ponsel suaminya. Dia mencari keberadaan Raynar, lalu menemukan suaminya berada di ruang kerja.“Ray, Bibi Miranda menghubungimu sejak tadi,” kata Arunika sambil mendekat ke meja Raynar, lalu mengulurkan ponsel suaminya itu.Raynar mengambil ponsel dari tangan Arunika, lalu dia meraih pinggang sang istri dan sedikit menariknya untuk duduk di pangkuan.Arunika mengikuti gerakan tangan suaminya. Dia duduk di

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin    Masalah Warisan

    Hendry diam, berpikir. Dia juga merasa aneh.“Pak Mario berkata kalau pembagian warisan Papa akan dibacakan setelah Raynar menikah, tapi kenapa wasiat itu belum juga dibacakan sampai sekarang?”“Betulkan yang aku dengar tadi. Berarti memang ada sesuatu yang Mama sembunyikan dari kita,” ucap Laras, “aku yakin kalau Mama pasti merencanakan sesuatu untuk Raynar tanpa sepengetahuan kita.”Hendry diam dengan telapak tangan terkepal.“Apa kamu akan tinggal diam saja? Mama selalu saja tidak adil pada kita, padahal kamu juga anaknya,” ucap Laras lagi.Hendry menatap istrinya, lalu dia berdiri dari kursinya.“Kita harus menemui Pak Mario untuk bertanya langsung padanya.”Laras mengangguk, mereka pergi bersama menuju kantor pengacara kepercayaan kakek Raynar.Hendry dan Laras sudah sampai di kantor yang terdapat di lantai tiga gedung perkantoran itu. Sesampainya di sana, mereka bertemu dengan sekretaris Mario.“Maaf, Pak Mario sedang tidak ada di tempat,” ucap wanita itu.“Di mana beliau?” tany

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin    Wasiat Lain

    Raynar mengajak Arunika makan siang di restoran seperti biasa. Mereka sudah memesan makanan yang kini tersaji di meja dan siap untuk disantap.“Kenapa Clara menemuimu?” tanya Raynar di sela menyantap makan siangnya.Meskipun sedikit mendengar apa yang Arunika dan Clara bicarakan, tetapi Raynar tak mendengar keseluruhan.“Dia awalnya tanya apa aku mau ke makam Kak Nathan atau tidak, jadi aku jawab tidak perlu,” jawab Arunika tanpa menatap suaminya. Dia fokus ke makanan yang ada di piring.Raynar memandang Arunika, lalu bertanya, “Apa kamu mau ke sana agar orang-orang tidak curiga dan tidak bertanya-tanya kenapa kamu tidak datang ke pemakaman pria itu padahal dulu kenal?”Bukannya Raynar tak cemburu, hanya saja dia menjaga perasaan Arunika dan takut kalau ada ucapan-ucapan tak mengenakkan yang didengar sang istri, lalu membuat istrinya banyak pikiran.Arunika menggeleng. “Tidak, aku tidak mau pergi. Aku masih trauma dan aku tidak mau peduli dengan pandangan orang lain.”Raynar menganggu

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin    Tidak Benar Suka

    Beberapa hari setelah dirawat dan beristirahat, akhirnya kondisi Arunika sudah membaik dan dia sudah bersiap pergi ke kantor lagi.Arunika berdiri di depan cermin besar, menatap pada bekas luka tembakan di lengannya yang tidak bisa hilang, lalu dia menyentuhnya pelan.“Ada apa? Sakit lagi?” tanya Raynar saat melihat Arunika terus memandangi lengannya.Arunika menoleh pada Raynar yang sedang berjalan ke arahnya, lalu menggeleng pelan.“Tidak,” jawab Arunika, “tapi sepertinya setelah ini aku tidak bisa memakai gaun tanpa lengan. Bekas lukanya terlihat jelas,” imbuh Arunika.Raynar menyentuh bekas luka di lengan Arunika, lalu menatap wajah istrinya yang sedih.“Terus oleskan salep yang dokter rekomendasikan, itu bisa sedikit memudarkan bekasnya,” kata Raynar, “meskipun masih terlihat, mau pakai baju apa pun, asal kamu percaya diri, itu tidak akan jadi masalah,” imbuh Raynar.Arunika melebarkan senyum.“Bagaimana kalau diberi tato bunga untuk menyamarkan bekasnya?” tanya Arunika dengan na

  • Pernikahan Dadakan : Dimanja Suami Presdir Yang Dingin    Masa Pertumbuhan

    Saat sore hari. Arunika baru saja keluar dari kamar mandi saat melihat Raynar masuk membawa kue dan segelas jus.Selang infus di tangannya sudah dilepas, sehingga Arunika sudah bisa bergerak bebas tanpa harus meminta bantuan.“Duduklah,” ucap Raynar sambil meletakkan pelan nampan berisi kue dan jus di meja.Arunika segera mendekat sambil memulas senyum. Dia duduk di samping Raynar sambil menatap lezat ke kue di meja.“Minumlah biar lebih segar,” kata Raynar sambil memberikan jus strawbery pada Arunika.Arunika mengambil gelas jus, lalu meminumnya pelan. Senyum berhias di wajah Arunika, dia begitu senang mendapat perhatian-perhatian kecil dari Raynar.“Aku tidak menyangka masih bisa tidur dengan nyaman di kamar dan makan dengan tenang sekarang,” ucap Arunika, “saat aku diculik, aku sudah berpikir akan mati dan tidak bisa melihatmu untuk yang terakhir kali,” imbuhnya sambil menatap pada sang suami.Raynar diam menatap ekspresi wajah Arunika yang sedih tetapi juga ada kelegaan.“Aku tida

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status