Sesaat sebelumnya. Erik dibawa keluar dari gudang, lalu diminta berhenti saat dia bisa merasakan angin yang berembus begitu kencang.“Lepaskan ikatanku,” ucap Erik sambil mengangkat tangannya yang terikat ke depan.“Kamu pikir kami akan benar-benar membebaskanmu. Aturan pertama berurusan dengan penjahat, jangan percaya ucapannya,” balas pria itu lalu menodongkan senjata yang dibawanya.Erik diam. Ternyata Raynar memang hanya dijebak. Erik sudah pasrah, jika memang dia harus mati, setidaknya dia tidak mati sebagai pengecut yang sengaja meninggalkan atasannya.Erik memejamkan mata meskipun kedua matanya sudah tertutup, dia mendengar suara pelatuk ditarik lalu suara tembakan menggema. Namun, ada yang aneh.Erik tak merasakan apa pun. Tidak ada yang menembus tubuhnya. Apa tembakan itu bukan mengarah kepadanya.Erik menoleh ke sisi kanan, dia mencoba membuka penutup mata dan melihat pria yang ingin menembaknya, ternyata sudah terkapar bersimbah darah di tanah.Erik kebingungan, ketika pand
Raynar berada di mobil masih dengan mata tertutup. Dia merasakan mobil itu berhenti, lalu terdengar suara pintu terbuka dan tangannya mulai ditarik paksa agar keluar.Raynar mengikuti langkah dua pria yang mengapitnya. Sampai dia mendengar suara tawa itu, tawa yang memuakkan baginya.“Ternyata kamu benar-benar menepati janjimu.”Raynar mendengar suara Hendry, lalu detik berikutnya penutup matanya dibuka. Dia bisa melihat jelas wajah pria yang sudah membunuh ayahnya dan kini menyekap istri juga asisten pribadinya.Raynar tampak sangat tenang. Dia menatap dingin pada Hendry yang tersenyum menjijikkan ke arahnya.“Aku sudah datang, sekarang tepati janjimu,” ucap Raynar.Hendry tersenyum miring sambil berjalan mendekat ke arah Raynar. Dia berdiri tepat di depan Raynar, lalu menatap penuh ejekan pada keponakannya itu.“Baiklah, sesuai dengan kesepakatan,” ucap Hendry lalu membuat gerakan telunjuk agar anak buahnya melakukan apa yang dia perintahkan.Raynar didorong agar berjalan menuju ke
“Aku tidak bisa lari dan meminta bantuan, Maaf.” Arunika duduk di lantai sambil bersandar di dinding dengan tangan dan kedua kaki yang terikat kuat. Dia menoleh Erik, melihat wajah asisten suaminya yang penuh luka lebam. “Tidak masalah, yang penting kita sudah berusaha,” balas Erik terdengar begitu santai padahal nyawa mereka sedang dipertaruhkan. “Kalau tadi kamu yang lari lebih dulu, kamu pasti bisa. Bukannya malah aku,” ucap Arunika penuh penyesalan. Erik menoleh Arunika, melihat istri atasannya yang tampak sangat bersalah. “Sudah, jangan merasa bersalah lagi,” ucap Erik, “jika tidak bisa lari, berarti kita hanya bisa menunggu. Aku yakin Pak Raynar akan segera datang dan membebaskan kita.” Mendengar nama suaminya, Arunika menangis sampai membuat Erik menoleh. “Tenanglah, tidak akan terjadi sesuatu padamu,” ucap Erik. Arunika menggeleng, lalu membalas, “Sekarang aku tahu kenapa dia tak menikah dan memilih berpura-pura jadi gay. Pamannya sekejam itu, dia tahu kalau memiliki se
“Anda tidak bisa pergi tanpa pengawalan,” ucap Tommy dengan tegas begitu mendengar apa yang Raynar ceritakan.Raynar diam menatap Tommy, dia mendesau frustasi lalu menjambak rambutnya sendiri.“Erik disekap dan terluka, Aru aku tidak tahu apa yang akan dilakukan pamanku. Apa aku harus diam?” tanya Raynar.“Saya tahu Anda mencemaskan mereka, tapi apa Anda yakin kalau Hendry akan menepati janji melepaskan salah satu dari mereka sesuai kesepakatan? Anda yang paling tahu paman Anda, dan Anda tahu jawaban dari pertanyaan saya,” ucap Tommy agar Raynar tak bertindak gegabah.Raynar mengacak-acak rambutnya. Dia buntu dan bingung harus bagaimana. Benar Raynar tahu bagaimana Hendry sehingga dia tahu kalau pamannya takkan pernah main-main dengan apa yang dikatakan.“Jika aku tidak pergi, mereka mati. Jika aku pergi dan kalian mengawalku, mereka mati. Jika aku pergi dan kamu memberiku alat, mereka mati. Mana yang harus kupilih selain pergi sendiri dengan tangan kosong?”Tommy diam. Dia juga memik
Raynar berdiri dan menatap satu persatu pelayan, security, hingga pekerja lainnya di mansion miliknya. Dia memandangi mereka dengan sangat tajam, mencari siapa yang sudah membocorkan soal kedatangan Arunika ke rumah sakit hari ini.“Aku sangat percaya pada kalian, sangat percaya karena kalian sudah bekerja di sini sangat lama,” ucap Raynar mulai bicara sambil melangkah dan mengamati satu persatu pelayannya.“Sayangnya hari ini, ada yang tega membocorkan jadwal kedatangan Arunika di rumah sakit yang membuatnya sekarang diculik,” ucap Raynar masih sambil memerhatikan reaksi para pekerjanya.Sarah terkejut sampai sejenak memandang Raynar, lalu kembali menurunkan pandangan.“Penculiknya sudah siap sedia di rumah sakit, jadi tidak mungkin itu kebetulan,” ucap Raynar, “Jadi ….”Raynar menjeda ucapannya seiring langkahnya yang terhenti tepat di salah satu pelayannya, dia menatapnya tajam lalu berkata, “Mengakulah, siapa yang berkhianat sebelum aku menginterogasi kalian dengan cara kejam.”Ra
“Arunika. Arunika, bangunlah.”Arunika terkejut saat mendengar suara memanggilnya berulang kali. Saat dia mencoba menggerakkan kedua kaki atau tangannya, semuanya terasa ketat dan sulit.Arunika memandang ke kakinya. Dia baru menyadari kalau dalam posisi duduk. Kedua kakinya terikat dan kedua tangannya juga sama. Tangannya terikat ke belakang dan sulit digerakkan.Arunika menoleh ke samping, dia sangat terkejut melihat Erik juga di sana dalam kondisi terikat dan berlumuran darah.“Erik, kamu baik-baik saja?” tanya Arunika begitu cemas, apalagi sejak pagi tadi suaminya juga mencari keberadaan Erik.“Tidak cukup baik, tapi tak masalah,” balas Erik.Arunika mencoba menggerakkan kedua tangannya agar terlepas dari ikatan, tetapi gagal–ikatan itu terlalu kencang.“Bagaimana bisa kamu diculik? Bukankah seharusnya aman saja jika di rumah?” tanya Erik keheranan juga mencemaskan kondisi Arunika sekarang.“Aku mengantar Mama ke rumah sakit. Dan tiba-tiba ada beberapa pria yang menyergap kami,” j